Tunanetra: Definisi, Penyebab, Hambatan, dan Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra

Tidak semua anak yang dilahirkan memiliki kesempurnaan, salah satunya adalah tunanetra. Namun, anak dengan hambatan tunanetra juga berhak untuk mendapat layanan pendidikan yang layak.

oleh Adelia Septi Viranti diperbarui 25 Mar 2023, 12:15 WIB
Santri penyandang tunanetra membaca Al Quran Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Kamis (24/5). Yayasan yang berdiri sejak tahun 1983 ini memproduksi Al Quran Braille sebanyak 60 buku setiap harinya. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan merupakan suatu hal yang penting yang seharusnya dilakukan seseorang untuk mengembangkan potensi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sama. Dengan adanya pendidikan, diharapkan anak akan mempersiapkan masa depannya dengan baik.

Namun, yang menjadi permasalahan adalah tidak semua anak yang dilahirkan memiliki kesempurnaan, mereka biasa disebut dengan penyandang disabilitas. Sekitar 15 persen jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas, salah satunya tunanetra.

Tunanetra merupakan merupakan anak yang mengalami kehilangan penglihatan sehingga memberikan dampak baik secara lamgsung maupun tidak langsung bagi perkembangannya.

Dampak yang nyata dari ketunanetraan tersebut adalah keterbatasan atau kehilangan alat orientasi yang utama, kesulitan dalam melakukan mobilitas dan kesulitan bahkan tidak mampu membaca dan menulis huruf (bagi tunanetra yang sangat berat).

Orang awam dapat dengan mudah melakukan orientasi atu pengenalan lingkungan melalui penglihatannya. Oleh karena kehilangan penglihatan maka anak tunanetra melakukan orientasi dengan menggunakan indra lainnya, seperti pendengaran, perabaan atau perasaan, dan penciuman. Namun, untuk dapat melakukan orientasi dengan baik, diperlukan suatu proses melalui latihan.

Kehilangan penglihatan menyebabkan anak tunanetra sulit dalam melakukan mobilitas, artinya sulit untuk bergerak, dari satu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Oleh karena itu, kepada mereka perlu diberikan suatu keterampilan khusus atau sebuah layanan pendidikan agar dapat melakukan mobilitas dengan cepat, tepat, dan aman.


Sebab-sebab Tunanetra

Ilustrasi pejalan kaki tunanetra. foto Jon Tyson Unsplash

Tunenatra dapat disebabkan oleh beberapa hal tergantung pada lokasi geografis, status sosial dan ekonomi, usia, dan penyakit tertentu yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami tunanetra. Berikut adalah penyebab anak tunanetra, dilansir dari laman Kemdikbud, Senin (20/03/2023).

1. Infeksi atau keracunan yang dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.

  • Dapat terjadi pada saat seseorang sedang mengandung, mengalami keracunan atau infeksi, sehingga janin ikut terkena infeksi atau keracunan.
  • Infeksi dan atau keracunan yang langsung menyerang mata atau pembuluh darah mata.

2. Penyakit atau kondisi baik langsung maupun tidak langsung.

  • Penyakit atau kondisi yang langsung misalnya, Gloucoma, katarak, dsb.
  • Penyakit atau kondisi yang tidak langsung misalnya penyakit gula atau diabetes. 

3. Kecelakaan, yaitu trauma, luka, terkena benda tajam, bahan kimia, dll.

4. Kekurangan vitamin A, ini dapat menyebabkan kerusakan bahkan kebutaan jika tidak tertangani. Vitamin A digunakan oleh tubuh sebagai pengganti sel-sel yang rusak, jika yang rusak tidak terobati maka akan jadi rusak permanen.

5. Faktor-faktor keturunan (herediter) misal: Gloucoma. 

6. Kondisi Pathologik yang tidak jelas penyebabnya.


Hambatan Anak Tunanetra

Foto oleh Noelle Otto dari Pexels

Di dalam pembelajaran anak tunanetra mendapati hambatan yang mungkin dapat diatasi dengan bantuan khusus seorang guru, tidak seperti anak pada umumnya. Berikut hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus tunanetra dalam pembelajaran.

1. Tidak mampu mengenali objek yang berada di depannya

Anak berkebutuhan khusus tunanetra tidak dapat melihat sama sekali. Ketika pembelajaran, anak tersebut hanya mengandalkan indra peraba. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan mengenali suatu objek yang terletak didepannya. Berbeda dengan anak pada umumnya, Anak tunanetra tidak memiliki gambaran mengenai lingkungan secara utuh.

2. Kesulitan dalam mengenal atau menulis dan membaca

Dengan hambatan ini, untuk memperoleh informasi anak penyandang tunanetra memerlukan bantuan guru yang memiliki peranan penting dalam menjelaskan huruf. Untuk anak tunanetra dikhususkan dengan huruf braille. Tulisan braille ini merupakan huruf-huruf timbul dan dibaca dengan cara meraba. Proses mengenal dan proses membaca huruf braille diperlukan latihan.

3. Keterbatasan melakukan perilaku sosial dengan benar

Anak berkebutuhan khusus tunanetra memiliki hambatan dalam melakukan perilaku sosial dengan benar. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus tunanetra diharuskan melakukan pembelajaran secara langsung untuk bersosialisasi agar mampu mengembangkan diri dalam lingkup pertemanan. Dengan demikian, seorang anak tunanetra tidak keliru dalam melakukan komunikasi.


Layanan Pendidikan Anak Tunanetra

Penyandang tunanetra meraba huruf braille saat membaca buku di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra, Jakarta, Selasa (3/12/2019). Perpustakaan Mitra Netra menyajikan buku-buku khusus penyandang tunanetra, seperti buku braille, buku audio digital, dan buku elektronik. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Layanan pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus adalah layanan pendidikan yang diberikan dengan penuh perhatian dan disesuaikan dengan kemampuan, karakteristik, dan kebutuhan dari ketunaan atau gangguan setiap anak.

Karena keterbatasannya dalam melihat, anak tunanetra mengandalkan indra yang lain seperti indra peraba dan indra pencium. Maka gaya belajar yang digunakan dapat berupa gaya auditori, taktil dan kinestetik.

Layanan pendidikan khusus yang dikenal oleh kebanyakan orang adalah SLB (Sekolah Luar Biasa). Salah satu contoh strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru adalah modifikasi materi, yakni mengubah media penyampaian materi menggunakan teknologi atau media yang mendukung kebutuhan anak tunanetra. Bisa dalam bentuk buku braille, buku bicara (kaset, CD, e-book), atau bentuk pembesaran huruf untuk siswa low vision. 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya