Taliban Larang Pejabat Afghanistan Nepotisme

Taliban memecat sejumlah staf senior ketika mereka mengambil alih kekuasaan atas Afghanistan pada tahun 2021, sementara beberapa lainnya melarikan diri.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Mar 2023, 07:00 WIB
Pasukan Taliban merayakan satu tahun sejak mereka merebut Kabul di depan Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan, Senin (15/8/2022). Taliban memperingati tahun pertama pengambilalihan kekuasaan setelah pemerintah negara yang didukung barat itu melarikan diri dan militer Afghanistan hancur dalam menghadapi serangan Taliban. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Liputan6.com, Kabul - Pemimpin tertinggi Taliban Afghanistan Hibatullah Akhundzada memerintahkan para pejabat di negara itu untuk memecat kerabat yang mereka pekerjakan dalam posisi pemerintah.

Dekret yang dikeluarkan Akhundzada menyebutkan, pejabat harus mengganti anak laki-laki yang diangkat atau anggota keluarga lainnya dan menahan diri dari memperkerjakan kerabat mereka di masa depan. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (20/3/2023).

Taliban memecat sejumlah staf senior ketika mereka mengambil alih kekuasaan atas Afghanistan pada tahun 2021, sementara beberapa lainnya melarikan diri. Terdapat tuduhan bahwa staf yang tidak berpengalaman telah dipekerjakan berdasarkan hubungan pribadi.

Pers Islam Afghanistan, yang berbasis di Peshawar, Pakistan, melaporkan bahwa dekret tersebut datang menyusul tuduhan bahwa sejumlah pejabat senior Taliban telah menunjuk putra mereka untuk mengisi posisi di pemerintahan.


Perlakuan Taliban Afghanistan terhadap Perempuan

Pasukan Taliban merayakan satu tahun sejak mereka merebut Kabul di depan Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan, Senin (15/8/2022). Taliban memperingati tahun pertama pengambilalihan kekuasaan setelah pemerintah negara yang didukung barat itu melarikan diri dan militer Afghanistan hancur dalam menghadapi serangan Taliban. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Afghanisten telah menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan yang semakin dalam sejak Taliban mendapatkan kembali kendali atas negara itu. Sebelumnya, negara itu "diduduki" pasukan militer asing selama dua dekade, terlibat perang yang menewaskan puluhan ribu orang, dan menelantarkan jutaan lainnya.

Sanksi pun dijatuhkan terhadap Taliban, di mana aset luar negeri bank sentral dibekukan dan sebagian besar dana asing telah ditangguhkan. Hal tersebut memperburuk kehidupan dari sisi ekonomi.

Afghanistan diperkirakan memiliki sejumlah sumber daya alam, termasuk gas alam, tembaga, dan tanah jarang, yang bernilai lebih dari US$ 1 triliun. Namun, cadangan terssebut tetap belum dimanfaatkan menyusul kekacauan selama beberapa dekade.

Di lain sisi, perlakuan pemerintah Taliban terhadap perempuan telah membuat marah masyarakat internasional dan meningkatkan isolasi.

Pendidikan perempuan dan anak perempuan sangat diperdebatkan. Saat ini, di sebagian besar Afghanistan, anak perempuan dan perempuan dilarang sekolah menengah dan universitas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya