Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menilai, kerjasama investasi jadi kunci agar neraca perdagangan antara Indonesia dengan beberapa negara lain tak lagi defisit. Pernyataan ini diberikan seusai Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyebut, neraca perdagangan antara Indonesia dengan Thailand dan Laos masih minus.
Arsjad mengatakan, perdagangan bilateral antar suatu negara semustinya turut dibarengi oleh adanya investasi. Sebagai contoh, ia mengibaratkan kerjasama investasi antara Indonesia dan Vietnam di sektor industri perikanan.
Advertisement
"Jadi bisa saja kita berinvestasi di Vietnam, Vietnam berinvestasi di Indonesia. Contoh misalnya, untuk masalah perikanan. Vietnam sangat advance misalnya, sudah punya pasar yang cukup luas," ujar Arsjad Rasjid saat ditemui dalam rangkaian acara AEM Retreat ke-29 di Magelang, Jawa Tengah, Rabu (22/3/2023).
"Kenapa tidak kita mengundang perusahaan-perusahan Vietnam untuk investasi di Indonesia, untuk membangun industri daripada perikanan," imbuh dia.
Sehingga, ia menambahkan, Indonesia tidak hanya mendorong perdagangan bilateral, tapi juga investasi. Pada akhirnya, itu bakal menguntungkan baik dari sisi angka transaksi maupun transfer knowledge.
Komponen Kendaraan Listrik
Sementara untuk memangkas defisit neraca perdagangan dengan Thailand, Arsjad menganggap Indonesia punya potensi dalam sektor produksi komponen kendaraan listrik.
"Dengan Thailand misalnya sebagai contoh, kita bicara hub-nya otomotif besar dan banyak di Thailand. Indonesia sebagai contoh, dengan Thailand misalnya, kita sudah diskusi antara perusahaan bagaimana membangun yang namanya electric vehicle," ungkapnya.
"Thailand perlu baterainya, kita kan bisa menyiapkan baterainya. Kita ada bauksit untuk alumuniumnya. Kenapa, kendaraan harus lebih ringan lagi. Untuk itu bisa menggunakan bauksit kita," kata Arsjad.
Tak hanya Thailand, Indonesia juga disebut punya peluang memasok hasil olahan bahan mineral untuk industri microchip. Terlebih Indonesia punya kekayaan sumber bahan baku semisal tembaga dan timah.
"Lebih lagi, Malaysia yang sudah industri dari sisi microchip-nya maju. Kita mengajak mereka bersama-sama untuk Indonesia juga. Indonesia memiliki mineralnya. Jadi di sinilah kekuatan supplementary dan synergy value di antara kita," tuturnya.
Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 34 Bulan Berturut-turut, Kali Ini Tembus USD 5,4 Miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia Februari 2023 mengalami surplus USD 5,48 miliar. Neraca perdagangan ini surplus tercatat untuk 34 bulan berturut-turut.
Surplus neraca perdagangan Indonesia terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Ini terutama berasal dari sektor nonmigas USD 6,70 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD 1,22 miliar.
Nilai ekspor Indonesia pada Februari USD 21,40 miliar, sedangkan impor USD 15,96 miliar. "Secara month to month nilai impor Februari USD 15,96 miliar atau turun 13,68 persen dibanding Januari 2023," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
Eskpor Indonesia
Tercatat jika nilai ekspor Indonesia Februari 2023 mencapai USD 21,40 miliar atau turun 4,15 persen dibanding ekspor Januari 2023. Dibanding Februari 2022 nilai ekspor naik sebesar 4,51 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2023 mencapai USD 20,21 miliar, turun 3,00 persen dibanding Januari 2023, sementara itu naik 3,76 persen jika dibanding ekspor nonmigas Februari 2022.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Februari 2023 mencapai USD 43,72 miliar atau naik 10,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2022.
Sementara ekspor nonmigas mencapai USD 41,05 miliar atau naik 8,73 persen.Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2023 terhadap Januari 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD 277,0 juta (6,51 persen).
Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar US$141,0 juta (10,93 persen).
Advertisement
Impor Indonesia
Nilai impor Indonesia Februari 2023 mencapai USD 15,92 miliar, turun 13,68 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 4,32 persen dibandingkan Februari 2022.
Impor migas Februari 2023 senilai USD2,41 miliar, turun 17,19 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 17,08 persen dibandingkan Febuari 2022.
Impor nonmigas Februari 2023 senilai USD 13,51 miliar, turun 13,03 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63 persen dibandingkan Februari 2022.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Februari 2023 dibandingkan Januari 2023 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya USD 355,4 juta (15,22 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah bijih logam, terak, dan abu USD 111,1 juta (249,87 persen).