Liputan6.com, Jakarta Serangkaian aturan yang ditetapkan terkait COVID-19 sudah dilonggarkan. Bahkan, penggunaan masker tak lagi wajib terutama untuk di luar ruangan. Anda pun mungkin bertanya-tanya soal relevansi penggunaan masker saat ini.
Lantas, bagaimana masyarakat harusnya menyikapi kondisi saat ini? Apa iya penggunaan masker masih tetap relevan? Harus masker seperti apakah yang bisa digunakan agar tetap aman?
Advertisement
Anggota Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR dr Fathiyah Isbaniah, SpP(K), MPd, Ked mengungkapkan bahwa masyarakat sudah diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun.
"Tapi ingat sekali lagi, status pandemi belum dicabut. Kenapa belum dicabut? Karena memang dari Organisasi Kesehatan Dunia masih meragukan bahwa kalau COVID-19 sudah benar-benar selesai," ujar Fathiyah dalam webinar bersama Pfizer Indonesia dan PDPI, Selasa (21/3/2023).
"Aslinya kita masih harus tetap waspada (bisa dengan tetap menggunakan masker). Jangan sampai nanti dengan banyaknya keramaian, banyak orang yang lengah, malah timbul virus lain," tambahnya.
Jenis Masker yang Disarankan
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Kelompok Kerja Infeksi PP PDPI, DR dr Irawaty Djaharuddin SpP(K) mengungkapkan bahwa umumnya masyarakat bisa menggunakan masker medis biasa, terutama jika hendak aktivitas di luar.
"Aktivitas sehari-hari, kita boleh memakai masker bedah. Itu cukup untuk aktivitas di luar. Masker KN95 itu dia dengan proteksi yang cukup kuat biasanya untuk perawatan pasien-pasien di rumah sakit. Kalau untuk aktivitas harian kita, monggo gunakan masker bedah. Itu cukup," kata Irawaty.
Kondisi Terbilang Aman, Waspada Masih Tetap Perlu
Dalam kesempatan yang sama, Irawaty turut mengungkapkan bahwa meski kondisi sudah terbilang aman, kewaspadaan masih tetap diperlukan oleh masyarakat.
"Menurut saya, tetap saja kita waspada. Masih mengintai itu betul, karena meski dikatakan sudah menurun kejadian COVID-19 ini, kita juga ada vaksinasi," ujarnya.
"Tapi masyarakat kita juga banyak yang punya komorbid atau kerentanan yang kasus-kasus itu justru mudah ditumpangi dengan COVID-19," tambahnya.
Irawaty menjelaskan, kasus yang banyak saat ini berbeda dengan dulu. Jika dulu banyak yang murni karena COVID-19. Namun kini justru banyak orang-orang yang punya komorbid yang kemudian konsultasi ke dokter untuk tindakan.
"Jadi lebih berat di komorbidnya. Kalau COVID-19 sebagian besar penyerta. Tapi tetap bisa membahayakan kalau tidak ditangani dengan baik," tambahnya.
Advertisement
Kondisi Pandemi COVID-19 yang Tak Seperti Dulu
Lebih lanjut Fathiyah mengungkapkan bahwa kondisi saat ini memang sudah jauh membaik dibandingkan tahun lalu. Bahkan, sudah begitu banyak rumah sakit yang menangani COVID-19 tutup.
"Pandemi terasa sudah sangat-sangat tidak seperti dulu lagi, sudah banyak terjadi relaksasi. Saya lihat juga sebagian besar negara sudah tidak menggunakan masker. Untuk Indonesia masih banyak yang menggunakan syukurnya," ujar Fathiyah.
"Banyak rumah sakit yang sudah menutup layanan COVID-19. Saya saat ini kerja di RSUP Persahabatan. Rumah sakit kami masih menerima kasus COVID-19 sampai saat ini. Per tadi pagi, masih ada beberapa pasien yang dirawat," tambahnya.
Fathiyah menjelaskan, COVID-19 yang beredar saat ini pun merupakan turunan dari Omicron. Sedangkan pasiennya sendiri banyak yang memiliki komorbid dan belum melakukan vaksinasi.
"Untuk jenis COVID-19 yang diketahui saat ini itu merupakan turunan Omicron. Ada varian terbaru, Orthrus per Februari kemarin, ada varian C.H.1.1. Ada XBB. Lalu, kemarin itu sudah mulai banyak juga yang XBB.1.5. Jadi lumayan banyak nih variasinya jenis virus," kata Fathiyah.
Gejala COVID-19, Apa Masih Sama?
Fathiyah mengungkapkan bahwa gejala COVID-19 masih tetap sama jikalau terkena pada orang dengan faktor risiko tinggi seperti komorbid dan belum mendapatkan vaksinasi.
"Gejala COVID-19 berbeda-beda dengan varian Delta terutama. Tapi tetap saja kalau misalnya dia mengenai orang yang dengan komorbid, faktor risiko tinggi, atau belum divaksinasi, gejalanya berat juga," ujar Fathiyah.
"Misalnya batuk, sesak napas, pilek. Tapi kalau misalnya dia kena ke orang yang sudah divaksinasi atau memiliki imunitas alamiah dari kena COVID-19 sebelumnya, gejalanya bisa lebih ringan. Misal batuk, tapi tidak sesak napas," tambahnya.
Fathiyah menambahkan, COVID-19 bisa menjadi lebih berat pada pasien yang punya gangguan imunitas. Seperti pasien dengan penyakit kronik diabetes melitus, hipertensi, jantung, gangguan ginjal, dan lain-lain.
"Anak-anak (bisa berat). Tapi sekarang sudah bisa divaksinasi dan kita lihat memang gejala pada anak sudah mulai menurun, tidak parah lagi," pungkasnya.
Advertisement