Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Irlandia di Indonesia kembali menghadirkan Mata Irlandia atau Ireland's Eye untuk merayakan St Patrick’s Day. Lima seniman bertalenta menampilkan karya seni inspiratif di World Trade Center 2 pada 16 Maret sampai 7 April 2023.
Lucy Peters, Maudy O'Neill, Michelle Malone, Myfanwy Frost Jones, Orla Comerford mengekplorasi isu tentang perubahan iklim, globalisasi, ketidaksetaraan sosial dan perubahan teknologi yang cepat yang dilihat dari perspektif Irlandia, sebagai negara yang diapit oleh benua Eropa dan Amerika.
Advertisement
Kelima seniman akan menjawab pertanyaan yang membentuk identitas individu, komunal dan nasional. Karya seni dari kelima seminan ini akan dikurasi oleh Mark Joyce.
Mark Joyce adalah seorang seniman, kurator, dan dosen. Mark mengeksplorasi anomali dan keanehan fenomenologis dari pengalaman optik kita, dengan ide-ide yang diambil dari konsep ilmiah dan filosofis tentang cahaya fisik.
Mata Irlandia pada 2022 juga dikuratori olehnya dan Mark juga telah mengkurasi beberapa pameran di Eropa dan Australia, seperti Ingenious at The Drawing Project di Dublin pada 2013 dan The way things are di Sydney Non Objective pada 2010. Sejak 2016 Mark mengajar sebagai dosen di IADT, Dublin.
Ada kemiripan dalam sejarah Irlandia dan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Bangsa Irlandia dan Indonesia juga berbagi identitas budaya dan seni yang kuat, yang di terjemahkan dalam beragam bentuk seperti musik, kriya, cerita, pembuatan film dan seni urban.
Lima Seniman Inspiratif Irlandia Memamerkan Hasil Karyanya
Lucy Peters memiliki latar belakang di dunia fesyen. Seperti kebanyakan orang, dia menjadi sangat khawatir dengan volume raksasa dari pakaian yang diproduksi secara massal dan berakhir di pembuangan sampah.
Eksplorasinya mengenai praktik konsumsi berlebihan membawanya ke riset mengenai perusahaan fesyen, termasuk mereka yang telah gulung tikar, serta strategi yang telah dikembangkan oleh lembaga-lembaga amal untuk mengelola gudang-gudang berisi jutaan pakaian bekas,umumnya tidak terpakai, dari fast fashion clothing.
Instalasi bertajuk Making It Laaaast adalah koleksi seni berisi patung-patung yang terbuat dari pakaian-pakaian bekas yang dipotong lalu dipintal dan diikat menjadi satu patung berukuran besar. Tiap patung membutuhkan waktu paling lama lima bulan untuk menyelesaikannya, dan setiap patung dibuat dari material pakaian yang telah didaur ulang, didonasikan, atau dibuang.
Pada 2022, Lucy meraih gelar Master of Arts di jurusan Art and Research Collaboration dari Institute of Art Designand Technology di Dunlaoghaire, Irlandia. Karya Lucy juga diakui oleh Visual Arts Awards 2022 dari Royal Dublin Society di mana ia menyabet Graduate Studio Award 2022 dari Royal Hibernian Academy.
Advertisement
Karya Seni Inspiratif dalam Perayaan St.Patrick's Day
Mandy O'Neill adalah seorang fotografer berkebangsaan Irlandia yang tinggal di Dublin. Karya-karyanya menempati ruang antara komentar sosial dan strategi representasional, dengan penekanan pada hubungan antara manusia dan tempat.
Sebagian besar kemahirannya diasah melalui residensi seniman yang kemudian dikembangkan di lembaga pendidikan dan melalui keterlibatannya dengan kaum muda. Penelitiannya saat ini mempertimbangkan tema tempat, kepemilikan, dan dampak pembangunan pada lanskap, melalui studi berbasis fotografi di distrik Cabra di pinggiran kota Dublin.
Mandy memiliki gelar Master of Arts di jurusan Public Culture Studies serta gelar Bachelor of Arts di jurusan Fotografi. Karyanya telah dipamerkan baik secara nasional maupun internasional, di antaranya pameran di Museum Foto Irlandia, Galeri Nasional Irlandia, Draíocht dan CCI Paris.
Mandy juga mendapatkan pendanaan dari Dewan Seni Irlandia, Dewan Kota Dublin, Lembaga Kreatifdan Budaya Irlandia, serta merupakan pemenang Zurich Portrait Prize 2018 di Galeri Nasional Irlandia. Saat ini, ia mengambil studi doktoral berbasis praktik di Dublin City University yang didanai oleh Dewan Riset Irlandia.
Karya Seni yang Dipamerkan dari Perspektif Irlandia
Keahlian Michelle Malone dibentuk dari pengalaman pribadinya tumbuh di sejumlah perumahan umum di pusat kota Dublin. Instalasi multi-disiplinnya terdiri dari patung, pembuatan gambar, sejarah lisan, audio dan teks. Karya seninya berupaya memberikan suara kepada sejarah kelas pekerja dari perspektif pengalaman hidup. Ia yakin bahwa industri seni perlu membiarkan orang-orang yang terpinggirkan menceritakan kisah mereka sendiri.
Dia percaya bahwa benda-benda memiliki nilai budaya yang dikenal secara kolektif dan bahwa semua bahan bias. Michelle memiliki niat untuk menginstrumentasi dan mempersenjatai makna bersama dari materi dan objek untuk menceritakan sejarah kelas pekerja secara visual, dan untuk menciptakan empati/identitas yang diwujudkan untuk isu tersebut. Tujuan akhir dari praktiknya adalah memasukkan simbolisme kelas pekerja yang autentik ke dalam wadah artistik.
Myfanwy Frost-Jones adalah seorang seniman yang juga berprofesi sebagai peternak kerang yang tinggal di West of Ireland. Karya Myfanwy mengeksplorasi hubungan antara lahan, lanskap, dan ekologi di dalam sebuah ruang rural. Menggabungkan cerita sejarah kolonialisme dan invasi yang penuh konflik dengan masalah terkini di bidang peternakan kerang, biodiversity, dan erosi pantai, dia menciptakan foto-foto dan instalasi gambar bergerak yang memikat.
Myfanwy adalah seniman peraih penghargaan yang menamatkan pendidikannya di Crawford College of Art and Design di Cork. Ia adalah penerima Royal Dublin Society Mason Hayes & Curran LLP CC Irlandais Residency Award 2022, Sample Studios Associate Residency Award, National Sculpture Factory Residency Award, dan Backwater Artist Studios Moving Image Bursary 2022. Karyanya telah dipamerkan di IndieCork, Living Canvas Dublin, dan Paris Photo. Ia juga pernah menggelar pameran tunggal di MTU Exhibition Centre dan Studio 12 BAG Cork.
Sementara, Orla Comerford adalah seorang seniman visual yang bekerja menggunakan medium video, audio, fotografi, dan kayu. Eksplorasi mengenai glitch art dan pertanyaan tentang siapa yang dapat melihat dalam resolusi tinggi adalah tema-tema utama dalam koleksi karyanya. Sebagai seorang seniman dengan gangguan penglihatan, glitch art dan distorsi gambar diceritakan dari bagaimana dia melihat dunia. Kecintaannya akan dunia pertukangan kayu serta kemampuan mengolah kayu yang didapatkan dari sesepuhnya telah menjadi pokok bahasan penting dalam karya-karyanya.
Dalam karya "Institutions for the Blind", ia mengkritik bagaimana dahulu kala keterampilan sebagai perajin diajarkan kepada orang buta sebagai sarana pekerjaan di masyarakat tanpa akses ke pekerjaan lain. Sementara salah satu video karyanya mengundang orang untuk mempertimbangkan cara melihat, yang juga fokus kepada kesempatan dan aksesibilitas yang telah diberikan oleh teknologi bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan.
Pada 2022, Orla menyabet penghargaan tertinggi di Fine Art Media di National College of Art and Design. Ia juga pernah memamerkan karyanya di Royal Dublin Society Visual Arts Awards Exhibition dan menerima RDS Members Fund Award.
Advertisement