Tips Mengajarkan Anak Autisme Puasa Ramadhan

Bukan hal yang tidak mungkin untuk mengajak anak autisme belajar berpuasa di bulan Ramadhan. Salah satu caranya adalah pembiasaan dari orang tua.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2023, 19:00 WIB
Anak-anak membaca kitab suci Al-Quran di Kampung Quran Alkholidin Cinere, Depok, Senin (13/5/2019). Momentum bulan Ramadhan 1440 H dimanfaatkan anak-anak usai pulang sekolah untuk membaca dan menghapal Quran secara bersama-sama untuk menambah amalan ibadah puasa. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan telah tiba. Banyak orang tua yang mulai mengenalkan ibadah puasa kepada anak-anaknya. Namun, bagaimana dengan orang tua dengan anak yang anak yang mengalami Autism Spectrum Disorders (ASD)?

Akademisi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Adriana Soekandar Ginanjar mengatakan bahwa bukan hal yang tidak mungkin untuk mengajak anak autisme belajar berpuasa. Salah satu caranya adalah pembiasaan dari orang tua.

"Cukup banyak anak-anak yang mungkin gangguannya cukup berat tapi akhirnya ikut berpuasa. Sebenarnya, anak belajar melalui meniru, observasi dari kegiatan (orang tua) di rumah, ritualnya (ibadah) berjalan, misalnya dari kecil sudah dibangunkan untuk sahur," kata Adriana, dikutip ANTARA, ditulis Jumat (24/3/2023).

Lebih lanjut, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa kebiasaan tersebut tidak bisa langsung ditiru dan diimplementasikan anak. Sebagaimana anak-anak pada umumnya, pengenalan kebiasaan ini dilakukan secara bertahap.

"Misalnya, kalau pun dia masih belum bisa berpuasa penuh dan lapar di jam 10, boleh makan, lalu nanti puasa lagi. Kemudian orang tua juga bisa membuatkan makanan yang lebih enak saat berbuka, dan lainnya. Jadi memang ini harus bertahap," katanya.

Sama seperti puasa, pengenalan ibadah dan aktivitas keagamaan lainnya seperti shalat kepada anak autisme, juga bisa dikenalkan sejak dini. Tidak bisa begitu saja dipaksakan pada anak, karena tergantung pemahaman anak.

 


Dasar Kebiasaan Beribadah dari Rumah

"Salat juga diajarkan, walaupun mungkin bacaannya hanya dari imamnya saja, dengan dia mengikuti urutan gerakannya. Memang bertahap, makin lama kalau anaknya pemahamannya bagus tentu bisa dijelaskan tentang agama, manfaat puasa untuk kesehatan, dan lainnya," jelas Adriana.

"Ada beberapa yang kuat (berpuasa) walaupun ada anak yang lainnya makan. Bahkan ada juga yang suka baca Al-Quran. Dasarnya memang dari rumah. Kalau dibiasakan, maka anak akan terbiasa. Asal mengajarkannya tidak dengan ancaman, tapi lebih ke reward," imbuh wanita yang terlibat di Yayasan Autisma Indonesia tersebut.


Mengenalkan Masjid

Orangtua dapat mulai mengajarkan anak makna ibadah di bulan Ramadhan dengan sering membawa mereka berkunjung ke masjid.

Seperti disampaikan psikolog Tika Bisono, bermain di masjid bisa menjadi cara anak berkenalan dengan bulan Ramadhan.

"Yang paling harus dilakukan adalah kunjungan ke masjid sering, nggak apa-apa. Mereka main-main di masjid itu kenalan dengan Ramadhan, itu bagus," ujar Tika, dilansir Antara.

Rutin berkunjung ke masjid juga bisa menjadi cara orangtua menerapkan makna beribadah pada anak.

Selain itu, orangtua pun dapat mengajarkan etika dalam mengunjungi masjid, seperti tidak sembarang memukul bedug karena dapat mengganggu konsentrasi jemaah yang tengah beribadah di masjid.

Lalu, apabila anak punya pertanyaan seputar puasa Ramadhan, Tika menyarankan agar tidak memberikan jawaban yang terlalu berat pada sisi agama.

Sebaliknya, orangtua bisa memberi pemahaman bahwa menjalankan ibadah puasa termasuk dalam perbuatan baik. Hal itu akan mendapat ganjaran pahala berupa rezeki untuk anak. Ini tentu saja perlu disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya