Menyulap Tembok Kumuh Jadi Mural Cantik Bernuansa Alam

Di tengah pandemi yang masih ganas pada 2020, Diana Dee Mohy, seorang ibu rumah tangga memutuskan untuk mempercantik Posyandu yang kumuh dengan membuat mural bernuansa alam.

oleh Dyra Daniera diperbarui 27 Mar 2023, 03:30 WIB
Diana Dee Mohy dengan karya muralnya di tembok Posyandu. (Dok. Instagram/@deemohy/https://www.instagram.com/p/CEb4ZRUFtcC/Dyra Daniera)

Liputan6.com, Jakarta - Saat pandemi Covid-19 masih ganas pada 2020 lalu, Diana Dee Mohy, seorang ibu rumah tangga berumur 48 tahun, memutuskan untuk mempercantik Posyandu yang kumuh dengan membuat mural bernuansa alam. 

Tembok bangunan Posyandu yang sering menjadi sasaran vandalisme ini kini tampak indah dengan lukisan pohon rindang, bunga berwarna-warni, lampu taman, air mancur taman, dan jendela 3D yang dipadukan dengan harmonis.

Diana awalnya diusulkan oleh salah satu pengurus Posyandu untuk mendandani bangunan tersebut dengan lukisan mural.  “Daripada dindingnya dicoret-coret anak-anak, lebih bagus dimural. Saya yang bukan muralis, dan baru belajar mural, melihat itu sebagai peluang besar untuk latihan melukis di dinding,” ungkap Diana kepada Liputan6.com, Kamis, 23 Maret 2023. 

Dalam pembuatan mural ini, Diana fokus pada objek utamanya yaitu bunga dan pemandangan, yang selaras dengan letak Posyandu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Komplek Taman Pagelaran, Ciomas, Bogor, Jawa Barat.

Diana menjelaskan bahwa ia ingin mendukung suasana Posyandu yang berada di RTH dengan menambah semarak dengan lukisan bunga yang warna-warni. “Jadi untuk mendukung suasana, dan menambah semarak saya melukis bunga yang warna-warni dengan pohon bougenville merah sebagai poin interestnya. Jendela berwarna biru seperti yang ada di Italia. Supaya orang yang melihat merasa seperti berlibur di taman bunga,” ujar Diana. 

Mural ini sukses menarik perhatian warga sekitar dan sempat viral di media sosial. Banyak yang merasa terinspirasi dan berharap bisa melakukan hal yang sama untuk mempercantik lingkungan sekitar.

 


Waktu Pengerjaan Mural

Diana sedang melukis mural dengan menaiki tangga. (Dok. Instagram/@deemohy/https://www.instagram.com/p/CIVEdHXl-C7/Dyra Daniera)

Proses pembuatan mural Posyandu ini memakan waktu selama tiga minggu pada bulan Agustus 2020. Setiap paginya, Diana mengerjakan mural selama kurang lebih 2 hingga 6 jam. Proses pembuatan mural ini tentunya juga menemui banyak tantangan, seperti cuaca yang sangat panas namun terkadang juga hujan.

Diana mengatakan bahwa ada tantangan yang dialaminya selama proses pembuatan mural, salah satunya cuaca yang sangat panas dan terkadang hujan. Lebih lanjut, Diana mengemukakan, “Ada juga pipa pembuangan yang dijadikan lukisan kolam pancur berundak ternyata bocor, sehingga mural tertunda karena proses perbaikan pipa.” Namun, Diana tidak menyerah dan tetap bekerja keras hingga mural selesai dibuat.

Seluruh proses pembuatan mural Posyandu dilakukan oleh Diana seorang diri. Namun pengelola Posyandu membantu menyediakan cat yang digunakan untuk melukis mural. Cat yang digunakan adalah Cat Aquaproof dan Propan Ultraproof yang tahan cuaca dan waterproof.  “Pemilihan cat jenis ini adalah untuk menjaga kualitas mural supaya lebih awet dan tahan lama,” ungkap Diana.

Diana mendapat sambutan hangat dari para tetangga yang sangat antusias terhadap karyanya. Hal ini karena pada saat itu, warga diminta untuk tetap beraktivitas di rumah sementara karena pandemi masih melanda.


Mural Jadi Tempat Berfoto

Mural Diana di Posyandu kerap dijadikan tempat berfoto oleh warga sekitar. (Dok. Instagram/@deemohy/https://www.instagram.com/p/CEb4ZRUFtcC/Dyra Daniera)

Mural Posyandu ini sekarang menjadi daya tarik tersendiri bagi para warga sekitar. maupun mereka yang melewati kawasan tersebut Tidak hanya itu, mural ini juga menjadi bukti bahwa seni mural di Indonesia semakin berkembang dan semakin diapresiasi oleh masyarakat.

“Ini bisa menjadi hiburan tersendiri bagi warga komplek dengan menjadikan mural sebagai spot foto saat berolahraga pagi atau sore di Ruang Terbuka Hijau. Bahkan ada yang sengaja datang hanya untuk foto-foto,” ujar Diana.

Mural ini juga mendapat apresiasi dari komunitas seniman. Pada November 2020, mural tersebut diikutsertakan dalam Pameran Virtual Komunitas Perupa Kota Tua, bertema 'LAWAN!!!' yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional.

Namun, kini, tembok mural itu sudah tampak berdebu. Diana berharap dapat segera mengecatnya kembali. “Rencana setelah idul fitri ingin retouch kembali mural supaya lebih fresh,” ungkapnya.

Dalam beberapa unggahan di Instagram pribadinya, Diana kerap terlihat menaiki tangga besi dan memegang kuas untuk melakukan muralnya. Meskipun Diana telah melukis lebih dari lima mural, baik di tembok rumahnya atau bangunan-bangunan terbengkalai di daerah tempat tinggalnya di Bogor, ia mengatakan bahwa melukis mural hanya sekadar hobi. “Sementara mural hanya kegiatan sampingan saja bukan sebagai profesi,” ujarnya.


Mencoba Hal Baru Selain Mural

Diana melukis mural bergaya rumah dan taman Eropa di daerah tempat tinggalnya di Bogor. (Dok. Instagram/@deemohy/https://www.instagram.com/p/CIU--mmF2tE/Dyra Daniera)

Diana sudah tertarik melukis sejak tahun 2009. Awalnya, dia belajar secara otodidak melalui tutorial melukis di youtube dengan menggunakan cat minyak di atas kanvas. Diana lanjut bercerita,  “Tahun 2013 belajar melukis di bawah bimbingan pelukis senior Bogor, Bapak Ibrahim Basalamah.”

Dari situlah Diana mulai diperkenalkan dengan komunitas pelukis Bogor dan mulai ikut serta dalam pameran bersama. Namun, meskipun telah dikenalkan dengan komunitas pelukis, mural bukanlah media yang difokuskan oleh Diana. Media utamanya adalah menggunakan cat minyak dengan pisau palet pada kanvas.

Kemudian, Diana mulai belajar menggunakan cat akrilik. Namun menurutnya, akrilik cukup sulit karena karakternya yang cepat kering. Terlepas dari itu, Diana ingin tetap mengembangkan keterampilan melukisnya dengan akrilik.

“Saat pandemi terpikir mural. Selain karena jenuh di rumah saja, juga karena terdorong untuk melatih kemampuan melukis dengan cat akrilik. Cat tembok untuk mural punya karakter yang sama dengan cat akrilik untuk melukis.”

Oleh karena itu, pandemi menjadi momen yang tepat bagi Diana untuk mencoba melukis mural. Unggahan Diana di akun Instagramnya @deemohy, sampai berita ini ditulis telah mendapat lebih dari 200.000 likes dan 3.000 komentar dari warganet. 

 

Infografis jejak seni grafiti di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya