Liputan6.com, Trenggalek - Empat pelajar harus menjalani ujian satuan pendidikan (USP) di Mapolres Trenggalek akibat aksi usil melempar batu rombongan ziarah GP Ansor Tulungagung.
Empat pelajar yang menjalani ujian di Polres Trenggalek itu adalah AP, MF, DS dan MS. Mereka menjalani ujian sekolah di ruang konseling Satreskrim Polres Trenggalek.
Advertisement
"Ini merupakan fasilitasi kami untuk memberikan kesempatan para tahanan agar tetap bisa mengikuti USP. Ini murni demi pertimbangan kemanusiaan mengingat usia mereka masih sangat muda," kata Kapolres Trenggalek AKBP Alith Alarino, Sabtu (18/3/2023), dikutip dari Antara.
Pelaksanaan USP pada pelajar berkonflik dengan hukum tersebut, juga terselenggara berkat koordinasi pihak lembaga sekolah yang lebih dulu mengajukan permohonan agar peserta didik mereka yang saat ini menjalani masa tahanan atas tindak pidana yang dilakukan, tetap bisa mengikuti ujian sekolah.
Opsi awal yang diajukan sesuai permohonan, pelajar berkonflik hukum bisa mengikuti USP di sekolah. Namun, karena pertimbangan keamanan, kepentingan penyidikan serta psikologis siswa ujian akhirnya diputuskan digelar di Mapolres Trenggalek.
Alith berharap mereka bisa belajar dan memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatannya.
"Kendati dengan kondisi yang serba terbatas, kami berharap para tahanan ini bisa mengikuti seluruh rangkaian proses ujian dan lulus dengan baik," ujarnya.
Agar peserta didik dapat mengerjakan ujian dengan tenang, petugas kepolisian berjaga di luar ruang. Sementara mereka di dampingi oleh masing-masing guru perwakilan sekolah.
"Ujian ini kami laksanakan di ruang konseling Satreskrim dan selama pelaksanaannya didampingi oleh guru dari masing-masing sekolah," kata Kasat Tahti Polres Trenggalek Iptu Singgih Susilo.
Ujian itu dilaksanakan selama empat hari dengan pengujian tiga mata pelajaran setiap harinya.
Tuntaskan Pendidikan
Dengan ujian di Mapolres itu diharapkan peserta didik dapat menuntaskan pendidikannya dengan hasil yang maksimal.
Selain itu pihak kepolisian berharap agar peristiwa itu dijadikan pembelajaran bersama sehingga kasus serupa diharapkan tidak terulang. Sebab mereka memiliki masa depan yang masih panjang.
Keempat pelajar yang masih duduk di bangku kelas X dan XI itu sebelumnya ditahan polisi karena terlibat aksi pelemparan minibus rombongan peziarah GP Ansor Tulungagung, Minggu (5/3). Aksi itu diduga dilatarbelakangi persaingan pengaruh antar-perguruan silat.
Namun, dalam insiden itu disebut-sebut kelompok remaja dari salah satu perguruan silat salah menyasar minibus rombongan yang dikiranya ditumpangi kelompok perguruan silat lain.
Advertisement