Kunjungan Raja Inggris Charles III dan Permaisuri Camilla ke Prancis Ditunda Akibat Chaos Demo Anti Reformasi Pensiun

Kunjungan Raja Inggris Charles III dan Permaisuri Camilla semula dijadwalkan dimulai pada Minggu (26/3/2023) dan berlangsung selama tiga hari.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Mar 2023, 01:34 WIB
Raja Inggris Charles III dan Permaisuri Camilla (Dok. royal.uk)

Liputan6.com, Paris - Kantor perdana menteri Inggris, Downing Street, mengumumkan bahwa lawatan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla ke Prancis ditunda atas permintaan Presiden Emmanuel Macron. Kunjungan tersebut semula dijadwalkan dimulai pada Minggu (26/3/2023) dan berlangsung selama tiga hari.

"Karena kami memiliki persahabatan, rasa hormat dan penghargaan yang sungguh-sungguh bagi Yang Mulia, Permaisuri, dan rakyat Inggris, saya berinisiatif pagi ini untuk menghubungi (Raja Charles III) dan menjelaskan situasinya... Akal sehat dan persahabatan membuat kami menyarankan penundaan," ujar Presiden Macron saat menghadiri KTT Uni Eropa di Brussels seperti dilansir BBC, Sabtu (25/3).

Macron dikabarkan mengusulkan untuk memindahkan jadwal kunjungan ke awal musim panas.

Kamis (23/3) malam, serikat pekerja Prancis telah mengumumkan hari mogok nasional pada Selasa pekan depan untuk menentang reformasi pensiun, dua hari setelah rencana ketibaan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla.

Sementara itu, Istana Buckingham dalam pernyataannya menyebutkan bahwa keputusan untuk menunda kunjungan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla karena situasi di Prancis.

"Yang Mulia sangat menantikan kesempatan untuk mengunjungi Prancis segera setelah tanggalnya ditentukan," sebut Istana Buckingham.

Pemerintah Inggris menambahkan bahwa keputusan penundaan diambil dengan persetujuan semua pihak.


Prancis Rusuh Dipicu Penolakan terhadap Reformasi Pensiun

Raja Charles III dan Permaisuri Camilla dari Inggris saat menerima kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 18 Juni 2020. (Dok. AP/Jonathan Brady/Pool via AP, File)

Penundaan kunjungan Raja Charles III dinilai membuat Prancis, dan Macron khususnya, kehilangan muka mengingat momen tersebut seharusnya menjadi momentum bagi hubungan kedua negara untuk memasuki babak baru pasca Brexit.

Namun, di lain sisi, demonstrasi nasional untuk menentang reformasi pensiun mau tidak mau membuat lawatan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla sulit diwujudkan dengan baik. Pasalnya, unjuk rasa teranyar pada Kamis yang diikuti lebih dari 1 juta orang di sejumlah kota di Prancis, termasuk Paris dan Bordeaux, diwarnai kekerasan.

Di Bordeaux, pintu masuk balai kota dibakar. Di Paris, polisi terpaksa menembakkan gas air mata dalam bentrok dengan massa.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan, terdapat 903 titik kebakaran di ibu kota pada Kamis, di mana sampah menumpuk pasca aksi mogok petugas kebersihan sejak 6 Maret.

Hampir sepanjang Jumat (24/3) pagi, para pejabat Prancis masih berusaha meyakinkan publik bahwa kunjungan kenegaraan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla akan sesuai jadwal dan keamanan akan ditingkatkan. Sejumlah jurnalis Inggris bahkan telah melakukan perjalanan ke Paris untuk meliput lawatan tersebut.

Ini adalah perjalanan yang sangat penting bagi Raja Charles III. Tidak hanya karena ini merupakan kunjungan kenegaraan pertamanya, namun juga karena Prancis merupakan salah satu sekutu terdekat dan tertua Inggris.

Melansir Al Jazeera, pihak berwenang Prancis telah menangkap 457 orang selama protes nasional atas reformasi pensiun, yang menaikkan batas usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya