Liputan6.com, Jakarta Kebutuhan alat medis termasuk benang bedah masih tinggi. Hal ini melatarbelakangi perlunya memproduksi benang bedah di dalam negeri.
Menurut Staf Khusus Menteri Kesehatan bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc.,Ph.D., benang bedah lokal berpotensi untuk diekspor.
Advertisement
“Ini (benang bedah) potensial untuk diekspor tidak seperti mesin MRI atau CT Scan yang agak susah untuk diekspor. Benang bedah potensi ekspornya tinggi sekali,” kata Laksono saat ditemui di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Ia menambahkan, selama ini, Indonesia menggunakan alat kesehatan termasuk benang bedah yang diimpor dari luar negeri seperti China dan Jerman.
“Hal seperti ini yang sebetulnya kita perlu gantikan dengan produk dalam negeri,” kata Laksono.
Ia pun tak bisa memperkirakan seberapa besar kebutuhan alat kesehatan di Indonesia. Pasalnya, alat kesehatan pun jenisnya bermacam-macam.
Namun, kebutuhan yang besar itu menjadi latar belakang bagi Kalbe memproduksi benang bedah sendiri di dalam negeri.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan bahwa selama ini benang bedah yang digunakan di Indonesia berasal dari luar negeri.
“Kita melihat kenapa semuanya impor terus itu yang membuka ide kita sehingga kita mencoba untuk produksi lokal. Seperti kita tahu kebutuhan alat kesehatan ini banyak sekali mungkin ribuan atau puluhan ribu item,” ujar Vidjongtius.
Produk Siap Dipasarkan
Vidjong menambahkan, proses menuju pembuatan benang bedah lokal lebih kurang dua tahun. Saat ini produknya sudah jadi dan siap dipasarkan.
“Jadi izin edarnya sudah ada, izin standarnya sudah ada, sudah masuk e-katalog juga,” tambah Vidjong.
Terkait distribusinya, alat kesehatan ini akan tersedia di seluruh wilayah di Indonesia.
“Kita siap di seluruh daerah, kota dan provinsi semua siap, jadi kalau istilahnya besok mau pakai, pasti ada,” katanya.
Dari sisi harga, benang bedah ini juga cenderung lebih murah ketimbang produk impor. Meski lebih murah, tapi mutu atau kualitasnya sama dengan produk luar.
“Ada sertifikasi CE ini standar Eropa untuk menjaga mutu. Karena kita menargetkan tidak hanya Indonesia, ASEAN, Eropa juga itu bisa kita jual,” ujar Vidjong.
Advertisement
Proses Belajar
Vidjong juga mengatakan bahwa teknologi pembuatan benang bedah ini adalah hasil belajar dari Korea Selatan.
“Ini teknologi dari Korea, kami banyak belajar, jadi kami kirim orang kami sendiri, tenaga muda kami belajar ke Korea Selatan untuk mempelajari teknologinya.”
Para tenaga muda tersebut belajar di Korea Selatan terkait pembuatan benang bedah selama satu bulan. Pembelajaran lainnya dilakukan secara virtual mengingat kala itu masih terhambat pandemi COVID-19.
“Sehingga orang kami yang menjadi pintar dibawa ke sini untuk bikin dan mempraktikan (teknologinya). Pihak Korea Selatan hanya sebagai supervisi untuk bicara tahap-tahap awal supaya jangan sampai kita keliru soal standar di sana,” kata Vidjong.
Distribusi Benang Bedah
Terkait distribusinya, pihak Kalbe memasukkan produk benang bedah ke dalam e-katalog sebagai saluran awal.
“E-katalog sebagai channel awal dan ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Itu kan bicara yang e-katalog, tapi ada juga yang sektor swasta, itu juga kami kerjakan. Jadi dua-duanya kami kerjakan untuk bantu dunia kesehatan.”
Di tahap satu tahun pertama, Vidjong menargetkan agar benang bedah lokal ini dapat menggantikan 20 persen penggunaan benang bedah impor.
“Tapi kan kita maunya 50 persen, kita mesti berupaya lagi supaya makin banyak yang memakai.”
Advertisement