Tips Kenalkan Puasa Ramadhan pada Anak

Terkait Ramadhan, pakar kesehatan mengatakan, anak-anak bisa mulai berpuasa ketika mereka memasuki pubertas.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 24 Mar 2023, 23:00 WIB
Ilustrasi Melatih Anak Credit: pexels.com/Elly

Liputan6.com, Jakarta - Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat muslim ketika Ramadhan tiba. Orangtua pun bisa mulai membiasakan anak-anak mereka untuk menjalankan ibadah tersebut di bulan Ramadhan.

Meski demikian, para pakar kesehatan mengingatkan bahwa usia anak untuk mulai berpuasa perlu diperhatikan. Penting untuk diingat oleh para ortu untuk sebaiknya tidak mulai membiasakan puasa pada anak yang usianya belum cukup.

Para ahli mengingatkan, anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun kemungkinan bersar akan mengalami konsekuensi buruk jika dipaksakan untuk berpuasa.

Dokter spesialis anak dari Medcare Medical Center-UAE dr Samer Saade mengatakan, "Anak-anak bisa mulai berpuasa ketika mereka memasuki pubertas, jadi ini antara usia 10 dan 14 tahun pada anak perempuan, dan 12 hingga 16 tahun pada anak laki-laki. Secara umum, usia terbaik untuk mulai berpuasa adalah antara usia 10 dan 12 tahun."

Hal kedua yang harus diingat orangtua adalah efek dari kurangnya asupan makanan saat anak puasa Ramadhan yakni bisa memengaruhi mood dan fungsi kognitif. Ini terutama karena anak-anak perlu lebh banyak cairan dan energi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan perkembangan otak mereka.

“Saat berpuasa, perilaku anak bisa bervariasi merasa lemas, kelelahan, penurunan fungsi kognitif, perubahan jadwal tidur, rentang perhatian yang berkurang dan temperamen pendek hingga sakit kepala, sakit perut, dan pingsan,” Dr. Nasreen Chidhara Pari, dokter spesialis anak di Life Medical Center, UEA. 

 


Kunci Keberhasilan Mengenalkan Puasa Ramadhan pada Anak

Kunci keberhasilan memperkenalkan puasa pada anak adalah secara bertahap, dengan periode tidak makan dan minum yang singkat, kata para ahli.

“Orangtua harus memutuskan berapa lama anak mereka akan berpuasa (jika mereka berpuasa), berdasarkan kesehatan anak mereka, frekuensi makan, kemampuan menahan lapar dan tingkat aktivitas,” kata Pari, dilansir Arabnews

Dia menyarankan anak-anak yang bersekolah membawa paket makanan darurat seperti makanan ringan dan air untuk berbuka puasa jika mereka pusing atau merasa tidak dapat melanjutkan puasa.

Jika seorang anak berbuka puasa, penting bagi orang dewasa yang ada di dekatnya untuk tetap tenang dan memberikan jaminan.

Latih penguatan positif saat anak berbuka puasa; beri tahu mereka tidak apa-apa dan dorong anak untuk mencoba lagi ketika mereka merasa siap. “Perpanjang durasi waktu puasa sedikit demi sedikit,” ujarnya.

 


Pola Pengasuhan Lembut

Saade juga mengingatkan agar orangtua menerapkan pola pengasuhan yang lembut. Ini akan jadi cara yang lebih efektif untuk membiasakan anak berpuasa dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Selama periode ini, apa yang kita makan menjadi sangat penting. Sakina Muntasir, ahli diet dari Prime Hospital yang berbasis di UEA, mengatakan bahwa sahur untuk anak-anak harus serupa dengan sahur untuk orang dewasa untuk mencegah rasa haus, lapar, dan membuat periode puasa nyaman.

“Oat, telur, roti gandum, dan buah adalah pilihan yang baik,” katanya.

Saat berbuka puasa untuk anak-anak, mulailah dengan jus segar atau buah atau kurma yang kaya air.

“Hindari makanan yang digoreng atau berminyak saat berbuka puasa. Bagilah makan malam menjadi tiga bagian, buka puasa, makan malam, dan setelah makan malam, untuk memastikan anak memiliki kesempatan yang baik untuk mendapatkan nutrisi yang cukup,” ujarnya.

Makan malam harus berupa makanan seimbang dengan karbohidrat, protein, dan sayuran yang sehat. Setelah makan malam, minta mereka makan beberapa kacang dan segelas susu sebelum tidur.


Panduan Segitiga Emas

Sebagian anak bisa jadi akan sangat memilih makanan mereka. Orangtua bisa menggunakan panduan segitiga emas untuk pola makan sehat: protein serat, dan lemak sehat.

Mengikuti pedoman ini akan memastikan anak menjalani puasa pertama yang sehat. "Namun, jika sahur terlewatkan atau anak tidak makan dengan baik, beri mereka multivitamin untuk menghindari kelemahan atau kekurangan, kata Saade.

Shahid Gauhar, dokter spesialis anak dan ahli neonatologi dari Prime Hospital, UEA, mengatakan: “Jangan memaksa anak untuk makan berlebihan saat sahur atau berbuka puasa. Kemungkinan besar akan menyebabkan gangguan pencernaan, kembung, dan ketidaknyamanan."

Juga, jauhkan makanan manis seperti permen. “Hindari makanan tinggi gula karena akan menambah nafsu makan mereka, dan memberikan sedikit nutrisi tetapi banyak kalori yang tidak dibutuhkan,” katanya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya