Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Hari Tuberkulosis Sedunia pada 24 Maret, perusahaan ritel modern Alfamart menggelar edukasi kesehatan dan pemeriksaan tahap awal bertajuk ‘Waspada Bahaya Penularan Penyakit TBC’ di Kelurahan Sukabumi Utara Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, Senin (20/3/2023). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang bahaya penyakit menular TBC.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis melalui udara atau semburan air liur yang bisa menyerang tidak hanya paru-paru, tetapi juga organ lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang, otak ataupun kulit.
Menurut Qadariyah, penanggungjawab kasus TB di wilayah Sukabumi Utara Jakarta Barat, gejala utama TBC yaitu batuk berdahak maupun tidak berdahak. Gejala lainnya, terasa nyeri dada, demam meriang, badan lemas, nafsu makan berkurang, dan berat badan berkurang.
“Masyarakat diharapkan dapat langsung memeriksakan diri jika merasakan gejala tersebut,” ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Ia menilai, masyarakat banyak yang kurang memahami gejala ini sebagai sesuatu yang bisa berdampak serius, misal ketika batuk berkepanjangan hanya dianggap batuk biasa dan diobati dengan obat batuk yang dibeli bebas di pasaran tanpa melakukan pemeriksaan dokter.
Selain itu masyarakat juga terkadang enggan mendatangi puskesmas terdekat ataupun dokter karena takut penyakit mereka terdeteksi. Padahal justru itu tahap awal untuk mencegah penularan lebih meluas.
Sementara, Erry Prihartanto, Branch Manager Alfamart Cabang Cikokol menyampaikan kegiatan ini merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) Alfamart di bidang kesehatan untuk ikut berkontribusi menyediakan pelayanan edukasi kesehatan yang dekat dan mudah dijangkau masyarakat.
Menurut data dari Kemenkes, penyakit Tuberkulosis (TBC) di Indonesia saat ini menempati peringkat kedua setelah India dengan jumlah 969.000 kasus dan kematian 144.000 kasus per tahun atau setara dengan 16 kematian per jam.
Lebih lanjut, Kemenkes mencatat, sebanyak 608.947 kasus TBC di dalam negeri telah berhasil diobati pada 2022. Jumlah tersebut naik 51,04 persen dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 403.168 kasus. Hanya saja, tingkat keberhasilan pengobatan kasus TBC mencatatkan penurunan menjadi 85 persen pada 2022. Setahun sebelumnya, tingkat keberhasilan pengobatan penyakit ini mencapai 86 persen.
Penyebab gagalnya pengobatan maupun kebal obat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, konsumsi obat tidak sesuai aturan pakai. riwayat pengobatan TB sebelumnya yang tidak tuntas. kualitas obat yang buruk (misal cara penyimpanan obat terpapar matahari langsung).
Salah satu langkah untuk mencegah TBC adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu juga wajib mengubah pola hidup menjadi lebih bersih contohnya menjemur alat tidur yang kita gunakan seperti kasur, bantal, bantal guling, setiap pagi membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari masuk.makan makanan yang bergizi, tidak merokok dan minum minuman keras, terakhir harus olahraga secara teratur.