Kesaksikan Titiek Puspa Dipanggil Bung Karno ke Istana: Wajahnya Kayak Bersinar, Itu Namanya Karisma

Titiek Puspa mengenang kali pertama dipanggil Presiden Soekarno ke Istana pada 1960. Kala itu, usianya 23 tahun. Kali pertama dipanggil ke Istana, ia syok.

oleh Wayan Diananto diperbarui 23 Mar 2023, 12:20 WIB
Titiek Puspa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Titiek Puspa mengenang kali pertama dipanggil Presiden Soekarno ke Istana Negara pada 1960. Kala itu, usia Titiek Puspa baru 23 tahun. Kali pertama dipanggil ke Istana, ia syok.

Masih segar dalam ingatan pelantun “Kupu-Kupu Malam,” undangan ke Istana sampai ke telinganya saat berada di studio RRI. Rupanya, Bung Karno penasaran dengan Titiek Puspa.

“(Bung Karno bilang) Aku mau lihat Titiek Puspa, bawa sini. Terus, saya masih di RRI, eh dipanggil Bapak Presiden. Oh ana apa, kaget aku. Loh, ada apa ini? Sudah pokoknya harus ke sana ya,” Titiek Puspa mengenang pertemuan dengan Presiden Soekarno.

Undangan ini disertai syarat khusus yakni tidak boleh pakai rok. Harus pakai kain tradisional. Dalam hitungan menit, Titiek Puspa menyulap penampilannya dengan kebaya yang dipadu kain jarit.

 


Sanjungan Soekarno

Titiek Puspa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

“Jadi ya (tampil) seada-adanya, terus sampai di sana (Bung Karno bilang): Oh ya, iki tha Titiek Puspa. Wah, pinter nganggo jarik, sopo sing njariki? (Wah, pintar pakai kain jarit, siapa yang memakaikan?),” ia membeberkan.

Kepada Bung Karno, bintang film Inem Pelayan Sexy mengaku pakai kain jarit sendiri dan membuat sanggul sendiri. Inilah yang membuat Bung Karno makin kagum.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Titiek Puspa dan Soekarno

Ilustrasi Ir Soekarno Pidato KAA 1955

“Wah pinter, la jarene kowe pinter nyanyi (katanya kamu pintar menyanyi)? (Saya menjawab) Mboten pinter namung saget. Enggak, bukan pintar hanya bisa,” beri tahu Titiek Puspa.

Menilik dokumentasi wawancara khusus Titiek Puspa dengan Liputan6.com, Mei 2022, ia menggambarkan wajah Presiden Soekarno yang berkarisma seolah bercahaya. Ia sampai tak berani menatap mata Bung Karno.


Tak Berani Menatap Wajahnya

Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)

“Tapi aku waktu ngomong itu enggak berani ngelihat mukanya itu. Itu muka kayak bersinar jeng jeng jeng jeng! Itu yang namanya karisma, innalillahi. Aku sampai lupa begitu,” Titiek Puspa menggambarkan.

“Terus ngomong: Pak, lagunipun punapa, Pak. Takut tahu-tahu nyerondol meluk begitu. Enggak tahu pingsan juga karena enggak tahu apa ya, dia bicaranya tuh jes, jes, jes, jes, gitu. Woh, sudah itu, yang namanya karismatik tuh itulah,” tutupnya.

 

 

Infografis Penerbangan Murah di Terminal 2 Soekarno-Hatta (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya