Siam-Indo Pamer Produk Papan Fiber Kualitas Tinggi di Pameran ARCH:ID

ARCH:ID yang berlangsung di ICE BSD City ini merupakan konferensi dan pameran arsitektur tahunan yang diinisiasi oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2023, 11:45 WIB
Melihat instalasi Selasar Tutur di ARCH:ID (Siam-Indo)

 

Liputan6.com, Jakarta PT Siam-Indo Gypsum Industry dan PT Siam-Indo Concrete Products berkolaborasi dengan SCG CBM (Cement-Building Materials) Indonesia baru-baru ini mengikuti pameran ARCH:ID dengan menghadirkan instalasi bertema “Selasar Tutur” sebagai representasi budaya Indonesia yang gemar berkumpul di ruang komunal seperti selasar/teras. 

ARCH:ID yang berlangsung pada 16-19 Maret 2023 di ICE BSD City ini merupakan konferensi dan pameran arsitektur tahunan yang diinisiasi oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Pada acara ini, Siam-Indo dan SCG CBM memberikan edukasi sekaligus informasi mengenai aplikasi produk-produk bernilai tinggi dari brand ELEPHANT® dan Shinkolite, serta ada pula talk show yang berkolaborasi dengan para pembicara ahli seperti PHL Architect. 

“Partisipasi kami di pameran ARCH:ID merupakan wujud semangat perusahaan dalam mendukung tema tahun ini untuk menemukan akar budaya Indonesia dalam karya arsitektur. Perusahaan juga memamerkan memamerkan produk-produk kami yang berkualitas tinggi seperti ELEPHANT® GYPSUM, ELEPHANT® WOODPLANK®, dan Shinkolite, serta memberikan edukasi dan informasi pada para peserta melalui sesi talk show,” jelas Kantee Leepoolsapya, Marketing Director PT Siam-Indo Gypsum Industry dan PT Siam-Indo Concrete Products dalam keterangan pers yang dikirimkan ke media massa, Jumat (25/3).

SIAM-INDO bersama SCG CBM Indonesia menampilkan showcase produk ELEPHANT® GYPSUM yang memiliki keunggulan tahan api dan performa echo-block, ELEPHANT® WOODPLANK® yang menampilkan keindahan dan daya tahan papan fiber semen, serta Shinkolite yang berupa atap akrilik cantik dan ramah lingkungan.

“Melalui showcase aplikasi produk-produk berkualitas dari SIAM-INDO dan SCG CBM Indonesia serta  booth yang didesain dengan kreatif, kami ingin mengedukasi dan mendorong kesadaran penggunaan sustainable materials kepada audiens untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” lanjut Kantee.

 

 


Digelar untuk Ketiga Kalinya

Melihat instalasi Selasar Tutur di ARCH:ID (Siam-Indo)

ARCH:ID 2023 merupakan yang ketiga kalinya setelah 2020 dan 2022. Tahun ini, ARCH:ID mengusung tema “Identitas” sebagai upaya mengajak seluruh pelaku bidang arsitektur dan konstruksi untuk bertukar pikiran tentang identitas Indonesia dalam konteks karya arsitektur. 

SIAM-INDO merupakan perusahaan joint venture antara SCG, sebuah perusahaan terkemuka di ASEAN, dan Wings Group, yang didirikan sejak tahun 1996.

Perusahaan hadir sebagai produsen papan dan plaster gypsum, serta berkembang menjadi penyedia solusi plafon dan dinding dengan teknologi produksi yang tinggi. Sementara, SCG CBM (Cement Building Materials) Indonesia merupakan anak perusahaan SCG yang menyediakan bahan bangunan dan material konstruksi berbahan dasar semen.


Festival Arsitektur ARCH:ID Bakal Pamerkan Instalasi Bangunan Tanggap Bencana

Konferensi pers ARCH:ID tahun ketiga digelar Senin, 27 Februari 2023. (Dok. Foto ARCH:ID 2023 Press Con)

Sebelumnya, Festival arsitektur ARCH:ID akan kembali diselenggarakan pada 16-19 Maret 2023 di ICE BSD, Tangerang. Pada penyelenggaraan tahun ketiga ini, ARCH:ID mengusung tema “Identitas?”. ARCH:ID diorganisir oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) bekerja sama dengan PT CIS Exhibition.

Dalam acara ini, seluruh pihak di bidang arsitektur, dari mulai para arsitek, pemangku industri konstruksi, hingga industri terkait lainnya, akan dipersatukan unsuk saling berdialog dan berkolaborasi. 

“ARCH:ID merupakan wadah bagi para place maker untuk bertemu, saling menjalin serta membina  jejaring, dan sebuah ruang dimana stakeholder arsitektur Indonesia dari hulu ke hilir membangun bersama-sama arsitektur sebagai bagian dari peradaban,” ucap Ketua Umum IAI, Georgius Budi Yulianto pada konferensi pers yang digelar Senin (27/2/2023) di Roca Experience Center, Jakarta Selatan.

 Tema yang diangkat tahun ini, “Identitas?”, mengajak para arsitek Indonesia serta para pengunjung untuk berefleksi dan sama-sama berkaca pada diri sendiri. Menurut Wendy Djuhara, salah satu tim kurator dari ARCH:ID ketiga ini, pandemi ini memberikan kita waktu untuk bertanya mengenai hal esensial, yang meliputi identitas diri. Arsitektur merupakan alat untuk memahami identitas budaya, pikirnya, karena merepresentasikan pemikiran masyarakat di satu tempat dan waktu. 

 ”Di Indonesia sendiri, dalam upaya membangun ibukota baru dan daerah-daerah lainnya, kita perlu menggali lebih dalam untuk memahami esensi budaya dan jati diri arsitektur kita untuk bisa mengambil langkah yang tepat ke masa depan”, ucap Wendy menjelaskan tujuan dari tema yang diangkat.


Konferensi Internasional Lintas Disiplin

Pameran ARCH:ID 2023 gratis dan terbuka untuk umum. (Dok. Liputan 6.com/Dyra Daniera)

Pameran dan konferensi merupakan dua program inti dari ARCH:ID. Kegiatan konferensi Internasional kali ini mengundang pembicara global dan lokal yang berasal dari lintas disiplin dengan beragam perspektif.

Pembicara International Conference on Architecure yang akan dilaksanakan pada 17 Maret 2023 mendatang akan mengupas tiga aspek utama, yakni aspek sosiokultural budaya Indonesia dalam arsitektur, aspek teknologi, dan aspek maritim. Lima pakar yang berkecimpung di dunia arsitektur akan mengisi konferensi tersebut, yaitu Wolfgang Kessling, Koen Olthuis, Hanif Kara, Bernard Khoury, dan Yori Antar. 

Firman Herwanto selaku Project Director ARCH:ID 2023 menjelaskan, “Program-program dalam ARCH:ID kali ini dirancang untuk berbicara dalam rangkaian benang merah terkait tema “Identitas?”, dengan kembali mengangkat potensi geografis Indonesia, akar budaya, serta pendekatan desain dan teknologi karya anak bangsa, yang tersampaikan serentak dari Barat ke Timur Indonesia”.

Turut hadir dalam konferensi pers, arsitek lokal Yori Antar yang telah merevitalisasi rumah-rumah tradisional Indonesia sejak tahun 2008 ini membanggakan kekayaan arsitektur tanah air. Namun, ia menyayangkan banyak arsitek di Indonesia yang bahkan tidak tahu mengenai hal itu, karena pendidikan arsitektur tidak memberikan pengetahuan itu.

“Secara gak sadar, kita semua sudah terinfluence oleh Belanda. Arsitekturnya modern, bahan-bahan industri,” ujar Yori. “Terus arsitektur kita kemana? Dimatikan. Dianggap tidak ada. Tidak dimasukkan dalam kurikulum pendidikan,” tambahnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya