Wall Street Melejit Setelah Krisis Perbankan Global Mereda, Indeks Dow Jones Pimpin Penguatan

Wall street menanjak pada perdagangan saham Senin, 20 Maret 2023 seiring krisis perbankan mereda. Indeks Dow Jones pimpin penguatan.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Mar 2023, 06:30 WIB
Wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 20 Maret 2023. Indeks Dow Jones menguat 1,2 persen. (Dok Unsplash/ llyod blazek)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 20 Maret 2023 seiring pelaku pasar berharap krisis perbankan dapat mereda.

Hal ini setelah UBS caplok Credit Suisse yang didukung oleh Pemerintah Swiss. Dikutip dari CNBC, Selasa (21/3/2023), indeks Dow Jones melonjak 382,60 poin atau 1,2 persen ke posisi 32.244,58. Indeks S&P 500 bertambah 0,89 persen ke posisi 3.951,57. Indeks Nasdaq melonjak 0,39 persen ke posisi 11.675,54.

Sektor saham energi kembali menguat pada awal pekan ini setelah catat performa buruk pekan lalu dengan turun 7 persen. Sektor saham energi menguat 2,2 persen. Kemudian sektor saham bahan baku naik 1,7 persen. Sembilan dari 11 sektor saham bergerak positif.

Saham bank regional menguat pada Senin, 20 Maret 2023 dan pulih dari kerugian besar dalam seminggu terakhir. Wall street mengharapkan lebih banyak tindakan mungkin diperlukan untuk memulihkan kepercayaan pada sistem perbankan setelah regulator Amerika Serikat mendukung simpanan Silicon Valley Bank (SVB) yang tidak diasuransikan dan menawarkan pendanaan baru untuk bank-bank bermasalah.

The SDPR Regional Banking ETF (KRE) naik lebih dari 1 persen setelah anjlok 14 persen pekan lalu. PacWest, First Citizens dan Fifth Third Bancorp termasuk di antara pemenang utama. ETF naik 5 persen pada satu titik selama sesi perdagangan, tetapi melihat beberapa kenaikannya terbalik karena saham First Republic melemah 47 persen.

“Hanya ada masalah mendasar di sini. Orang-orang yang memegang simpanan yang tidak diasuransikan di bank-bank daerah gelisah dan sistem perbankan didasarkan pada kompetensi, dan kepercayaan. Anda tidak akan menaruh tabungan di suatu tempat, jika Anda tidak 100 persen yakin itu akan ada saat Anda membutuhkannya,” ujar dia.

 

 


The Fed Berpotensi Dongkrak Suku Bunga

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Ketidakstabilan di sektor keuangan selama dua minggu terakhir meningkatkan pertaruhan keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 22 Maret 2023. Pada Senin, 20 Maret 2023, ada sekitar 73 persen peluang kenaikan 25 basis poin oleh bank sentral AS, menurut alat FedWatch CME Group.

Sekitar 27 persen lainnya berada di kubu tak setuju kenaikan, mengantisipasi ketua the Fed Jerome Powell mungkin melonggarkan kampanye pengetatan agresifnya yang dimulai pada Maret 2022, dalam hadapi penularan keuangan yang muncul.

"Kami masih belum merasakan efek penuh (dari kenaikan suku bunga). Bank-bank regional yang mungkin menyumbang sekitar sepertiga dari semua pinjaman di Amerika Serikat, sekarang harus menarik kembali pinjaman untuk menopang neraca mereka,” ujar Diton.

Diton menambahkan, itu modal jauh lebih ketat untuk seluruh perekonomian. “Itu melakukan pekerjaan the Fed mencoba memperlambat ekonomi. Jadi apakah mereka tidak melakukan apa-apa, atau mereka menaikkan 25 basis poin, saya pikir ada peluang bagus mereka mungkin duduk dan menunggu setelah itu,” ujar Diton.

 

 


Menerka Langkah The Fed dan Imbasnya ke Perbankan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sementara itu, ekonom MKM Partners, Michael Darda menuturkan, the Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga 25 basis poin ketika menggelar rapat pekan ini. “Meskipun krisis perbankan, tetapi itu akan menjadi kesalahan,” ujar dia.

Ia menuturkan, bahkan jika bank sentral melewatkan kenaikan suku bunga, kondisi moneter kemungkinan akan terus mengetat.

“Kebijakan moneter yang melihat ke belakang akan menempatkan kita ke dalam siklus boom dan bust yang terus menerus, dan kita sedang bergerak ke fase bust sekarang,” ujar Darda.

Namun, ia menuturkan, melihat ke depan akan membutuhkan lompatan keyakinan dan the Fed tidak ingin melakukan itu.

“Itu berpotensi pengetatan drastis dalam kondisi moneter yang bisa jadi merupakan penurunan suku bunga netral karena krisis perbankan semakin buruk,” ujar dia.

Darda menuturkan, S&P 500 bisa turun 15-20 persen. Adapun sektor saham perawatan kesehatan menjadi pilihan Darda.


Penutupan Wall Street 16 Maret 2023

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 16 Maret 2023 karena pasar semakin optimistis setelah sekelompok bank akan membantu First Republic Bank di tengah krisis industri.

Dikutip dari CNBC, Jumat (17/3/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 371,98 poin atau 1,17 persen ke posisi 32.246,55 poin. Indeks S&P 500 naik 1,76 peren menjadi 3.960,28. Indeks Nasdaq melonjak 2,48 persen menjadi 11.717,28 seiring investor membeli saham teknologi dengan harapan krisis dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) mengubah prospek kebijakan moneternya pada pertemuan pekan depan.

Tiga indeks acuan diperdagangkan turun pada awal sesi perdagangan dengan indeks Dow Jones merosot lebih dari 300 poin ke level terendah. Akan tetapi, pasar berubah positif setelah CNBC melaporkan sekelompok bank akan setor USD 30 miliar di First Republic. ETF SDPR S&P Regional Banking ETF (KRE) naik 3,5 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak 10 November dibantu kenaikan 10 persen saham First Republic.

Selain itu, pasar juga menguat setelah ada pengumuman dari Credit Suisse seiring akan meminjam hingga hampir USD 54 milair dari Swiss National Bank untuk menjamin likuiditas jangka pendek. Saham Credit Suisse jatuh ke rekor terendah pada Rabu menyusul laporan Saudi National Bank, investor terbesar Credit Suisse mengatakan tidak akan memberikan bantuan tambahan.

 

 


Investor Cermati Saham Bank

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Investor telah mengamati dengan cermat saham bank setelah penutupan Silicon Valley Bank dan Signature Bank memicu kekhawatiran penularan di sektor tersebut dalam beberapa hari terakhir. Terlepas dari kekhawatiran sektor ini membebani pikiran investor, tiga indeks acuan berada pada kecepatan untuk akhiri minggu lebih tinggi dipimpin indeks Nasdaq yang menguat 5,2 persen.

“Pasar berkata ya, mungkin dunia tidak akan berakhir seperti yang mungkin dipikirkan orang belum lama ini. Itu hanya desahan lega,” kata Chief Investment Officer Crossmark Global Investment, Bob Doll.

Investor di seluruh dunia juga mengikuti pengumuman kenaikan suku bunga lebih lanjut sebesar 50 basis poin dari Bank Sentral Eropa pada Kamis pekan ini.

Keputusan tersebut diambil investor Amerika Serikat Bersiap untuk pertemuan kebijakan the Federal Reserve pekan depan. Perusahaan teknologi besar Amazon dan Alfabet dianggap sangat sensitif terhadap suku bunga bersama dengan saham pertumbuhan lainnya, masing-masing naik sekitar 4 persen.

“Selama seminggu terakhir, perkembangan di sektor perbankan tentu menambah laporan kegelisahan seputar kepercayaan investor. Tapi pada akhirnya, investor mengaitkannya kembali ke apa artinya bagi kebijakan dan suku bunga the Fed,” kata dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya