Liputan6.com, Jakarta - Sampai saat ini, masih terus dilapokan di Indonesia adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia akibat virus Corona oleh Tim Satuan Tugas atau Tim Satgas Penanganan Covid-19.
Terdapat penambahan 355 orang terkonfirmasi positif Covid-19 pada hari ini, Sabtu (18/3/2023).
Advertisement
Total akumulatif ada 6.741.082 orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia hingga saat ini.
Kasus sembuh pada hari ini bertambah 278 orang. Sampai kini total akumulatifnya terdapat 6.576.336 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 di Indonesia.
Sementara itu, angka kasus meninggal dunia ada penambahan 1 orang. Di Indonesia hingga kini ada 160.969 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Data update pasien Covid-19 di Indonesia yang disebabkan virus Corona tersebut terhitung sejak Jumat 17 Maret 2023 pukul 12.00 WIB hingga hari ini Sabtu (18/3/2023) pada jam yang sama atau per 24 jam.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kisahnya dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Mulai dari mengeluarkan kebijakan awal hingga akhirnya pemerintah menyatakan pandemi jauh lebih rendah.
Menko Luhut menyebut awalnya banyak orang yang memandang dia tak bisa mengendalikan Covid-19. Padahal, ketua tim penanganan pandemi Jawa-Bali ini berpegang pada kemampuan manajerialnya.
"Saya masih ingat sebagian orang mengkritik kita, khususnya ke saya, kalau saya enggak berpengalaman tangani pandemi Covid-19 karena saya bukan seorang epidemiolog, saya bukan epidemiolog," kata dia dalam Indonesia Leading Economic Forum 2023, Selasa 14 Maret 2023.
Menko Luhut Akui Bukan Orang yang Ahli
Menko Luhut memang mengakui dia bukan seorang yang ahli dalam penanganan pandemi. Tapi satu hal yang dipegangnya adalah kemampuan manajerial.
"Saya bilang, saya memang bukan epidemiolog, tapi saya punya kemampuan manajemen yang baik. Dan saya bisa tangani ini, akhirnya saya buktikan," tegas Luhut.
Modal awal yang jadi poin pentingnya adalah percaya diri, kata Luhut. Termasuk dalam hal ini adalah membangkitkan kembali ekonomi nasional setelah berhasil menekan angka kasus covid-19.
"Jadi saya pikir itu membawa kepercayaan diri bagi kita. Kalau kita bisa me-manage covid, dan kita bikin ekonomi kita bersamaan dan kita bisa lakukan hal lainnya," bebernya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, di tengah perlambatan ekonomi negara besar, Indonesia dan ASEAN mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dunia.
Bahkan Indonesia disebut merupakan the bright spot in the dark di tengah ketidakpastian global. Di 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh solid sebesar 5,3 persen (yoy).
Advertisement
Masih Optimis
Pada sisi pengeluaran, konsumsi masih menjadi kontributor utama terbesar dan kinerja ekspor mampu tumbuh pada angka dua digit. Pada sisi lapangan usaha, sektor utama masih tumbuh kuat seperti manufaktur, perdagangan, transportasi, dan infokom.
"Kalau kita lihat, kinerja ekonomi Indonesia itu tahun 2022 kemarin, dua indikator utama, pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi sekali, 5,31 persen, di sisi yang lainnya inflasi cukup terkendali. Inflasi kemarin di angka 5,5 persen," jelas Susiwijono dalam Rapat Kerja Teknis PROPAM POLRI 2023, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis 2 Maret 2023.
"Dua hal ini yang menjadi nilai lebih kita di mata dunia. Dan dari surveinya Bloomberg, mengukur suatu negara terjadi resesi atau tidak, Indonesia relatif pada posisi paling rendah. Jadi paling jauh dari terjadinya resesi," tambah dia.
Berbagai leading indicator baik dari sektor riil dan eksternal, menunjukkan prospek ekonomi ke depan berada di level yang baik, tercermin dari nilai IKK yang masih optimis, PMI Manufaktur yang konsisten ekspansif, neraca perdagangan yang masih menunjukkan tren surplus selama 33 bulan berturut-turut, dan rasio utang luar negeri terhadap PDB yang masih dalam level aman.
Namun, Pemerintah tetap waspada dan antisipatif dalam menghadai risiko kedepan, mengingat pertumbuhan global diperkirakan masih melambat di tahun 2023. Hal ini terjadi karena berbagai risiko seperti ketidakpastian tensi geopolitik, potensi terjadinya extreme weather, tingginya tingkat suku bunga, dan kebijakan fiskal yang relatif sempit.
Sehingga, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global melambat dari 3,4 persen pada tahun 2022 menjadi 2,9 persen pada 2023.
Perjalanan Kasus Corona di Indonesia
Kasus infeksi virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Desember 2009. Dari kasus tersebut, virus bergerak cepat dan menjangkiti ribuan orang, tidak hanya di China tapi juga di luar negara tirai bambu tersebut.
2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka.
Ada dua suspect yang terinfeksi Corona, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Kontak tracing dengan pasien Corona pun dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Dari hasil penelurusan, pasien positif Covid-19 terus meningkat.
Sepekan kemudian, kasus kematian akibat Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 11 Maret 2020. Pasien merupakan seorang warga negara asing (WNA) yang termasuk pada kategori imported case virus Corona. Pengumuman disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Urusan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat
Yurianto mengatakan, pasien positif Covid-19 tersebut adalah perempuan berusia 53 tahun. Pasien tersebut masuk rumah sakit dalam keadaan sakit berat dan ada faktor penyakit mendahului di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita.
Jumat 13 Maret 2020, Yurianto menyatakan pasien nomor 01 dan 03 sembuh dari Covid-19. Mereka sudah dibolehkan pulang dan meninggalkan ruang isolasi.
Pemerintah kemudian melakukan upaya-upaya penanganan Covid-19 yang penyebarannya kian meluas. Di antaranya dengan mengeluarkan sejumlah aturan guna menekan angka penyebaran virus Corona atau Covid-19. Aturan-aturan itu dikeluarkan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres).
Salah satunya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Keppres ini diteken Jokowi pada Jumat, 13 Maret 2020. Gugus Tugas yang saat ini diketuai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ini dibentuk dalam rangka menangani penyebaran virus Corona.
Gugus Tugas memiliki sejumlah tugas antara lain, melaksanakan rencana operasional percepatan penanangan virus Corona, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan virus Corona.
Sementara itu, status keadaan tertentu darurat penanganan virus Corona di Tanah Air ternyata telah diberlakukan sejak 28 Januari sampai 28 Februari 2020. Status ditetapkan pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.
Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Sebab, daerah-daerah di tanah air belum ada yang menetapkan status darurat Covid-9 di wilayah masing-masing.
Agus Wibowo menjelaskan jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi.
Penanganan kasus virus corona (Covid 19) pun semakin intens dilakukan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi sekaligus memberikan pengobatan terhadap mereka yang terpapar Covid-19.
Advertisement