Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 9,59 triliun di pekan kedua Maret 2023.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, berdasarkan data transaksi 13 hingga 16 Maret 2023, transaksi non residen atau aliran modal asing di pasar keuangan domestik untuk beli neto Rp 9,59 triliun.
Advertisement
"Terdiri dari beli neto Rp 10,31 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 0,73 triliun di pasar saham,"jelas dia dalam keterangan tertulis BI, Sabtu (18/3/2023).
Sedangkan selama 2023 berjalan ini, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Maret 2023, nonresiden beli neto Rp 39,67 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 0,52 triliun di pasar saham.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Lebih Gagah dari India-Malaysia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India.
Dia mencatat nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,75 persen secara point-to-point di akhir Februari 2023. Namun, jika dilihat secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022.
Angka ini yang disebut Perry Warjiyo lebih baik dari capaian daei Rupee India, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia.
"Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,8 persen," urainya.
Kedepannya BI memperkirakan kalau nilai tukar rupiah akan terjaga di level stabil. Mengingat ada sejumlah peningkatan ekonomi nasional yang berdampak positif.
"Kedepan BI mem stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," katanya.
"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk mengendalikan inflasi. Khususnya inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadpa nilai tukar rupiah," sambung Perry Warjiyo.
Advertisement