Bursa Saham Asia Melesat Ikuti Wall Street di Tengah Optimisme Kenaikan Saham Bank Regional

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa, 21 Maret 2023 mengikuti wall street. Hal ini seiring ada harapan krisis perbankan mereda.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Mar 2023, 08:35 WIB
Bursa saham Asia Pasifik menanjak pada perdagangan Selasa, 21 Maret 2023. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa, (21/3/2023) setelah wall street reli di tengah harapan krisis perbankan mereda, menyusul pengambilalihan USD 3,2 miliar atau sekitar Rp 49,09 triliun (asumsi kurs Rp 15.341 per dolar AS) Credit Suisse oleh UBS.

Dikutip dari CNBC, pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal Reserve (FOMC) Amerika Serikat dimulai pada Selasa, 21 Maret di Amerika Serikat dengan bank sentral akan sepakat kenaikan suku bunga 25 basis poin, menurut prediksi pakar di wall street.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 1,07 persen, sementara indeks Kospi Korea Selatan naik 0,73 persen dan indeks Kosdaq bertambah 0,78 persen. Sedangkan bursa saham Jepang libur. Di sisi lain, saham-saham di Hong Kong siap menguat dengan indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 19.166 dibandingkan penutupan perdagangan kemarin di 19.000.

Di bursa saham Amerika Serikat atau wall street, saham menguat pada Senin, 20 Maret 2023 seiring penguatan saham bank regional. Indeks Dow Jones naik 1,2 persen, indeks S&P 500 bertambah 0,89 persen dan indeks Nasdaq menanjak 0,39 persen.

Di sisi lain, Korea Selatan mencatat ekspor turun 17,4 persen dan impor susut 5,7 persen dalam 20 hari pada Maret 2023. Ekspor tercatat USD 30,9 miliar, dan impor berada di posisi USD 37,3 miliar.

Ekspor ke Amerika Serikat naik 4,6 persen dibandingkan periode tahun lalu, sedangkan ekspor ke China turun tajam 36,2 persen, diikuti Vietnam melemah 28,3 persen. Impor dari China dan Taiwan masing-masing naik 9,1 persen dan 14,1 persen. Sedangkan penurunan impor terbesar dari Australia sebesar 24,7 persen. Won Korea Selatan susut 0,18 persen menjadi 1,306 terhadap dolar AS.


Bursa Saham Asia pada 20 Maret 2023

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Dikutip dari CNBC, sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar jatuh pada Senin, 20 Maret 2023 setelah UBS setuju membeli Credit Suisse senilai USD 3,25 miliar. Indeks Hang Seng memimpin penurunan di wilayah tersebut dengan merosot 2,74 persen dan terseret saham-saham perawatan kesehatan. Indeks Hang Seng teknologi terpangkas 2,66 persen.

Di China, indeks Shanghai melemah 0,48 persen ke posisi 3.234,91. Indeks Shenzhen naik 0,27 persen ke posisi 11.247,13. Hal ini terjadi setelah China mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun masing-masing 3,65 persen dan 4,3 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 1,38 persen ke posisi 6.898,5. Indeks Nikkei 225 di Jepang terpangkas 1,42 persen ke posisi 26.945,67. Indeks Topix merosot 1,54 persen ke posisi 1.929,3.  Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,69 persen ke posisi 2.379,2. Indeks Kosdaq menguat 0,6 persen ke posisi 802,2.

Pada Jumat, 17 Maret 2023, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bak roller coaster seiring investor mundur dari posisi di First Republic dan saham bank lainnya di tengah kekhawatiran atas keadaan sektor perbankan Amerika Serikat.

Indeks Dow Jones melemah 1,19 persen, indeks S&P 500 susut 1,1 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 0,74 persen.


Penutupan Wall Street pada 21 Maret 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 20 Maret 2023 seiring pelaku pasar berharap krisis di sektor perbankan dapat mereda.

Hal ini setelah UBS caplok Credit Suisse yang didukung oleh Pemerintah Swiss. Dikutip dari CNBC, Selasa (21/3/2023), indeks Dow Jones melonjak 382,60 poin atau 1,2 persen ke posisi 32.244,58. Indeks S&P 500 bertambah 0,89 persen ke posisi 3.951,57. Indeks Nasdaq melonjak 0,39 persen ke posisi 11.675,54.

Sektor saham energi kembali menguat pada awal pekan ini setelah catat performa buruk pekan lalu dengan turun 7 persen. Sektor saham energi menguat 2,2 persen. Kemudian sektor saham bahan baku naik 1,7 persen. Sembilan dari 11 sektor saham bergerak positif.

Saham bank regional menguat pada Senin, 20 Maret 2023 dan pulih dari kerugian besar dalam seminggu terakhir. Wall street mengharapkan lebih banyak tindakan mungkin diperlukan untuk memulihkan kepercayaan pada sistem perbankan setelah regulator Amerika Serikat mendukung simpanan Silicon Valley Bank (SVB) yang tidak diasuransikan dan menawarkan pendanaan baru untuk bank-bank bermasalah.

The SDPR Regional Banking ETF (KRE) naik lebih dari 1 persen setelah anjlok 14 persen pekan lalu. PacWest, First Citizens dan Fifth Third Bancorp termasuk di antara pemenang utama. ETF naik 5 persen pada satu titik selama sesi perdagangan, tetapi melihat beberapa kenaikannya terbalik karena saham First Republic melemah 47 persen.

“Hanya ada masalah mendasar di sini. Orang-orang yang memegang simpanan yang tidak diasuransikan di bank-bank daerah gelisah dan sistem perbankan didasarkan pada kompetensi, dan kepercayaan. Anda tidak akan menaruh tabungan di suatu tempat, jika Anda tidak 100 persen yakin itu akan ada saat Anda membutuhkannya,” ujar dia.


Ketidakstabilan di Sektor Keuangan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Ketidakstabilan di sektor keuangan selama dua minggu terakhir meningkatkan pertaruhan keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 22 Maret 2023. Pada Senin, 20 Maret 2023, ada sekitar 73 persen peluang kenaikan 25 basis poin oleh bank sentral AS, menurut alat FedWatch CME Group.

Sekitar 27 persen lainnya berada di kubu tak setuju kenaikan, mengantisipasi ketua the Fed Jerome Powell mungkin melonggarkan kampanye pengetatan agresifnya yang dimulai pada Maret 2022, dalam hadapi penularan keuangan yang muncul.

“Kami masih belum merasakan efek penuh (dari kenaikan suku bunga). Bank-bank regional yang mungkin menyumbang sekitar sepertiga dari semua pinjaman di Amerika Serikat, sekarang harus menarik kembali pinjaman untuk menopang neraca mereka,” ujar Diton.

Diton menambahkan, itu modal jauh lebih ketat untuk seluruh perekonomian. “Itu melakukan pekerjaan the Fed mencoba memperlambat ekonomi. Jadi apakah mereka tidak melakukan apa-apa, atau mereka menaikkan 25 basis poin, saya pikir ada peluang bagus mereka mungkin duduk dan menunggu setelah itu,” ujar Diton.

Sementara itu, ekonom MKM Partners, Michael Darda menuturkan, the Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga 25 basis poin ketika menggelar rapat pekan ini. “Meskipun krisis perbankan, tetapi itu akan menjadi kesalahan,” ujar dia.

Ia menuturkan, bahkan jika bank sentral melewatkan kenaikan suku bunga, kondisi moneter kemungkinan akan terus mengetat.

“Kebijakan moneter yang melihat ke belakang akan menempatkan kita ke dalam siklus boom dan bust yang terus menerus, dan kita sedang bergerak ke fase bust sekarang,” ujar Darda.

Namun, ia menuturkan, melihat ke depan akan membutuhkan lompatan keyakinan dan the Fed tidak ingin melakukan itu.

“Itu berpotensi pengetatan drastis dalam kondisi moneter yang bisa jadi merupakan penurunan suku bunga netral karena krisis perbankan semakin buruk,” ujar dia.

Darda menuturkan, S&P 500 bisa turun 15-20 persen. Adapun sektor saham perawatan kesehatan menjadi pilihan Darda.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya