Liputan6.com, Jakarta Minat masyarakat terhadap AMDK galon bening mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data terbaru di tahun 2022, market share AMDK galon bening yang terbuat dari Polyethylene Terephthalate (PET), meningkat dari 6% menjadi kini 8%. Sebaliknya, market share galon guna ulang dari plastik keras polikarbonat turun dari posisi 94% hingga kini di angka 92%.
Informasi tentang AMDK galon bening yang sehat dan aman yang terus meluas disinyalir menjadi salah satu faktor masyarakat mulai minat menggunakan galon bening.
Advertisement
Sementara itu, dalam hal jenis galon yang beredar di pasar, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) Eko Susilo dari 30-40 juta galon yang beredar di Indonesia masih didominasi galon guna ulang polikarbonat hingga 90%. Namun, ia juga menjelaskan saat ini terjadi peningkatan pasar untuk produk AMDK di luar market leader.
“Pertumbuhan produsen air minum kemasan di luar pemain besar tumbuh 2 digit, di mana hal tersebut menjadi kabar baik bagi kami, produsen air minum kemasan lokal,” kata Eko.
Mengutip data terbaru yang dikeluarkan Asparminas pada awal 2023, pertumbuhan pasar AMDK galon pada 2022 mencapai angka 4% dan pemain besar cenderung stagnan. Artinya, pemain-pemain menengah dan kecil lainnya di luar pemain besar, telah berhasil melakukan inovasi dan meningkatkan daya saing, sehingga bisa merebut pasar dari pemain besar.
“Pelaku usaha bisa lebih inovatif dan lebih tenang dalam menjalankan usaha air minum karena sudah sesuai regulasi pemerintah, dan masyarakat juga diuntungkan karena kesehatan mereka bisa lebih terjaga,” paparnya.
Industri AMDK Harus Berinovasi
Eko mengatakan, produsen air minum kemasan lokal yang berjumlah 95% lebih tersebar di seluruh pelosok nusantara.
“Mereka (pelaku usaha dalam negeri) harus terus berinovasi dan meningkatkan daya saing, sehingga bisa berkontribusi pada pembangunan dan peningkatan kesejahteraan di daerah masing-masing,” katanya.
Inovasi memang sangat penting, pasalnya market share pelaku usaha menengah dan kecil masih jauh di bawah market leader yang menguasai lebih dari separuh pasar AMDK di Indonesia. Saat ini ada 1.200 pelaku industri air minum dalam kemasan, dengan volume air minum 35 miliar liter per tahun, 2.100 merek dan 7.000 lebih izin edar.
Di samping itu, Eko juga pernah menyinggung bahwa pelaku industri AMDK sebetulnya mampu menghemat biaya produksi hingga Rp1,5 triliun per tahun bila mereka mau meninggalkan galon polikarbonat yang masih impor dan beralih menggunakan galon dari jenis plastik PET produksi dalam negeri yang lebih kompetitif dan mudah di daur ulang.
“Jadi, seharusnya sumber dari dalam negeri yang melimpah yang justru didukung, bukan tetap memaksakan impor,” katanya.
(*)
Advertisement