Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI mampu mengelola likuiditas dengan baik di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil. Selain itu, BNI juga mampu menjaga keuangan bank dalam kondisi likuid untuk memenuhi berbagai kebutuhan dana nasabah.
Hal tersebut tercermin dari Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang mencapai 219 persen dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) yang berada di posisi 124,2 persen pada Desember 2022, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100 persen.
Advertisement
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo menuturkan, angka-angka tersebut menunjukkan ketahanan BNI terhadap guncangan yang mungkin terjadi.
"Profil likuiditas kami sangat baik, jauh di atas persyaratan regulator," kata Okki dalam keterangan resminya, ditulis Minggu (19/3/2023).
Menurut ia, sebagian besar pendanaan BNI terdiri dari pendanaan yang stabil yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK), dan hanya kurang dari 10 persen yang berasal dari pendanaan wholesale seperti obligasi yang diterbitkan, pinjaman, dan deposito dari bank lain.
"Kepercayaan deposan terhadap BNI juga terjaga dengan pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang sehat, sehingga CASA ratio kami saat ini ada di kisaran 73 persen," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, risiko tekanan pada aset juga sangat kecil karena hanya sebagian kecil dari aset produktif BNI yang merupakan surat berharga non-pemerintah.
Dari total portofolio bond yang dimiliki BNI saat ini, 95 persen merupakan obligasi pemerintah yang berisiko rendah dengan rata-rata tenor kurang lebih- 3 tahun.
"Kami akan terus menerapkan asas prudensial dalam operasional dan bisnis, sehingga dapat terhindar dari risiko-risiko berat di pasar global," ujar dia.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI saat ini di atas 20 persen (21,25 persen pada Februari 2023), jauh di atas ketentuan regulator dan jauh lebih baik dibandingkan dengan bank-bank global lainnya.
"LDR BNI dalam keadaan baik dan dikelola dengan hati-hati. Kami percaya bahwa model bisnis BNI sangat kuat," pungkasnya.
BNI Tebar Dividen Rp 7,32 Triliun, Simak Jadwalnya
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) akan membagikan dividen tunai Rp 7,32 triliun untuk periode tahun buku 2022. Dividen tersebut setara dengan Rp 392,78 per saham.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (16/3/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Maret 2023.
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memutuskan memberikan dividen sebesar 40 persen dari laba bersih atau Rp 7,32 triliun.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menuturkan, pihaknya membagikan dividen sebesar 40 persen dari laba bersih. Angka tersebut meningkat 2,69 kali lipat dari total dividen tahun buku 2021 senilai Rp 2,72 triliun.
"Dengan demikian nilai dividen per lembar saham kali ini ditetapkan Rp 392,78 atau lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar Rp 146," kata Royke dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/3/2023).
Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 18,31 triliun, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya Rp 10,98 triliun serta total ekuitas senilai Rp 140,19 triliun.
Jadwal
- Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 27 Maret 2023
- Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 28 Maret 2023
- Cum dividen di pasar tunai: 29 Maret 2023
- Ex dividen di pasar tunai: 30 Maret 2023
- Recording date: 29 Maret 2023
- Pembayaran dividen: 14 April 2023
Sementara itu, dengan memperhitungkan komposisi saham milik Pemerintah yang sebesar 60 persen, maka perseroan akan menyetorkan dividen senilai Rp4,39 triliun ke rekening kas umum negara.
"Atas kepemilikan 40 persen saham publik senilai Rp 2,92 triliun akan diberikan kepada pemegang saham sesuai dengan porsi kepemilikannya masing-masing," kata dia.
Advertisement
Kinerja BNI Lainnya
Sedangkan sebesar 60 persen dari laba bersih perseroan atau senilai Rp10,98 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk pengembangan usaha berkelanjutan BNI ke depan.
Perseroan tetap optimistis dapat membukukan pertumbuhan kinerja positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan pada 2023.
Dia bilang, kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 40 persen pada tahun ini dilakukan seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang terus membaik dengan capaian laba Rp18,3 triliun pada 2022.
BNI juga mampu mengelola rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 19,3 persen pada Desember 2022, sehingga kami memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar.
Dengan meningkatnya nilai dividen per lembar saham tahun ini menjadi Rp 392,78, diharapkan dapat memberikan dividen yield yang optimal kepada share holder.
Optimistis Kinerja ke Depan
Sedangkan sebesar 60 persen dari laba bersih perseroan atau senilai Rp10,98 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk pengembangan usaha berkelanjutan BNI ke depan.
Perseroan tetap optimistis dapat membukukan pertumbuhan kinerja positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan pada 2023.
Dia bilang, kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 40 persen pada tahun ini dilakukan seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang terus membaik dengan capaian laba Rp18,3 triliun pada 2022.
BNI juga mampu mengelola rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 19,3 persen pada Desember 2022, sehingga kami memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar.
Dengan meningkatnya nilai dividen per lembar saham tahun ini menjadi Rp 392,78, diharapkan dapat memberikan dividen yield yang optimal kepada share holder.
Advertisement