Liputan6.com, Jakarta - Gugatan baru menuding Mark Zuckerberg serta eksekutif dan direktur Meta gagal dalam berupaya menghentikan perdagangan seks di Facebook dan Instagram.
Keluhan ini dilaporkan oleh beberapa pemilik saham Meta pada Senin (20/3/2023). Mereka mengatakan kepemimpinan Mark Zuckerberg dan dewan Meta gagal melindungi kepentingan perusahaan dan pemegang saham dengan menutup mata terhadap “bukti sistemik” aktivitas kriminal.
Advertisement
Dikutip dari NY Post, Sabtu (25/3/2023), pengaduan itu menyebutkan, satu-satunya kesimpulan logis yang dapat diambil adalah dewan telah secara sadar memutuskan untuk mengizinkan platform Meta, dalam hal ini Facebook dan Instagram mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan seks atau manusia.
Pendapat ini muncul karena anggota dewan tidak mampu menjelaskan bagaimana usaha mereka dalam menangani masalah terkait perdagangan seks, eksploitasi seksual dan eksploitasi anak.
Gugatan tersebut merupakan kasus turunan, di mana pemegang saham menuntut pejabat dan direktur Meta yang diduga melanggar tugas mereka. Kerugian yang diakibatkan pun seringkali dibayarkan kepada perusahaan, bukan kepada pemegang saham.
Meta Menampik Dasar Gugatan yang Diajukan di Delaware Chancery Court.
Dalam pernyataannya kepada AFP, Selasa (21/3/2023), juru bicara Meta, Andy Stone menampik gugatan tersebut. Ia mengatakan pihaknya melarang eksploitasi manusia dan eksploitasi seksual anak dengan tegas.
“Klaim dalam gugatan ini salah menggambarkan upaya kami untuk memerangi aktivitas semacam ini. Tujuan kami adalah untuk mencegah orang yang berusaha mengeksploitasi orang lain menggunakan platform kami,” papar Stone dalam keterangannya.
Co-Founder dan Chief Executive Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan kepada Kongres pada 2019 bahwa eksploitasi anak adalah salah satu ancaman paling serius yang menjadi fokus platform.
Advertisement
Meta Banyak Hadapi Tuduhan
Perusahaan yang berbasis di Menlo Park, California ini telah lama menghadapi banyak tuduhan bahwa platformnya adalah surga bagi kasus-kasus pelanggaran seksual.
Pada Juni 2021, Mahkamah Agung Texas mengizinkan tiga orang yang terjerat dengan pelakunya melalui Facebook untuk menuntut. Dikatakan bahwa Facebook tidak akan kebal dari hukum dan harus bertanggungjawa atas masalah perdagangan manusia di platformnya.
Secara terpisah, Meta juga telah menghadapi ratusan tuntutan hukum dari keluarga remaja dan anak-anak yang mengaku menderita masalah kesehatan mental akibat kecanduan Facebook serta Instagram.
Tak hanya itu, pihak dari beberapa distrik sekolah pun turut mengajukan tuntutan hukum atas masalah tersebut.
Meta PHK 10.000 Karyawan Lagi
Usai pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran beberapa waktu lalu, Mark Zuckerberg mengumumkan, Meta akan kembali melakukan pemangkasan karyawan dalam jumlah besar.
Pengumuman lanjutan dari apa yang disebutnya sebagai "Tahun Efisiensi" ini, diunggah sang CEO melalui akun Facebook resminya. Selain itu, perusahaan juga akan lanjut membekukan perekrutan.
Melalui unggahan itu, Zuckerberg mengungkapkan, perusahaan induk Facebook dan Instagram itu bakal melakukan PHK hingga 10 ribu orang, serta menutup 5.000 lowongan terbuka yang belum terisi karyawan.
Dikutip dari unggahannya di Facebook, Rabu (15/3/2023), Zuckerberg mengungkapkan, selama beberapa bulan ke depan, pemimpin organisasi akan mengumumkan rencana restrukturisasi yang berfokus pada pemerataan organisasi.
Mereka juga akan membatalkan proyek dengan prioritas yang lebih rendah, serta mengurangi tingkat perekrutan karyawan.
Advertisement