Liputan6.com, Gorontalo - Pemerintah Provinsi Gorontalo memiliki cara tersendiri dalam menentukan 1 Ramadan. Tradisi itu bernama Tenggeyamo yang artinya memberi pengumuman bersama.
Adat Tenggeyamo sendiri sudah ada sejak Islam masuk ke wilayah daerah yang dikenal sebagai tanah Serambi Madinah itu. Bahkan, jauh sebelum ada sidang isbat dilakukan, Gorontalo sudah ada adat ini.
Baca Juga
Advertisement
Dulunya, Tenggeyamo merupakan pemberitahuan resmi lembaga adat dan pemerintah daerah kepada umat muslim di Gorontalo. Namun karena saat ini sudah ada istilah sidang isbat, tradisi Tenggeyamo sendiri sudah mengacu pada hasil Sidang Isbat Kementerian Agama RI.
"Berdasarkan hasil Sidang Isbat, kemudian daerah melakukan pertemuan kecil dengan para tokoh agama untuk memutuskan 1 Ramadan," kata Saiful Demolawa, salah satu pemangku adat di Gorontalo.
Menurut Syaiful, tradisi tua ini biasanya dilakukan di rumah dinas kepala daerah atau kantor pemerintahan. Tradisi tua ini dilaksanakan setelah salat Magrib sembari menanti hasil sidang isbat.
"Jauh sebelum ada teknologi informasi, pertemuan Tenggeyamo ini dilakukan dengan memprediksi perhitungan bulan dari masing-masing tokoh," kata Saiful.
"Jadi bisa dibilang sidang isbat kecil di Gorontalo itu memang sudah ada sejak dulu," ungkapnya.
Berbeda dengan sidang isbat yang dilakukan pemerintah pada umumnya, tradisi Tenggeyamo diputuskan dengan duduk bersila. Para pemangku kepentingan duduk dengan memberikan keterangan masing-masing.
"Para pemangku kepentingan duduk bersila dengan memberikan keterangan yang diawali dengan doa," ungkapnya.
Meski mengikuti keputusan pemerintah pusat dalam menentukan 1 Ramadan, prosesi adat Tenggeyamo tetap digelar. Sebab, ini merupakan adat istiadat yang tetap harus dilakukan.
"Itu adat dari zaman dulu dan tidak boleh hilang. Mudah-mudahan anak zaman sekarang bisa memahami hal-hal seperti itu," ia menandaskan.