Waspada Penipuan dan Disinformasi melalui Peniru Suara

Sebagai pengguna hendaknya harus berhati-hati, karena penipuan dan disinformasi banyak dilakukan melalui smartphone.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 23 Mar 2023, 14:00 WIB
Ilustrasi Gelombang Suara (Credit : unsplash.com/@kellysikkema)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi informasi dan komunikasi (TIK)  terus berkembang dengan inovasi baru yang canggih. Dalam keseharian, masyarakat aktif menggunakan TIK untuk memudahkan aktivitas dan komunikasi satu sama lain. Salah satunya seperti smartphone yang selalu dalam genggaman, dengan segala kemudahan dan kepraktisannya.

Smartphone dilengkapi dengan fitur-fitur, akses internet, hingga media sosial. Tidak heran, saat ini hampir semua orang memiliki smartphone. Namun, sebagai pengguna hendaknya harus berhati-hati, karena penipuan dan disinformasi banyak dilakukan melalui smartphone.

Dilansir dari arstechnica.com, pada 2022 lalu terdapat ribuan penipuan untuk mencuri uang melalui telepon. Penipuan dilakukan dengan peniruan suara menggunakan Artificial Intelligence (AI) lalu menyamar menjadi orang terdekat.

Peneliti keamanan komputer, dilansir dari theconversation.com mengatakan bahwa kemajuan dalam editing, rekayasa audio, dan pembuatan suara sintetik, semakin menunjang peniruan suara menjadi lebih nyata dan meyakinkan. 

Beberapa alat peniru suara bahkan hanya memerlukan sampel satu menit atau beberapa detik untuk menghasilkan suara tiruan untuk menipu, menyalahgunakan identitas, hingga memberikan informasi tidak berdasar. Namun, untuk meyakinkan orang terdekat diperlukan sampel yang jauh lebih besar.


Kiat Menghindari Penipuan

Modus penipuan baru dengan menggunakan nomor telepon aneh +242. (Ilustrasi: KCBI)

Agar terhindar dari penipuan, perlu untuk berhati-hati ketika menerima telepon yang tidak terduga dari orang lain, termasuk orang terdekat. Lalu jangan pernah percaya dengan identitas penelepon karena bisa saja itu palsu. 

Misalnya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku karyawan dari sebuah perusahaan yang memberikan informasi seputar layanan atau programnya, jangan langsung percaya. Lebih baik, segera konfirmasi secara langsung ke nomor resmi perusahaan.

Selain itu, informasi pribadi juga harus dijaga seperti KTP, alamat rumah, nomor telepon, nama tengah, dan informasi penting lainnya. Hal ini untuk menghindari penipu menggunakan identitas anda untuk menyamar atau menyalahgunakan


Waspada Sebagai Pertahanan Lawan Disinformasi

Ilustrasi sedang menelepon polisi (pixabay)

Seseorang yang aktif menggunakan TIK hendaknya mengenali dirinya sendiri, seperti titik lemah dan bias intelektual atau emosional. Hal ini karena penipu biasa mencari celah dari korbannya, apapun itu.

Peniru suara dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kecenderungan atau bias anda.  Maka dari itu sikap waspada dan antisipasi ini merupakan bentuk pertahanan terhadap disinformasi dan penipuan menggunakan peniru suara. 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya