Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas tim nasional dari berbagai penjuru dunia tengah bersiap menjalani FIFA Matchday. Pertandingan dengan berbagai kepentingan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, mulai kualifikasi turnamen regional hingga persahabatan.
Lalu bagaimana negara-negara separatis, suku, hingga pemerintahan yang tidak diakui bertanding sepak bola? Berlangsunglah Piala Dunia VIVA yang diprakarsai New Federation Board.
Advertisement
Ajang ini pertama kali berlangsung di Oksitania pada 2006, wilayah di Eropa Selatan tempat bahasa Oksitan digunakan sebagai bahasa utama. Lokasi komunitas budaya ini mencakup Prancis bagian selatan, Monako, serta sebagian kecil Italia dan Spanyol.
Sapmi keluar sebagai juara usai menaklukkan Monako 21-1 di final. Skor besar tersebut menjadikan Piala Dunia VIVA 2006 sebagai salah satu turnamen sepak bola tersubur sepanjang masa. Tercipta 60 gol dalam delapan pertandingan atau rata-rata 7,5 gol per laga.
Lalu siapa penghuni Timnas Sapmi? Mereka adalah Suku Sami yang tinggal di utara Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Rusia.
Piala Dunia VIVA rencananya berlangsung setiap dua tahun dan terakhir digelar pada 2012. Namun, ajang ini sempat digelar tiga kali beruntun pada 2008-2010,
Padania menunjukkan dominasi pada periode itu dengan menyapu bersih gelar. Mereka tidak tertandingi mengandalkan orang-orang yang menempati delapan wilayah di Italia Utara. Sedangkan ajang terakhir dimenangkan Kurdistan yang kala itu juga bertindak sebagai tuan rumah.
Piala Dunia CONIFA
Kompetisi bagi komunitas-komunitas ini kemudian diatur otoritas baru Confederation of Independent Football Associations (CONIFA). Ajang pun menggunakan nama anyar yakni Piala Dunia CONIFA.
Turnamen tersebut berlangsung rutin hingga 2018. Seperti event-event lainnya, edisi 2020 tidak digelar akibat pandemi Covid-19. Sedangkan ajang 2022 tidak digelar.
Rencananya Piala Dunia CONIFA baru bergulir kembali tahun 2024 di Meksiko.
Advertisement
2 Anggota CONIFA Ada di Indonesia
Anggota CONIFA datang dari berbagai pelosok muka mubi. Dua di antaranya bahkan ada di Indonesia, yakni Republik Maluku Selatan dan Republik Papua Barat.
Keduanya pernah mengikuti UNPO Cup yang berlangsung di Den Haag, Belanda, pada 2005. Uniknya, Republik Maluku Selatan keluar sebagai juara usai mengalahkan Chechnya di final.