Haedar Nashir: Diskriminasi dan Politisasi Agama Sangat Bertentangan dengan Ideologi Pancasila

Haedar Nashir menjelaskan, Pancasila merupakan ideologi yang dapat mempersatukan bangsa menjadi suatu negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

oleh Jeniati Artauli Tampubolon diperbarui 22 Mar 2023, 06:53 WIB
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Liputan6.com /Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir membacakan Deklarasi Bersama Untuk Kedamaian, Pemilu Berkualitas 2024 pada Simposium Nasional di Sekolah Partai PDIP, Jakarta Selatan, Selasa 21 Maret 2023.

Dia mengungkapkan, pembacaan deklarasi ini bertujuan baik dan berharap tidak disalahartikan melenceng dari tujuan utama yakni melihat Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama. Haedar juga menambahkan bahwa ini harus mendapatkan perhatian khusus dikarenakan harfiah idenya Yang sangat bagus.

"Tanah air Indonesia menjadi rumah bagi bangsa besar dengan populasi lebih dari seperempat miliar jiwa. Wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke didalamnya terhimpun sekitar 17.000 Pulau di atas hempasan laut lebih dari 3 juta kilometer dengan keberagaman penghuni yang lebih tidak kurang dari 1.300 suku dengan ratusan agama atau kepercayaan dengan sebanyak 715 bahasa serta budaya yang jumlahnya ratusan pula," ucap Haedar Nashir.

"Tak ada kekuatan untuk menghimpun bangsa yang demikian raksasa kecuali atas kehendak Tuhan dan kesadaran bersama sebagai suatu bangsa, Bangsa Indonesia," tambahnya menjelaskan.

Haedar Nashir menjelaskan,  Pancasila merupakan ideologi yang dapat mempersatukan bangsa menjadi suatu negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Untuk menjaga kesatuan Negara Pancasila, kami peserta Simposium Nasional Rumah Beragama yang diselenggarakan pada 21 Maret 2023 menyepakati perlunya membangun kedamaian dalam kehidupan beragama dan meningkatkan solidaritas berbangsa tanpa deskrimimasi tanpa politisasi agama,"ucapnya

"Kami sadar bahwa diskriminasi dan politisasi agama sangat bertentangan dengan ideologi negara Pancasila dan pada gilirannya akan melahirkan disinterpretasi bangsa untuk itu maka segala bentuk gagasan  yang mengarah pada politisasi agama atau politik identitas diskriminatif atas nama seharusnya kita hindari dan terkait  Pancasila dan Republik Negara Indonesia," ucapnya menjadi penutu Deklarasi Simposium Nasional.

 


Tantangan yang dihadapi dalam menghadapi pemilu 2024

Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Antonius Subianto Bunjamin menyebutkan kelemahan indeks pemerawangan pemilu dapat terjadi dari pihak penyelenggara maupun peserta.

"Saya membaca apa yang dilansir Bawaslu RI tentang indeks penerawangan pemilu dari sekian banyak Bawaslu mencatat bahwa kemungkinan kelemahan pemilu itu  juga bisa terjadi dari penyelenggara maupun peserta tetapi setidaknya kita sebagai Bangsa mengetahui betul bahwa pemilu 2024 bukan hal yang sederhana. Karena untuk pertama kali pemilihan presiden dan pemilihan legislatif dilakukan secara serentak di tahun 2024 sebagai satu hal yang baru bagi kita semua,"ucap Antonius Subianto

Antonius menyoroti beberapa tantangan dalam menghadapi pemilu 2024 yakni mulai dari covid hingga bencana alam.

"Tantangan pertama adalah saat ini kita hidup di dunia dimana setiap orang adalah pemimpin redaksi atas dirinya sendiri maka, seperti media ada di tangan kita dan kita tidak punya editor selain diri kita sendiri maka dari itu kita harus memiliki self control dalam menghadapi pemilu 2024 tanpa harus ikut sana-sini," ucapnya

Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa tantangan yang lain adalah semakin kuat  juga politik uang  yang saat dimana ini marak terjadi dan Belum lagi wabah penyakit covid yang menjadi tantangan serius bagi bangsa kit

"Tantangan selanjutnya adalah terkait bencana alam yang marak terjadi dimana-mana yang menjadi tantangan dalam menghadapi pemilu 2024," ucap Antonius

Adapun Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indoensia (PHDI), Wisnu Bawa Tenaya Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indoensia (PHDI) juga mengharapkan Pemilu 2024 dapat terselenggara dengan aman, tentram sejahtera dan bahagia

"Penyelenggaraan Pemilu 2024 harus terselenggaran dengan damai, aman sejahtera dan bahagia. Untuk itu kata kuncinya dalam negara ini adalah hendaklah kita sambil bersama-sama membangun dan menegakkan kebenaran, dengan membangun nilai-nilai pancasila dan mengaplikasikanmnya dalam kehidupan berbangsa bernegara ” ucap Wisnu.

Wisnu juga mengharapkan pesta Pemilu 224 dapat menghasilkan pemimpin yang berakhlak mulia berintegritas jujur dan disiplin.

"Intinya pemilu kita ingin memilih pemimpin yang berakhlak mulia, berintergritas, jujur,disiplin untuk Indonesia lebih baik ke depannya," ucapnya.

 


Mereka yang Hadir

Dalam pantauan Liputan6.com, hadir Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri melaui kanal virtual. Selain Megawati, acara yang diketuai Politikus PDIP Irvansyah ini turut dihadiri perwakilan tokoh agama seperti Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. KH. Haedar Nashir.

Selain itu, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C dan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom yang juga hadir secara daring.

cara negara amankan pancasila (liputan6.com/triyas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya