Diet Tanpa Pengetahuan, Dokter Gizi: Buang-Buang Waktu dan Tenaga

Program diet dirancang untuk mencapai berat badan ideal sebagaimana mestinya. Namun jika dilakukan sembarangan, alih-alih membuat tubuh sehat, diet malah bisa membahayakan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Mar 2023, 07:00 WIB
Program diet dirancang untuk mencapai berat badan ideal sebagaimana mestinya. Namun jika dilakukan sembarangan atau tanpa pengetahuan, diet cenderung sia-sia bahkan membahayakan. Foto: (Liputan6.com Ade Nasihudin).

Liputan6.com, Jakarta - Program diet dirancang untuk mencapai berat badan ideal sebagaimana mestinya. Namun jika dilakukan sembarangan, alih-alih membuat tubuh sehat, diet malah bisa membahayakan.

“Jika dilakukan tanpa pengetahuan yang benar, diet hanya akan membuang waktu dan tenaga Anda, bahkan dapat membahayakan kesehatan,” kata dokter spesialis gizi klinik Eka Hospital BSD Oki Yonatan dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com belum lama ini.

Ia menambahkan, menentukan pola diet bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan. Pasalnya, setiap orang memiliki proporsi serta reaksi tubuh yang berbeda-beda.

Banyak orang yang berhasil mencapai berat badan ideal dalam diet pertamanya, tapi ada juga yang tak kunjung berhasil setelah mengikuti berbagai banyak program diet.

“Tidak semua diet memiliki dampak yang baik bagi tubuh Anda, ada beberapa jenis diet yang sebenarnya tidak baik untuk dilakukan dan tidak cocok untuk orang-orang tertentu,” kata Oki.

Intermittent Fasting

Oki memberi contoh diet intermittent fasting. Ini adalah diet yang terinspirasi dari metode puasa, di mana seseorang hanya akan mengonsumsi kalori sesuai kebutuhannya dan berpuasa selama 14 hingga 16 jam.

Jenis diet ini memiliki segenap manfaat, salah satunya yaitu menurunkan berat badan. Diet intermittent fasting sudah sering dilakukan banyak artis, seperti Nicole Kidman dan Beyonce.

“Meski terkesan sehat, tapi diet intermittent fasting tidak cocok untuk semua orang, karena jenis diet tersebut bisa saja menyebabkan masalah pada sistem metabolisme dan justru malah mengganggu kesehatan, terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit pencernaan.”


Diet Keto

Oleh karena itu, ada baiknya jika menentukan jenis diet dengan bijak sebelum melakukannya, lanjut Oki.

“Ada banyak jenis diet yang sudah dikenalkan pada era modern ini, itulah mengapa sebelum memulai suatu program diet ada baiknya untuk mencari tahu dan memilih pola diet yang sehat serta aman untuk tubuh Anda.”

Salah satu diet aman dan telah terbukti memiliki manfaat menurut Oki adalah diet keto.

Diet ketogenik atau diet keto adalah salah satu jenis diet yang sudah cukup populer di kalangan masyarakat.

Diet ini merupakan diet yang memfokuskan untuk mengonsumsi lebih banyak protein daripada karbohidrat sebagai sumber energi utama. Dengan begitu, tubuh akan terlatih untuk membakar lemak ketimbang gula untuk menghasilkan energi.


Makanan Saat Diet Ketogenik

Pola makan pada diet ketogenik cenderung mengurangi asupan karbohidrat seperti nasi, kentang, gandum. Dan memfokuskan pola makan dengan kandungan lemak tinggi seperti daging merah, telur, dan produk susu.

Jenis diet ini sudah sering dilakukan banyak orang yang ingin membangun kebugaran. Diet keto juga merupakan jenis diet yang aman dilakukan untuk pengidap epilepsi.

Para peneliti telah menemukan bahwa diet keto dapat mengurangi risiko kejang. Pasalnya, kadar gula yang rendah dan kadar lemak tinggi di dalam tubuh diketahui dapat memengaruhi cara kerja rangsangan otak. Serta mengurangi kecenderungan untuk menimbulkan gejala kejang yang dimiliki pengidap epilepsi.

“Akan tetapi diet ini tidak dianjurkan untuk pengidap kadar kolesterol tinggi, karena konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh,” ujar Oki.


Diet Rendah Protein

Diet lain yang aman dilakukan adalah diet rendah protein. Ini dapat diterapkan oleh orang yang ingin mengurangi asupan protein karena kondisi kesehatan tertentu.

“Diet ini memfokuskan Anda untuk mengurangi asupan protein dan beralih ke makanan yang lebih berbasis dari tanaman dan makanan dengan kandungan rendah protein.”

Pada diet rendah protein, yang dikurangi adalah makanan rendah kadar lemak seperti daging, telur, kacang kedelai, dan susu. Sebagai gantinya, akan lebih fokus pada konsumsi produk nabati seperti sayur, buah, dan makanan sumber karbohidrat seperti nasi dan pasta.

Diet rendah protein biasanya dilakukan atas dasar rekomendasi dari dokter karena masalah kesehatan tertentu. Salah satunya yang paling umum untuk melakukan diet ini adalah pasien penyakit ginjal.

“Ketika Anda mengonsumsi protein, ginjal akan memproduksi sebuah zat yang bernama urea yang biasanya akan dikeluarkan pada saat buang air kecil (BAK).”

“Namun bagi pengidap penyakit ginjal, zat urea ini bisa menumpuk pada darah dan menyebabkan gejala seperti kelelahan dan kehilangan nafsu makan,” jelas Oki.

Meski dikenal aman, Oki tetap mengingatkan bahwa setiap orang sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter sebelum menjalankan suatu program diet.

 

Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya