Mitratel Bidik Pendapatan Tumbuh 11 Persen, Belanja Modal Disiapkan Rp 7 Triliun pada 2023

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel siapkan dana belanja modal Rp 7 triliun pada 2023. Dengan belanja modal itu diharapkan pendapatan tumbuh 11 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mar 2023, 06:00 WIB
Media gathering PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, Kamis, 16 Maret 2023. (Foto: Liputan6.com/Agustina Melani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel akan siapkan dana belanja modal Rp 7 triliun pada 2023. Dana belanja modal akan berasal dari sisa dana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko menuturkan, belanja modal Rp 7 triliun untuk kegiatan organik dan inorganik. Perseroan akan membangun 13.000 KM fiber optic pada 2023. Selanjutnya menambah 4.000 tenant organik dan penambahan 1.500 tenant inorganik.

"Belanja Rp 7 triliun untuk belanjakan apa saja, belanja kegiatan organik maupun organik,” ujar dia, saat media gathering di Bali, ditulis Jumat (17/3/2023).

Dana belanja modal Rp 7 triliun itu akan dipakai untuk organik seperti membangun tower sekitar Rp 2,8 triliun dan inorganik sekitar Rp 4,2 triliun. Perseroan siapkan dana belanja modal pada 2023 akan berasal dari sisa dana hasil IPO. Sebelumnya, Perseroan meraup dana IPO Rp 18,79 triliun pada November 2021.

Dari dana IPO tersebut, perseroan telah merealisasikan 75 persen. Dana hasil belanja modal sebesar Rp 9,3 triliun untuk inorganik dengan optimalkan akuisisi lebih dari 6.000 menara pada 2022 dan akuisisi aset fiber. Selanjutnya memaksimalkan organik dan mengembangkan produk baru sebesar Rp 2,9 triliun dan optimalkan modal kerja Rp 1,8 triliun.

“Pertama optimalkan sisa proxit dana IPO masih ada Rp 4 triliun. Kekuatan modal kita sendiri. Kekuatan cash flow kita akan dipergunakan,” kata Theodorus.

Sementara itu, Mitratel juga pasang target pertumbuhan pendapatan 11 persen, demikian juga earning before interest, tax, depreasiation and amortisation (EBITDA) sebesar 11 persen pada 2023. Pertumbuhan pendapatan itu, menurut Theodorus didorong dari tambahan tenant sebanyak 4.000 dan melanjutkan kegiatan inorganik. Hal ini dengan pembelian aset dari dampak konsolidasi provider dan aset operator.

“Kami optimis pasang angka kurang lebih 11 persen untuk tumbuh dengan monetisasi aset di kami,” ujar dia.

Selain itu, menara perseroan sebagian besar di luar Jawa juga menjadi kesempatan perseroan dukung kinerja keuangan.

“58 persen tower Mitratel di luar Jawa, sangat match dengan ekspansi non Telkomsel, akan seberapa besar Telkomsel dan Telkon lakukan, tahun ini operator rollout  ini jadi driver kami 40 persen ada di tangan di samping ada kesempatan di luar bisnis tower, ada fiber,operator,” tutur dia.

 


Kinerja Keuangan Mitratel pada 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) membukukan kinerja positif hingga akhir 2022. Mitratel mencatat pendapatan Rp 7,72 triliun pada 2022, meningkat 12,53 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,86 triliun. 

Mengutip laporan keuangan Dayamitra Telekomunikasi, Senin, 6 Maret 2023, beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 4,07 triliun atau meningkat 11,50 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 3,65 triliun.

Dengan demikian, laba bruto Dayamitra Telekomunikasi naik 13,70 persen menjadi Rp 3,65 triliun pada 2022 dari Rp 3,21 triliun pada 2021. Perseroan juga mencatatkan peningkatan laba usaha 14,96 persen menjadi Rp 3,15 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 2,74 triliun.

Hingga akhir 2022, Dayamitra Telekomunikasi mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,78 triliun. Laba perseroan melonjak 28,98 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,38 triliun.

Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 56,07 triliun hingga akhir 2022 turun dari akhir tahun lalu sebesar Rp 57,72 triliun. Kemudian, liabilitas MTEL Rp 22,26 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 24,08 triliun.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 33,80 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 33,64 triliun.


Mitratel Rampungkan Proses Akuisisi 997 Menara Rp 1,65 Triliun

Telkom lewat Mitratel yang menargetkan pembangunan 6.000 menara operator jaringan komunikasi dalam tiga tahun kedepan.

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi milik PT Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Pembelian menara ini akan semakin memperkuat fundamental bisnis Mitratel serta meningkatkan potensi pertumbuhan dalam jangka panjang.  

Mitratel telah melakukan penandatanganan perjanjian jual beli (Sales and Purchase Agreement/SPA) dengan PT Indosat Ooredoo Hutchison pada 1 Maret 2023 untuk pembelian 997 menara dengan total nilai sebesar Rp 1,64 triliun.

Direktur Utama Mitratel Teddy Hartoko mengatakan, aksi korporasi ini merupakan salah satu bentuk strategi dan komitmen Mitratel  untuk memperkuat fundamental sekaligus memberikan nilai tambah bagi seluruh Mobile Network Operator (MNO) dan usaha untuk menjadi end to end Digital Infrastructure Company.

Menurut dia, aksi ini merupakan kesempatan bagi Mitratel untuk mendapatkan aset menara telekomunikasi dengan spesifikasi dan lokasi yang strategis dalam rentang waktu yang singkat. Dengan demikian potensi kolokasi untuk seluruh MNO akan terbuka semakin luas.

"Ditambah dengan solusi end to end yang kami tawarkan seperti fiber to the tower dan energy as a service, kami yakin Mitratel dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan MNO,” kata Teddy dalam keterangan resmi, Kamis (2/3/2023).

Teddy menuturkan, tahun ini Mitratel akan fokus untuk monetisasi aset melalui peningkatan kolokasi. Mitratel sebagai Tower Provider Independen akan terus agresif memonetisasi aset melalui order dari seluruh MNO seiring ekspansi jaringan MNO termasuk di luar Jawa.

Peningkatan permintaan kolokasi dari MNO tentunya akan berdampak pada tumbuhnya Tenancy Ratio yang pada gilirannya meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Per September 2022 Mitratel memiliki lebih dari 35 ribu menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia dengan komposisi 42 persen yang berada di Pulau Jawa, dan 58 persen berada di luar pulau Jawa dan menjadikan Mitratel sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.

"Ke depannya, Mitratel dan IOH berkomitmen untuk terus saling mendukung pengembangan bisnis dan layanan melalui beberapa kerjasama yang mengikuti perjanjian jual beli menara ini,” ujar Teddy.


Mitratel Borong Jaringan Optik Rp 603 Miliar

Menara telekomunikasi Mitratel (Foto: Mitratel).

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel melakukan penandatanganan akta jual beli (AJB) aset jaringan kabel optik dengan PT Trans Indonesia Superkoridor dan PT Sumber Cemerlang Kencana Permai. Aset dimaksud berupa kabel optik dengan panjang fisik kurang lebih 2.012 kilometer.

PGS Direktur Investasi merangkap Sekretaris PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, Ian Sigit Kurniawan mengungkapkan, transaksi ini berlangsung pada 19 Desember 2022. Nilai penandatanganan AJB yakni sebesar Rp 603 miliar.

“Kepemilikan aset jaringan kabel optik ini akan memperkuat ekosistem di bisnis tower yang akan meningkatkan keragaman produk dan layanan kepada pelanggan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk,” kata Ian dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (22/12/2022).

Transaksi ini tidak termasuk transaksi afiliasi maupun benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 42/POJK.04/2020 tentang transaksi afiliasi dan benturan kepentingan.

Mitratel terus menjaga pertumbuhan dan berkembang menjadi perusahaan tower (towerco) terbesar di regional yang adaptif terhadap perubahan. Mitratel kini menjadi perusahaan menara telekomunikasi independent terbesar di Asia Tenggara dengan 28 persen saham kepemilikan publik yang memiliki layanan terlengkap.

Perseroan juga berhasil mencatatkan kinerja cemerlang dan di atas rata-rata industri pada periode Januari – September 2022. Pendapatan Perseroan selama periode sembilan bulan pertama 2022 naik 11,5 persen secara tahunan menjadi Rp 5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,02 triliun.

Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih perusahaan melesat 18,1 persen menjadi Rp 1,22 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,03 triliun. Begitu juga dengan EBITDA yang mengalami kenaikan sebesar 15,7 persen menjadi Rp 4,4 triliun.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya