Liputan6.com, Jakarta - Publik mengecam label fesyen asal Melbourne, Australia karena diduga melakukan penistaan agama. Kontroversi ini meluas setelah peragaan busana, akhir pekan kemarin, memuat lafaz Allah dalam koleksi "busana transparan."
Melansir news.com.au, Kamis (16/3/2023), Melbourne Fashion Festival (MFF) telah mengeluarkan permintaan maaf setelah merek NOT A MAN'S DREAM menerima reaksi keras karena menampilkan teks Arab untuk "Allah" pada dua pakaiannya.
Advertisement
Selain itu, penutup kepala yang dikenakan oleh salah satu model juga memperlihatkan desain yang disamakan dengan hijab. Namun, bahan potongan busana itu sendiri tampak tipis, membuat publik yang marah semakin frustrasi.
"Kami memahami karya-karya tertentu yang ditampilkan sebagai bagian dari Closing Runway (Sabtu) malam telah menyebabkan kemarahan bagi beberapa anggota komunitas kami," kata festival tersebut dalam permintaan maafnya. "Festival tidak bermaksud tidak menghormati siapa pun dan kami mohon maaf atas pelanggaran yang ditimbulkan."
Pernyataan tersebut, yang diunggah ke akun Instagram MFF, selanjutnya menyatakan telah menghubungi desainer merek Samantha Saint James yang setuju untuk menghapus konten yang menampilkan koleksi busana tersebut dari kanal media sosial mereka.
Saint James menambahkan, "Saya minta maaf atas kesalahan atau kesan tidak hormat yang disebabkan bagian-bagian tertentu yang saya tunjukkan di landasan pacu MFF Sabtu malam. Saya jadi mengerti bagaimana beberapa pakaian menyebabkan pelanggaran. Itu kebalikan dari niat saya dan untuk itu, saya benar-benar minta maaf."
Menonaktifkan Media Sosial
Foto dan cuplikan promosi yang berisi desain tersebut telah dihapus dari akun media sosial MFF, sementara label dan Saint James telah menonaktifkan akun Instagram. Serentetan publik yang marah disebut mengirim pesan pada kedua belah pihak, mendorong mereka mengatur akun media sosial jadi privat sebelum menonaktifkannya sama sekali.
Sementara itu, tidak semua datang untuk menerima permintaan maaf MFF dan Saint James, termasuk model Mona Khalifa yang turun ke TikTok untuk menjelaskan mengapa desain dua busana itu termasuk menghina. "Lihat bagaimana ia berpakaian, ia benar-benar telanjang dan ada kata Allah di sekujur tubuhnya,” kata Khalifa.
Ia menyambung, "Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk meletakkan kata 'Allah' atau apapun yang Islami pada hal seperti ini."
Ia juga menjelaskan dalam sebuah unggahan di Instagram Story-nya tentang bagaimana nama Tuhan "sangat sakral" bagi komunitas Arab Muslim dan Kristen. "Ini sangat penting dalam agama kami. Kami tidak menaruh apa pun dengan nama Tuhan di lantai, bahkan pergi ke kamar mandi dengan 'kalung Allah,'" tulis Ms Khalifa.
Advertisement
Diprotes Model dalam Peragaan Busana
Khalifa menegaskan, "Melihatnya terpampang di seluruh model berpakaian minim dengan tutupan kepala mirip hijab yang sangat jelas juga sangat mengganggu dan tidak sopan." Ia mengaku telah menghubungi beberapa model yang menyatakan kekhawatiran mereka tentang pakaian yang diduga "diabaikan" oleh desainer sebelum dipamerkan.
"Hai kak, kami semua sangat khawatir dan bingung tentang ini. Beberapa model menolak mengenakan koleksi tersebut dan perancang telah mengabaikan kekhawatiran tersebut," demikian bunyi salah satu pesan untuk Khalifa.
Model lain yang seharusnya mengenakan desain tersebut diduga mengatakan bahwa pakaian tersebut membuatnya "sangat tidak nyaman" karena akan "menyinggung semua teman Muslimnya dan komunitas Muslim yang lebih luas."
"Ia berdiri dan mencoba mengatakan sesuatu pada asisten stylist dan desainer dan semua orang mengabaikannya," kata Khalifa. "Pastinya perlu lebih banyak akuntabilitas dari Samantha Saint James dan Melbourne Fashion Festival."
"Permintaan maaf itu sama sekali bukan permintaan maaf dan benar-benar penolakan," sebutnya.
Pendapat Kompeten di Industri Kreatif
Banyak penonton video Khalifa juga setuju, melabeli desain tersebut sebagai "sangat tidak sopan." "Awalnya saya tidak menyadarinya sampai saya melihat lebih dekat dan OMG rahang saya jatuh! Ini sangat menyedihkan," komentar seorang penonton.
"Mereka benar-benar berusaha mendorongnya, kami tidak menyetujui penghinaan dan pengabaian yang mencolok ini terhadap agama kami," yang lain menambahkan.
Sementara, sutradara film Melbourne Kauthar Abdulalim mengatakan bahwa insiden itu jadi pengingat mengapa lebih banyak "suara yang kompeten secara budaya" dibutuhkan di industri kreatif. "Seharusnya ada yang dilakukan ketika beberapa model menolak mengenakan pakaian itu," katanya.
"Sedih mendapati para model ditempatkan dalam situasi yang tidak nyaman. Kita perlu secara kolektif berbuat lebih baik," imbuhnya.
NOT A MAN'S DREAM didirikan Saint James tahun lalu dan merupakan "merek pemimpin wanita androgini" yang bertujuan mempromosikan inklusivitas dan keragaman dalam industri mode. "Misi kami adalah memberdayakan orang dan menciptakan rasa kebebasan melalui perkawinan seni, mode, dan suara," bunyi pernyataan misi label tersebut.
Advertisement