Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Lebih Gagah dari India-Malaysia

BI memperkirakan kalau nilai tukar rupiah akan terjaga di level stabil. Mengingat ada sejumlah peningkatan ekonomi nasional yang berdampak positif.

oleh Arief Rahman H diperbarui 16 Mar 2023, 17:00 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India.

Dia mencatat nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,75 persen secara point-to-point di akhir Februari 2023. Namun, jika dilihat secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022.

Angka ini yang disebut Perry Warjiyo lebih baik dari capaian daei Rupee India, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia.

"Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,8 persen," urainya.

Kedepannya BI memperkirakan kalau nilai tukar rupiah akan terjaga di level stabil. Mengingat ada sejumlah peningkatan ekonomi nasional yang berdampak positif.

"Kedepan BI mem stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," katanya.

"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk mengendalikan inflasi. Khususnya inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadpa nilai tukar rupiah," sambung Perry Warjiyo.

 


Tumbuh 5,3 persen

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat menggelar Rapat Dewan Gubernur Bulanan (RDGB) Maret 2023. Perry memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif di tahun 2023 ini. (Arief/Liputan6.com)

Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif di tahun 2023 ini. Angkanya berkisar antara 4,5-5,3 persen sepanjang tahun ini.

Optimisme ini diungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo usai menggelar Rapat Dewan Gubernur Bulanan (RDGB) Maret 2023. Perry melihat ada sejumlah hal positif yang dicacatkan sektor ekonomi nasional.

"Dengan berbagai perkembangan positif tersebut pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakaan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen," ujarnya dalam Konferensi Pers, Kamis (16/3/2023).

Perry menjelaskan kalau pertumbuhan ekonomi domestik dikuatkan oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Di dalam negeri sendiri konsumsi rumah tangga diperkirakan terus menguat sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat di seluruh wilayah. Kemudian, membaiknya penjualan eceran dan bergerak positifnya keyakinan konsumen.

"Investasi juga tumbuh kuat ditopang penyelesaian proyek strategis nasional dan peningkatan aliran masuk penanamana modal asing (PMA)," urainya.

 


Ekspor Lebih Tinggi

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurutnya, prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi oleh dampak positif lanjutan dari peningkatan ekspor.

Ekspor barang jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring dengan perbaikan prospek ekonomi global khususnya pembukaan kembali ekonomi di China.

"Perkembangan hingga di februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indoneisa tumbuh tinggi termasuk darinoenibgkatan ekspor batubara, bijih logam dan CPO ke Tiongkok," ungkapnya.

 


Dorong Ekonomi Wilayah

Selanjutnya, Perry mengatakan kalau kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara juga bakal terus meningkat. Sejalan dengan prospek ekspor yang turut juga berdampak positif ke sejumlah daerah.

"Secara spasial prospek ekspor yang kebih baik mendorong prospek ekonomi di wilayah Kalimantan Sumatera dan Sulawesi Maluku Papua yang lebih tinggi," ujarnya.

"Berdasarkan lapangan usaha prospek industri pengolahan, pedagang eceran serta transportasi dan pergudangan juga diperkirakan tumbuh lebih kuat," pungkasnya.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya