Awal Ramadhan, Pemda Garut Naikkan HET Gas Subsidi 3 Kilogram Jadi Rp19.500

Pemda Garut mengumumkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) gas melon atau gas bersubsidi 3 kilogram (kg) menjadi Rp19.500.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 23 Mar 2023, 19:00 WIB
Tumpukan gas melon dalam salah satu kendaraan operasional di salah satu Agen Pertamina di Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat, mengumumkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) gas melon atau gas bersubsidi 3 kilogram (kg) menjadi Rp 19.500 per tabung. Angka ini naik Rp 3.000 dari HET sebelumnya Rp 16.500 per tabung.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Garut, Nia Gania Karyana mengatakan, kenaikan HET gas melon sudah berlangsung dalam dua pekan terakhir.

“Kami menyadari betul apalagi menghadapi di bulan ramadan ini tentu terkait dengan daya beli masyarakat boleh dikatakan sangat memberatkan,” ujarnya, Rabu (22/3/2023).

Menurutnya, kenaikan harga gas 3 kilogram sudah diperhitungkan dengan matang berdasarkan kajian akademis, termasuk mendengar kritikan dari masyarakat, mengenai dampak yang akan ditimbulkan. "Ditambah harga pokok yang lain juga naik,” kata dia.

Sebelum kenaikan berlangsung, Hiswana Migas ujar dia, telah dua kali menyampaikan keluhan mereka atas beban operasional yang harus ditanggung agen dan pangkalan.

“Mereka sudah dua tahun mengajukan kenaikan, namun kami menolaknya karena situasi ekonomi di Garut tidak sebaik saat ini,” kata dia.

Berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), spare parit kendaraan, tarif listrik, UMR, dan lainnya hingga naiknya operasional agen yang terjadi dalam tujuh tahun terakhir.

Kebijakan kenaikan HET gas 3 kilogram akhirnya diambil Pemda Garut. “Kita memahami karena HET yang lama sudah sejak 2015 tidak naik, otomatis sudah 7 tahun harga eceran tertinggi itu bertengger di Rp16.500,” kata dia.

Kebijakan itu didukung membaiknya perekonomian masyarakat Garut saat ini. Rata-rata harga gas melon di tingkat pengecer sudah bertahan di angka Rp25.000 per tabung jauh sebelum HET gas melon naik.

“Apalagi pajak penjualan itu direkapitulasi dan harus dibayar oleh agen sendiri,” kata dia.

 

 


Respons Hiswana Migas

Tumpukan gas melon dalam salah satu kendaraan operasional di salah satu Agen Pertamina di Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sementara itu, Juru Bicara Hiswana Migas DPC Garut, Evi Hartaz Alvian menyambut baik kenaikan tersebut. Menurutnya, kenaikan HET yang disampaikan pemerintah Garut diharapkan mampu menaikan kesejahteraan para pengelola pangkalan gas melon.

“Kami mengelola 1.400 pangkalan, tadinya keuntungannya mereka hanya 1.500 per tabung, sekarang dia mempunyai keuntungan Rp 3.000 per tabung,” kata dia.

Ia menyatakan selama ini pangkalan menjadi ujung tombak Pertamina dalam mendistribusikan gas melon kepada masyarakat, hanya mendapatkan cuan kecil, akibat kebijakan HET gas melon yang belum berubah.

“Rata-rata per pengkalan itu hanya mendapatkan alokasi dua hingga tiga ribu tabung per bulan belum beban operasional, silahkan hitung sendiri keuntungan mereka sebelum ada kenaikan HET itu,” ujar dia.

Tidak hanya itu, jauh hari sebelum HET gas melon di Garut naik, beberapa daerah di Jawa Barat Sumedang, Kuningan, Indramayu dan Subang, sudah terlebih dahulu menaikan HET gas bersubsidi tersebut.

“Sumedang tetangga terdekat Garut sudah lebih dulu menaikan HET nya,” kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya