Menguatnya Wacana Prabowo-Ganjar Disebut Jadi Pukulan Telak bagi Cak Imin

Ahmad Khoirul Umam menilai, Wacana koalisi besar Prabowo-Ganjar yang dimunculkan oleh Jokowi dalam acara panen raya di Kebumen pekan lalu, menjadi pukulan telak bagi Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

oleh Nasrul Faiz diperbarui 17 Mar 2023, 16:52 WIB
Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. (Foto: Twitter @prabowo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (IndoStrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, Wacana koalisi besar Prabowo-Ganjar yang dimunculkan oleh Jokowi dalam acara panen raya di Kebumen pekan lalu, menjadi pukulan telak bagi Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Oleh karena itu, Umam menyebut wajar apabila Cak Imin menyatakan sikap tegasnya, jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar.

"Skema Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung oleh PDIP dan Gerindra, secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi Partai Islam," kata Umam kepada Liputan6.com, Jumat (17/3/2023).

"Secara tidak langsung, gabungan PDIP dan Gerindra meneguhkan dominasi kekuatan politik nasionalis dan memaksa partai-partai Islam menjadi "makmum", pengikut, atau sekadar penggembira dalam koalisi politik pencapresan," lanjutnya.

Dalam konteks yang lebih spesifik, kata Umam, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional.

"Dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Ormas Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, sekitar 10 persen, seolah akan "dipaksa" untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu, untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres," ujarnya.


Proposal Jadi Cawapres Jokowi Bertepuk Sebelah Tangan

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan sejumlah kader partai PKB bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (31/10/2022). (Foto: Lizsa Egeham/Liputan6.com).

Di Pilpres 2019 misalnya, setelah proposal Cak Imin untuk menjadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan, PKB hampir membentuk koalisi bersama partai lain untuk mengusung Gatot Nurmantyo-Muhaimin.

Namun rencana koalisi itu terpaksa digagalkan karena Cak Imin berada di bawah tekanan kekuatan tertentu, yang disebut mengancam dengan politisasi instrumen hukum, untuk menghentikan dan mendisiplinkan manuver politik Ketum PKB saat itu.

"Kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres juga tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa, yang akan memaksa PKB untuk "tunduk pada perintah kekuasaan," Umam menandasi.


Bentuk Ketegasan Atas Sikap Gerindra

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengaku tidak tertarik soal suara-suara yang menggaungkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di sisi lain, Umam menuturkan, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat, merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra yang hingga hari ini terlihat masih bermain dua kaki atau double standard.

"Di satu sisi sudah membangun kesepakatan dengan PKB tapi belum ingin finalisasi skema Capres-Cawapres bersama Cak Imin, di sisi lain semakin agresif melakukan penjajagan komunikasi dengan partai-partai lain untuk membuka peluang koalisi yang lebih besar," kata Umam.

"Jika pola relasi ini dipertahankan, maka PKB yang akan dirugikan. Sebab, jika politik standar ganda Gerindra akhirnya bisa membuka kuncian koalisi dengan PDIP, maka PKB akan kena "prank" sekaligus di-faith accompli atau dipaksa untuk menerima keadaan," pungkasnya.

Infografis 4 Suvei Terbaru Elektabilitas Duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya