Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kabupaten Bandung mengklaim harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bandung meningkat, dari sebelumnya 73 tahun menjadi 74 tahun.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengatakan, salah satu faktornya adalah peningkatan indeks kesehatan.
Advertisement
"Ada peningkatan dalam hal indeks kesehatan," aku Dadang Supriatna dalam keterangannya, ditulis Liputan6.com di Bandung, Selasa (21/3/2023).
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Bandung disebut tengah menambah lima rumah sakit. Diharapkan bisa lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
"Rumah Sakit Bedas Cimaung sudah diresmikan beberapa waktu lalu dan dalam waktu dekat ini akan diresmikan Rumah Sakit Bedas Kertasari," katanya.
Tiga rumah sakit lainnya, aku Dadang, akan dibangun pada tahun ini di kawasan Ciwidey, Arjasari dan Bojongsoang.
"Ditambah dengan adanya Rumah Sakit Al-Ihsan, tentu saja sangat membantu dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat," ujar Dadang Supriatna.
Dadang mengatakan, indeks kesehatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Bandung memang meningkat, tapi "indeks pendidikan belum mengalami peningkatan yang signifikan".
Data BPS
Mengutip penjelasan pada laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung, indeks harapan hidup masuk sebagai salah satu komponen dasar kualitas hidup guna mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dua di antaranya mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan atau pendidikan. Lainnya, adalah kehidupan yang layak.
Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya, untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun, untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita.
Menurut data BPS dihimpun dalam buku Kabupaten Bandung Dalam Angka 2023, angka harapan hidup tersebut memang meningkat rentang tiga tahun terakhir. Pada 2020 tercatat 73,53 tahun, 2021 (73,72 tahun) dan 2022 (74,01 tahun).
Sementara, pada 2022 angka melek huruf penduduk Kabupaten Bandung usia 15+ tercatat di 99,47 persen dari jumlah penduduk 2.435.502 jiwa. Artinya, ada sekitar 12.909 orang yang masih buta huruf.
Indikator lain dalam bidang pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK).
Dari data BPS, diketahui bahwa warga Kabupaten Bandung lebih sedikit yang lulus SMA/Sederajat, lebih banyak jenjang SD/Sederajat maupun SMP/Sederajat.
Misalnya, APM SD/Sederajat tahun 2022 mencapai 99 persen. Tapi APM SMA/Sederajat hanya mencapai 54 persen.
Pada 2022 juga terjadi penurunan APM pada level SMP/MTs/Sederajat apabila dibandingkan dengan tahun 2021, dari 88,56 persen menjadi 88,07 persen.
Advertisement