Liputan6.com, Yerusalem - Otoritas Israel memberlakukan pembatasan terhadap warga Palestina dari wilayah Tepi Barat yang diduduki, untuk memasuki Masjid Al Aqsa untuk menjalankan salat Jumat pertama pada bulan suci Ramadhan tahun ini.
Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa pasukan Israel dikerahkan di pos-pos pemeriksaan yang mengarah ke Yerusalem Timur di mana Masjid Al Aqsa berada.
Advertisement
Mereka memeriksa kartu penduduk mereka dan melarang banyak dari mereka yang ingin masuk ke masjid tersebut.
Seorang warga Palestina, Abdelaziz Al-As'ad (60), mengatakan kepada Anadolu bahwa dia beberapa kali berusaha melewati pos pemeriksaan militer Israel Qalandia, Yerusalem utara, tetapi pasukan Israel memeriksa tanda pengenalnya dan mencegahnya masuk dengan alasan keamanan.
"Israel menyatakan menyediakan fasilitas (untuk warga Palestina), kenyataannya ini bohong belaka, yang ada malah pembatasan pergerakan dan pencegahan beribadah," kata Al-As'ad seperti diwartakan Anadolu, dikutip dari Antara (25/3).
Pada Senin (20/3), Israel menerapkan berbagai larangan kepada warga Palestina selama Ramadhan, yakni memasuki Masjid Al Aqsa.
"Perempuan segala usia, anak laki-laki sampai usia 12 tahun, dan laki-laki di atas 55 tahun diperbolehkan memasuki Masjid Al Aqsa selama Ramadhan tanpa izin terlebih dahulu," kata Koordinator Kegiatan Pemerintah di Daerah, Mayjen Ghassan Alyan.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Pemberlakuan Kuota
Untuk mereka yang berasal dari Jalur Gaza, Israel memberlakukan kuota terbatas untuk perempuan berusia 50 tahun ke atas dan pria berusia 55 tahun ke atas, dari Minggu hingga Kamis, untuk memasuki Masjid Al Aqsa.
Ketegangan di Tepi Barat membesar dalam beberapa bulan terakhir setelah militer Israel berulang kali menyerang kota-kota Palestina.
Hampir 90 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel sejak awal tahun ini.
Sebanyak 14 orang Israel juga tewas dalam serangan terpisah selama periode yang sama.
Israel Lempar Gas Air Mata ke RS Palestina Jelang Ramadan
Pada 22 Maret 2023, pasukan Israel dilaporkan menembakkan gas air mata ke sebuah rumah sakit di Ramallah. Sejumlah pasian dilaporkan terdampak.
Dilaporkan Arab News, Kamis (23/3/2023), gas air mata itu juga berdampak ke sejumlah anak baru lahir di inkubator dan personel medis. Ada juga pasien-pasien yang mengeluhkan sakit dada akut.
Menteri Kesehatan Palestina Mai Al-Kaila meminta agar kelompok HAM dan Komite Internasional HAM untuk bergerak melawan serangan Israel ke pusat-pusat kesehatan, termasuk pasien dan personel ambulans.
"Sejak awal tahun ini, lusinyan kasus serangan langsung pada pusat-pusat perawatan di berbagai governorat telah didokumentasikan," ujar Menkes Palestina.
Ambulans disebut juga kena menjadi target, sehingga kesulitan menjangkau orang-orang yang terluka.
Seorang ibu dari anak kecil yang sedang sakit mengaku tak bisa tidur karena tindakan Israel.
"Kami tidak tidur semalaman karena besarnya gas beracun yang disembak pasukan penjajah menuju rumah sakit. Putra saya masih menderita karena efek-efeknya. Baunya masih ada di bilik-bilik pasien, mengganggu kinerja para perawat," ujar wanita tersebut.
Hubungan antara Israel-Palestina kembali memanas karena Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang bertindak lebih represif.
Advertisement