Petronas Carigali Sdn Bhd, BUMN minyak dan gas (migas) asal Malaysia, tercatat sebagai perusahaan yang paling agresif dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan penemuan cadangan migas baru di Asia Tenggara.
Menurut laporan Wood Mackenzie yang dikutip Liputan6.com, Kamis (28/2/2013), perusahaan migas milik pemerintah Malaysia tersebut menemukan tiga cadangan besar di lepas pantai Sarawak, dengan total cadangan 6,3 triliun kaki kubik.
"Penemuan ini mendukung rencana Petronas untuk meningkatkan kapasitas kilang pengolahan gas alam cair (LNG) ke-9 di Bintulu," ungkap laporan tersebut.
Sementara PT Pertamina (Persero) berada di posisi kedua sebagai perusahaan yang paling aktif dalam kegiatan pengeboran. Namun, perusahaan pelat merah tersebut lebih fokus pada eksplorasi di lapangan migas yang berada di darat dengan risiko lebih rendah.
Lembaga riset yang berbasis di Edinburgh, Skotlandia juga mencatat Malaysia sebagai negara yang paling agresif di sektor hulu migas di kawasan Asia Tenggara sepanjang 2012. Sementara Indonesia dinilai cukup mengecewakan pada tahun lalu.
Malaysia menemukan cadangan migas sebesar 1,4 miliar barel setara minyak (boe) pada tahun lalu, atau sekitar 72% dari total temuan migas di wilayah Asia Tenggara sebanyak 1,9 miliar boe.
Malaysia dengan enam lapangan gas baru yang termasuk 10 penemuan terbesar di Asia Tenggara. Enam blok gas itu diprediksi memiliki cadangan 7,3 triliun kaki kubik.
Sementara Indonesia tercatat hanya berkontribusi 14% dari total temuan yaitu sebesar 13 juta boe. Husky Energy merupakan kontraktor migas yang paling berhasil melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Madura Strait, di lepas pantai Jawa.
"Cadangan migas ditemukan di seluruh wilayah ini menurun sebesar lebih dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya," tulis laporan itu.
Jumlah sumur eksplorasi yang dibor di Asia Tenggara sepanjang 2012 tercatat 190 sumur, terendah dalam dekade terakhir yang rata-rata tahunannya lebih dari 200 sumur. Penurunan terbesar berada di Thailand dan Vietnam.
Wood Mackenzie menyebutkan seluruh perusahan migas di Asia Tenggara menghabiskan dana sekitar US$ 3,3 miliar untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Sekitar 80% dana tersebut digunakan untuk mengebor sumur lepas pantai. (Ndw)
Menurut laporan Wood Mackenzie yang dikutip Liputan6.com, Kamis (28/2/2013), perusahaan migas milik pemerintah Malaysia tersebut menemukan tiga cadangan besar di lepas pantai Sarawak, dengan total cadangan 6,3 triliun kaki kubik.
"Penemuan ini mendukung rencana Petronas untuk meningkatkan kapasitas kilang pengolahan gas alam cair (LNG) ke-9 di Bintulu," ungkap laporan tersebut.
Sementara PT Pertamina (Persero) berada di posisi kedua sebagai perusahaan yang paling aktif dalam kegiatan pengeboran. Namun, perusahaan pelat merah tersebut lebih fokus pada eksplorasi di lapangan migas yang berada di darat dengan risiko lebih rendah.
Lembaga riset yang berbasis di Edinburgh, Skotlandia juga mencatat Malaysia sebagai negara yang paling agresif di sektor hulu migas di kawasan Asia Tenggara sepanjang 2012. Sementara Indonesia dinilai cukup mengecewakan pada tahun lalu.
Malaysia menemukan cadangan migas sebesar 1,4 miliar barel setara minyak (boe) pada tahun lalu, atau sekitar 72% dari total temuan migas di wilayah Asia Tenggara sebanyak 1,9 miliar boe.
Malaysia dengan enam lapangan gas baru yang termasuk 10 penemuan terbesar di Asia Tenggara. Enam blok gas itu diprediksi memiliki cadangan 7,3 triliun kaki kubik.
Sementara Indonesia tercatat hanya berkontribusi 14% dari total temuan yaitu sebesar 13 juta boe. Husky Energy merupakan kontraktor migas yang paling berhasil melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Madura Strait, di lepas pantai Jawa.
"Cadangan migas ditemukan di seluruh wilayah ini menurun sebesar lebih dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya," tulis laporan itu.
Jumlah sumur eksplorasi yang dibor di Asia Tenggara sepanjang 2012 tercatat 190 sumur, terendah dalam dekade terakhir yang rata-rata tahunannya lebih dari 200 sumur. Penurunan terbesar berada di Thailand dan Vietnam.
Wood Mackenzie menyebutkan seluruh perusahan migas di Asia Tenggara menghabiskan dana sekitar US$ 3,3 miliar untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Sekitar 80% dana tersebut digunakan untuk mengebor sumur lepas pantai. (Ndw)