Tok! BCA Tebar Dividen Rp 205 per Saham

Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2022 sebesar Rp 35 per saham yang telah dibayarkan oleh BCA.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Mar 2023, 15:06 WIB
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memutuskan membagikan dividen tunai sebesar Rp 205 per saham untuk tahun buku 2022. A
Liputan6.com, Jakarta
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memutuskan membagikan dividen tunai sebesar Rp 205 per saham untuk tahun buku 2022. Angka dividen tersebut meningkat 41,4 persen dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021.
 
"Sehubungan dengan laba bersih perseroan selama tahun buku 2022 yang sebesar Rp 40,7 triliun, RUPST memutuskan penggunaan laba bersih perseroan antara lain untuk dibagikan sebagai dividen tunai sebesar Rp 205 per saham, meningkat 41,4 persen dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021," kata Presiden Direktur Bank Central Asia atau BCA Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya, Kamis (16/3/2023).
 
Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2022 sebesar Rp 35 per saham yang telah dibayarkan oleh perseroan kepada para pemegang saham pada 20 Desember 2022, sehingga sisa yang akan dibayarkan perseroan pada tanggal yang akan ditetapkan oleh direksi perseroan adalah sebesar Rp170 per saham.
 
“Kami berterima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan dari seluruh stakeholders, termasuk pemerintah dan otoritas perbankan, sehingga BCA dapat menutup tahun 2022 dengan kinerja yang solid," kata dia.
 
Meskipun menghadapi ketidakpastian perekonomian global, BCA melihat momentum bisnis di Indonesia kembali bertumbuh. Hasil keputusan RUPST, termasuk pembagian dividen tunai ini, merupakan komitmen Perseroan untuk senantiasa memberikan nilai tambah yang berkesinambungan kepada pemegang saham. 
 
"Seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, kami optimistis atas prospek bisnis ke depan dan melangkah secara pruden di tahun 2023, sekaligus konsisten mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor,” kata Jahja Setiaatmadja.
 
 
 

Bos BCA Ungkap Apa Kesalahan Silicon Valley Bank Hingga Jadi Bangkrut

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberi sambutan dalam BCA Capital Market Community Iftar Gathering dan Economy Outlook 2022 di The Langham, Jakarta (25/04/2022).  BCA telah mencatat pembukaan RDN hampir mencapai 2 juta rekening, yang menempatkan BCA sebagai pemegang market share RDN terbesar di Indonesia. Pencapaian ini ditopang oleh literasi keuangan dan transformasi digital yang dilakukan secara berkesinambungan. (Liputan6.com/HO/Eko)
Silicon Valley Bank (SVB) mengalami keruntuhan pada Jumat, 10 Maret 2023 akibat krisis modal. Menanggapi hal tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melihat ada kesalahan yang mengakibatkan SVB bangkrut.
 
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan, terdapat tiga kesalahan yang membuat SVB mengalami kebangkrutan, salah satunya hanya menerima nasabah besar. 
 
"Pertama mereka menerima hanya nasabah besar, artinya kalau nasabah besar ini keluar mereka harus menyediakan dana yang besar mereka harus menyediakan dana yang besar," kata Jahja di The Tribrata Darmawangsa Jakarta, ditulis Kamis (16/3/2023). 
 
Kedua, kesalahan Sillicon Valley Bank adalah menerima dana maupun simpanan dari startup maupun fintech. Jahja menilai startup dan fintech secara perusahaan belum stabil. 
 
"Kalau Anda terima cash flow dari usaha yang ada ketidakstabilan itu salah satu kesalahan SVB," kata dia.
 
Ketiga, Jahja bilang, kesalahan SVB terlalu percaya kepada obligasi terpercaya (trusted bond), yakni US Treasury. Lantaran, dari risiko kredit memiliki risiko nol.
 
"Mereka terlalu percaya yang disebut trusted bond yaitu US Treasury, gak salah dari segi kredit risk itu zero. Tetapi yang mereka lupa mereka terima funding beaar dari wholesale. Wholeseale itu kalau taro duit enggak mungkin ngarep bunga kecil," ujar dia. 
 
Jahja menjelaskan, celakanya pada saat suku bunga bank sentral AS atau the Fed naik, maka akan berdampak bagi treasury bills SVB. "Bond ini rumusannya kalau interest naik, harga bond turun," imbuhnya.
 
 
 
 

Di Balik Kebangkrutan Silicon Valley Bank, JPMorgan Hingga Citigroup Kebanjiran Klien Baru

Silicon Valley Bank (Foto:Instagram @siliconvalleybank)

Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) telah mendorong perpindahan nasabah ke sejumlah bank ternama di Amerika Serikat. 

Melansir US News, Rabu (15/3/2023) sejumlah pelanggan dilaporkan telah mengajukan permohonan untuk mengalihkan rekening mereka ke bank besar AS seperti JPMorgan Chase & Co dan Citigroup dari pemberi pinjaman yang lebih kecil setelah keruntuhan Silicon Valley Bank.

Laporan itu datang dari surat kabar bisnis asal Inggris, Financial Times pada Selasa (14/3), mengutip beberapa sumber yang mengetahui kabar tersebut.

Bank-bank pemberi pinjaman ini, termasuk Bank of America Corp, mencoba untuk mengakomodasi permintaan transfer tersebut dengan mengambil langkah ekstra untuk mempercepat proses pendaftaran normal, menurut laporan Financial Times.

Disebutkan, langkah darurat pemerintah AS untuk menghentikan krisis lebih lanjut pada bank tidak menghentikan para deposan untuk berupaya memindahkan rekening mereka ke bank yang lebih besar atau beralih ke dana pasar uang.

Sementara itu, Citigroup enggan mengomentari laporan Financial Times, juga JPMorgan dan Bank of America tidak menanggapi permintaan komentar.

Sebelumnya, CEO baru Silicon Valley Bank Tim Mayopoulos telah menyatakan bahwa SVB masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.

Seperti diketahui, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah turun tangan dengan mengambil alih kendali Silicon Valley Bank menyusul kolapsnya bank tersebut dalam 49 jam, melindungi simpanan nasabah senilai USD 50.000, tetapi simpanan melebihi jumlah itu - yang merupakan 85 persen dari akun SVB.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya