Putin Selalu Sediakan Es Krim Buatan Rusia untuk Presiden China, Kremlin: Xi Jinping Doyan

Xi Jinping ternyata doyan es krim buatan Rusia. Putin, bahkan pernah menjadikannya sebagai kado ulang tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Mar 2023, 07:52 WIB
Rusia dinilai menempatkan lawatan Xi Jinping sebagai bukti bahwa mereka memiliki teman yang kuat, yang siap mendukung melawan Barat. (Grigory Sysoyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin selalu menyiapkan es krim buatan Rusia untuk Presiden China Xi Jinping. Hal tersebut dikonfirmasi juru bicara Putin, Dmitry Peskov.

"Pasti," ujar Peskov menjawab pertanyaan apakah pemimpin China akan selalu disuguhi es krim buatan Rusia seperti dilansir kantor berita Tass, Selasa (21/3/2023).

Peskov menambahkan, "Es krim selalu tersedia. Presiden Xi Jinping menyukainya."

Beberapa tahun lalu, tepatnya di Forum Ekonomi Timur, pengusaha China memberitahu Putin bahwa es krim pabrikan Rusia sangat populer di negara mereka. Kemudian pada lawatannya ke Beijing pada tahun 2016, Putin membawa es krim sebagai hadiah untuk Xi Jinping.

"Saya membawanya karena Presiden Xi Jinping pernah menyebutkan bahwa dia menyukai es krim Rusia, jadi saya membawa beberapa sebagai hadiah. Kami bertukar beberapa barang kecil," kata Putin saat itu.

Kisah antara Putin, Xi Jinping, dan es krim buatan Rusia tidak sampai di situ saja. Pada tahun 2019, ketika keduanya bertemu di Dushanbe dalam sebuah acara, Putin melakukan kunjungan singkat ke tempat Xi Jinping menginap dan memberinya hadiah ulang tahun berupa sekotak penuh es krim.

Lebih lanjut, Peskov mengungkapkan bahwa makan malam kenegaraan antara Putin dan Xi Jinping, yang dijadwalkan di Palace of Facets pada Selasa, akan menyajikan masakan tradisional Rusia.

 


Putin: Kami Selalu Terbuka untuk Negosiasi

Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Kantor Pers Kepresidenan Rusia ini memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Senin (20/3/2023). (Russian Presidential Press Office via AP)

Xi Jinping, yang mendarat di Bandara Vnukovo, Moskow, pada Senin (20/3/2023), disambut oleh Wakil Perdana Menteri Rusia untuk Pariwisata, Olahraga, Budaya dan Komunikasi Dmitri Chernyshenko. Kunjungan Xi Jinping berlangsung tiga hari setelah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas kejahatan perang di Ukraina terkait dengan deportasi anak-anak di wilayah pendudukan.

"Saya sangat senang atas undangan Presiden Vladimir Vladimirovich Putin... Saya yakin kunjungan ini akan membuahkan hasil dan memberikan momentum baru bagi perkembangan hubungan China-Rusia yang sehat dan stabil," ujar Xi Jinping seperti dilansir The Guardian.

Xi Jinping melanjutkan bahwa bersama Rusia, China siap mempertahankan sistem internasional yang berpusat pada PBB, menjaga tatanan dunia berdasarkan hukum internasional.

Kedua pemimpin sempat berbicara singkat kepada awak media di Kremlin sebelum melakukan pertemuan informal pada Senin.

"Kami telah mempelajari secara menyeluruh proposal Anda untuk mengatur krisis akut di Ukraina. Tentu saja, kita akan mendiskusikannya," kata Putin kepada Xi Jinping, mengacu pada proposal perdamaian China atas krisis Ukraina. "Kami selalu terbuka untuk negosiasi."

Pada gilirannya, Xi Jinping memuji kepemimpinan kuat Putin dan mengungkapkan keyakinan bahwa rakyat Rusia akan mendukungnya kembali dalam pilpres tahun depan.

Putin sendiri belum secara resmi mengumumkan pencalonan diri dan Kremlin pada Senin dengan cepat membantah bahwa Xi Jinping mengetahui soal rencana Putin terkait pilpres.

Kantor berita Rusia, Ria, melaporkan bahwa pembicaraan informal Putin dan Xi Jinping pada Senin berlangsung selama empat setengah jam. Adapun pembicaraan formal berlangsung hari ini.

Rusia membingkai perjalanan Xi Jinping sebagai bukti bahwa mereka belum diisolasi oleh komunitas global karena perang Ukraina, yang sekarang memasuki bulan ke-13.

"Kami berterima kasih atas keseimbangan (China) sehubungan dengan peristiwa yang terjadi di Ukraina, untuk memahami latar belakang, dan penyebab sebenarnya. Kami menyambut baik kesediaan China untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis," ungkap Putin melalui sebuah artikel di media China, People Daily, yang diunggah di situs Kremlin pada Minggu malam.

Sementara bagi Xi Jinping, lawatannya terjadi di tengah upaya China untuk memainkan peran yang lebih dominan dalam urusan global.

Dalam sebuah artikel di Rossiiskaya Gazeta, harian yang diterbitkan pemerintah Rusia, Xi Jinping menyerukan 'pragmatisme' di Ukraina. Dia mengatakan, proposal perdamaian China, yang sebagian besar ditolak oleh Barat, mewakili "sebanyak mungkin kesatuan pandangan masyarakat dunia".

Langkah konkret dari proposal itu sejauh ini belum terungkap.


Respons Amerika Serikat dan Ukraina atas Kunjungan Xi Jinping ke Rusia

Xi Jinping mengatakan, kunjungan kenegaraannya yang berlangsung selama tiga hari ke Rusia akan memberikan momentum baru dalam hubungan bilateral. (Russian Pool via AP)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Senin mengatakan, kunjungan Xi Jinping pasca perintah penangkapan ICC sama dengan China memberikan perlindungan diplomatik bagi Rusia untuk terus melakukan kejahatan perang.

"Lawatan Presiden Xi Jinping ke Rusia beberapa hari setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Putin menunjukkan bahwa China merasa tidak bertanggung jawab untuk meminta pertanggungjawaban Kremlin atas kekejaman di Ukraina," kata Blinken.

"Dunia tidak boleh dibodohi oleh langkah taktis apapun dari Rusia, yang didukung oleh China atau negara mana pun."

Blinken menuturkan bahwa AS menyambut setiap diplomasi demi perdamaian yang adil dan tahan lama, tetapi ragu bahwa upaya China mendamaikan konflik mempertimbangkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.

"Rencana apa pun yang tidak memprioritaskan prinsip kritis tersebut adalah taktik mengulur-ulur waktu atau hanya berusaha memfasilitasi hasil yang tidak adil. Itu bukan diplomasi yang konstruktif," sebut Blinken.

Xi Jinping dilaporkan merencanakan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelah lawatannya ke Rusia.

Kyiv sebelumnya telah menegaskan kembali posisi resminya bahwa setiap pembicaraan akan bergantung pada pemulihan penuh wilayah Ukraina.

"Formula untuk keberhasilan implementasi 'Rencana Perdamaian' China. Poin pertama dan utama adalah kapitulasi atau penarikan pasukan pendudukan Rusia," twit Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov pada Senin.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya