Liputan6.com, Jakarta - Kurikulum pendidikan seks di beragam sekolah menengah di Amerika Serikat dipandang meresahkan oleh banyak orangtua siswa. Materi yang disajikan untuk anak-anak di bawah umur itu meliputi seks anal, seks oral, dan masturbasi, disertai ilustrasi posisi tubuh.
Tak berhenti di situ, perpustakaan sekolah menengah juga menyediakan bacaan tambahan berjudul Sex, Puberty, and All That Stuff, yakni sebuah buku yang menjelaskan foreplay dan cara menggosok klitoris untuk menghasilkan kenikmatan. Sementara, kurikulum Massachusetts memberi tahu siswa kelas tujuh cara menggunakan cling wrap sebagai pelindung gigi untuk melakukan seks oral yang aman.
Advertisement
Mayoritas negara bagian mewajibkan pendidikan seks berlabel "komprehensif", berkat lobi agresif para aktivis. Planned Parenthood, produsen kurikulum pendidikan seks terbesar untuk sekolah umum, berpendapat bahwa anak-anak berhak mengetahui bagaimana "mengalami berbagai bentuk kenikmatan seksual".
Di wilayah lain, siswa SMA Eugene di Oregon baru-baru ini ditugaskan untuk menulis fantasi seksual yang menampilkan minyak pijat, sirup rasa, lilin, musik, bulu, atau boa. Pelajaran cabul berbalut pendidikan seks itu membangkitkan kemarahan orangtua secara nasional.
Pendidikan seks adalah isu paling kontroversial dalam banyak pemilihan dewan sekolah. Dikutip dari NY Post, Rabu (22/3/2023), pekan lalu, protes orangtua siswa memaksa dewan sekolah Gwinnett County menangguhkan proses pemungutan suara untuk usulan kurikulum pendidikan seks.
Holly Terei, seorang orangtua menjelaskan bahwa memantau media sosial dan film yang ditonton anak-anak adalah satu hal dan 'khawatir tentang kurikulum yang mengajari mereka cara bertindak seksual' adalah hal lain.
Pendidikan Seks di Sekolah Dibajak Kelompok Sayap Kiri?
Sebagian besar pelajaran seks tidak diterbitkan oleh perusahaan buku teks. Betsy McCaughey, mantan letnan gubernur New York, menyebut pendidikan seks telah dibajak oleh kelompok sayap kiri yang didanai dengan baik dengan agenda mereka sendiri.
Kelompok itu termasuk SIECUS (Sex Ed for Social Change), Advokat untuk Pemuda (kelompok LGBTQ), dan American Civil Liberties Union, yang berpendapat bahwa anak-anak memiliki hak seksual. Mereka mendesak untuk pendidikan seksualitas yang komprehensif.
Kata "komprehensif" itu, sambung McCaughey, menyesatkan karena yang ditekankan oleh kurikulum adalah kesenangan. Banyak distrik Massachusetts menggunakan kurikulum "Get Real" dari Planned Parenthood. Manual guru kelas 8 menyarankan untuk membahas skenario hipotetis tentang dua anak laki-laki sekolah menengah yang "menikmati bagian seksual dari hubungan mereka".
Di Florida, Dewan Sekolah Leon County mengajukan pemungutan suara pada kurikulum pendidikan seks bulan ini ketika orangtua seperti Brandi Andrews keberatan. Dia mengatakan video kartun tentang klitoris yang tertawa, bagian dari kurikulum, akan mendorong gadis-gadis muda untuk melakukan seks bebas.
Pendukung CSE berpendapat bahwa informasi 'cara' tentang seks membuat anak-anak lebih aman. Fakta di lapangan tak demikian.
Advertisement
Hasil Survei soal Kurikulum Pendidikan Seks di Sekolah
Sebuah kajian terhadap 60 riset tentang pendidikan seks di sekolah-sekolah di Amerika Serikat yang dipublikasikan di jurnal Issues in Law and Medicine menemukan bahwa pendidikan seks yang komprehensif lebih sering membahayakan siswa, termasuk kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit seksual menular.
Selain membahayakan secara fisik, kurikulum itu juga membuat anak-anak menderita secara emosional dan spiritual. Sejumlah pendidik di Fairfax County, Virginia, ingin mengajar seks dalam kelas campur, alih-alih memisahkan antara anak laki-laki dan perempuan. Padahal, 84 persen orangtua menentang usulan itu.
McCaughey juga menyoroti soal alibi yang diajukan para pendukung pendidikan seks ekstrem itu. Ia menilai mereka yang bersikeras hanya ingin memberikan informasi seputar seks kepada anak-anak lebih dari pelajaran biologi adalah omong kosong.
"Ketika pelajaran mencakup lebih dari biologi, nilai-nilai seseorang dipaksakan," ujarnya.
McCaughey menyebut pendidikan seks yang komprehensif adalah ideologi yang menekankan fluiditas gender, eksperimen seksual, dan pencarian kesenangan sambil menolak peran dan nilai-nilai tradisional orangtua. Beberapa keluarga memiliki pandangan yang sama, dan banyak yang tidak.
Menjauhkan Peran Agama dalam Pendidikan Seks
Ratusan Muslim Amerika baru-baru ini memprotes rapat dewan sekolah di Dearborn, Michigan, sambil membawa papan bertuliskan 'Simpan Pornomu untuk Dirimu Sendiri'. Orang Kristen, Yahudi, dan Muslim semuanya telah diberitahu bahwa mereka harus menjauhkan ajaran agama mereka dari sekolah umum.
"Mengizinkan pendidikan seks komprehensif di sekolah tidak berbeda dengan mempercayakan pendidikan seks kepada seorang pendeta atau rabi, dengan mengesampingkan semua pandangan lain. Para orangtua, inilah saatnya untuk mengendalikan apa yang diajarkan kepada anak-anak kita," ucap McCoughey.
Di Indonesia, pendidikan seks dianjurkan sejak anak usia dini. Berbeda dari Amerika Serikat, pendidikan yang dimaksud diarahkan sebagai upaya mitigasi dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual, khususnya pada anak-anak.
"Seperti halnya bencana, kita tidak mengharapkan bencana. Namun, kita perlu memberikan pendidikan pengurangan resiko bencana sebagai upaya mitigasi," kata Komalasari, Plt. Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Kamis, 2 Februari 2023.
Salah satu bentuk pendidikan seks yang bisa diajarkan pada anak usia dini adalah pengenalan mengenai cara menjaga diri dari kekerasan seksual. Hal itu, sambung Komalasari, bisa dimulai dengan mengenalkan anak soal bagian-bagian tubuhnya, bagaimana merawat, serta menjaganya.
Advertisement