Potensial Hemat Devisa, Biodiesel B35 Masih Perlu Bahan Aditif Khusus

Pemerintah Indonesia mulai menerapkan penggunaan B35 sejak 1 Februari 2023. B35 potensial dikembangkan di Indonesia mengingat bahan bakunya berbasis kelapa sawit.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mar 2023, 14:40 WIB
Pemerintah Indonesia mulai menerapkan penggunaan B35 sejak 1 Februari 2023. B35 potensial dikembangkan di Indonesia mengingat bahan bakunya berbasis kelapa sawit.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia mulai menerapkan penggunaan B35 sejak 1 Februari 2023. B35 potensial dikembangkan di Indonesia mengingat bahan bakunya berbasis kelapa sawit. Meski begitu, penggunaan B35 masih memerlukan bahan aditif khusus agar tidak menghambat kerja mesin-mesin tertentu.

B35 adalah campuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) 35 persen dan 65 persen BBM diesel jenis solar. Bahan baku biodiesel di Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit.

Sebagai salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, pemanfaatan biodiesel berpotensi dikembangkan di Indonesia dan sekaligus dapat menghemat devisa negara.

“Namun, kandungan FAME yang tinggi menimbulkan kekhawatiran pada pelaku industri alat berat. Hal ini karena FAME dapat membentuk deposit pada injektor mesin, menyumbat filter sehingga harus sering mengganti filter, dan alat berat sering mengalami low power,” ujar Founder & CEO Inneron Eric Permana dalam acara 2023 Sumatra Coal Outlook Conference di Midplaza, Jakarta, dikutip Kamis (16/3/2023).

Sifat Alami Biodiesel

Eric melanjutkan, sifat alami biodiesel berbasis FAME memang lebih cenderung menimbulkan presipitasi dan pembentukan gumpalan (gel).

“Pada umumnya, pengguna alat berat memasang pra-filter tambahan guna menyaring gumpalan untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada filter mesin. Namun, proses alami pembetukan gumpalan bersifat kontinu sehingga terkadang pra-filter juga tidak dapat mencegah penyumbatan filter mesin. Solusi yang tepat harus menyasar pada masalah utama, yaitu mencegah terjadinya penggumpalan,” papar Eric.

Salah satu solusi yang dapat diimplementasikan, ia mengusulkan, adalah menggunakan aditif bahan bakar.

“Berhubung sifat kimiawi biodiesel berbeda dari BBM jenis solar, aditif harus diformulasikan khusus untuk biodiesel. Formulasi yang tepat dapat meningkatkan performa mesin dan mencegah terbentuknya gumpalan sehingga mesin lebih bertenaga dan awet,” jelasnya.

 


Bahan Aditif Khusus

Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Eric menyampaikan, Inneron telah menghasilkan bahan aditif khusus yang bisa diimplementasikan pada mesin-mesin alat berat yang menggunakan B35.

“Kami juga ingin menyebutkan kalau aditif tersebut telah berhasil menurunkan frekuensi pergantian filter dan konsumsi BBM di perusahaan tambang serta migas,” ujarnya.

Aditif ini, kata Eric, juga berpotensi meningkatkan performa mesin dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Kami berharap dengan teknologi aditif kami, Inneron dapat berkontribusi terhadap program Langit Biru pemerintah dalam mengendalikan pencemaran udara,” imbuhnya.

Tambah pula, Eric meneruskan, pemerintah sudah mulai memproduksi biodiesel generasi kedua, yakni Hydrogenated Vegetable Oil (HVO). HVO dibuat dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil.

HVO merupakan salah satu langkah strategis dalam mendukung transisi energi nasional. HVO juga dapat dibuat dari used cooking oil. Used cooking oil dapat menjadi sumber yang signifikan besar di Indonesia yang populasinya mencapai lebih dari 270 juta jiwa.

“Saat ini, Inneron sedang mengembangkan teknologi aditif generasi baru khusus untuk HVO. Inneron berharap dapat ikut berpastipasi dalam pengembangan market green diesel guna mendukung program pemerintah dalam transisi ke energi bersih dan ramah lingkungan,” Eric menegaskan.


Biodiesel B35 Jadi Penyelamat Harga TBS Sawit Petani

Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Petani kelapa sawit menyambut gembira berlakunya program biodiesel B35 karena terbukti berhasil mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) di tengah penurunan ekspor.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung, program B35 menjadi penyelamat ekonomi petani karena harga sawit naik secara progresif sejak awal Februari lalu. Padahal sejak November 2022 kuantitas ekspor CPO (minyak sawit mentah) dan turunannya merosot. Hal itu terdeteksi dari harga CPO yang kian turun sejak November 2022 hingga Januari 2023.

"Indikator penurunan ekspor dapat juga dilihat dari menurunnya pasokan DMO (domestic market obligation) di aplikasi Simirah," katanya dikutip Rabu (15/2/2023).

DMO dan ekspor memiliki keterkaitan karena dengan ekspor akan muncul DMO, dengan rasio 1:6 yaitu ekspor enam kali lipat dari kewajiban memasok dalam negeri.

"Jika tidak ada enam, maka satu (DMO) tidak akan ada. Coba jika tidak ada B35 awal Februari lalu, maka penurunan kuantitas ekspor pasti akan menjatuhkan harga TBS kami. Dengan B35 akan menyerap CPO domestik dan TBS petani sawitpun akan terserap oleh PKS-PKS (pabrik kelapa sawit)," papar Gulat.

 


Harga TBS

Ilustrasi CPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Penguatan harga TBS tersebut dapat dilihat di Posko Harga TBS Apkasindo selama satu minggu terakhir (4-11 Februari) yang menunjukkan naiknya harga CPO dari Rp11.200 per kg menjadi Rp 11.950 per kg.

Data itu menunjukkan rerata harga TBS di 22 provinsi sebesar Rp 2.331 per kg. Harga tertinggi berada di Riau Rp 2.600 per kg dan terendah di Sulawesi Selatan Rp 2.025 per kg (harga PKS). Perbedaan harga tersebut berbeda karena waktu penetapan harga TBS Dinas Perkebunan juga berbeda.

Yang luar biasa, lanjut Gulat, harga TBS petani swadaya  di beberapa PKS ada yang di atas harga penetapan Dinas Perkebunan dan semua berhubungan dengan penyerapan domestik melalui program B35.

 

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya