Liputan6.com, Wellington - Putus cinta adalah pengalaman yang intens dan menyiksa, yang dapat menyebabkan perasaan sedih, rendah diri, dan kesepian. Patah hati juga menimbulkan banyak gejolak emosional dan berdampak serius pada kesehatan mental seseorang.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Selandia Baru meluncurkan kampanye unik "Love Better" untuk membantu kaum muda menghadapi putus cinta.
Advertisement
Kampanye "Love Better", diyakini sebagai yang pertama dari jenisnya, menawarkan dukungan tentang apa yang harus dilakukan saat kisah cinta berakhir dan menyarankan cara sehat untuk memproses perasaan sakit hati. Demikian seperti dikutip dari NDTV, Kamis (23/3/2023).
"Love Better" menampilkan anak-anak muda yang berbagi kisah nyata untuk membantu rekan-rekan mereka yang mungkin mengalami pengalaman serupa.
"Putus cinta menyebalkan... tapi kamu bisa menyalurkannya untuk kebaikan," kata seorang sulih suara dalam video kampanye.
Pemuda lainnya mengatakan, "Saya harus melakukannya, jujur. Ini semakin konyol, ini semakin tidak terkendali. Saya perlu tidur di malam hari. Saya harus melupakannya."
Cegah Anak Muda Melukai Diri Sendiri
Saat mengumumkan kampanye tersebut pada Rabu (22/3), Menteri Komunitas dan Sektor Sukarela Priyanca Radhakrishnan, mengatakan bahwa pemerintah ingin mendukung kaum muda untuk mengatasi luka dan mengetahui bahwa ada jalan keluar tanpa melukai diri sendiri atau orang lain.
Dia menambahkan bahwa mendukung kaum muda melalui pengalaman formatif ini dapat meningkatkan cara mereka menjalin hubungan di masa depan.
"Ini bukan pendekatan yang telah diuji coba oleh pemerintah lain di seluruh dunia. Cara kami melakukan ini dengan memanfaatkan beberapa kisah nyata, tetapi juga memastikan bahwa kami memiliki platform yang menjangkau kaum muda. Ini juga merupakan kekuatan kampanye ini," kata Radhakrishnan.
Pemerintah Selandia Baru mengalokasikan dana 6,4 juta dolar Selandia Baru atau sekitar Rp60,7 miliar dalam kampanye selama tiga tahun ini.
Menurut laporan AFP yang mengutip data Kantar, enam dari 10 warga Selandia Baru berusia 16-24 pernah mengalami putus cinta dan sebagian besar dari mereka mengalami atau melakukan dampak berbahaya sebagai akibatnya.
Badan PBB UNICEF menyebutkan Selandia Baru memiliki salah satu tingkat bunuh diri remaja tertinggi di negara maju.
Advertisement