Liputan6.com, Pasadena - Tanggal 27 Maret 2000, tepat 23 tahun yang lalu, sebuah ledakan besar yang juga menyebabkan kebakaran terjadi di Phillips Petroleum Co.'s Houston Chemical Complex.
Melansir dari World Socialist Web Site, Minggu (26/3/2023), ledakan pabrik kimia tersebut menewaskan satu pekerja dan melukai 71 lainnya.
Ledakan yang terjadi di sore hari tanggal 27 Maret di Pasadena, Texas, itu merupakan ledakan fatal ketiga yang terjadi di kompleks kimia tersebut.
Sebanyak 32 karyawan Phillips dan 39 subkontraktor dilarikan ke rumah sakit karena terkena luka bakar, menghirup asap, luka akibat puing-puing yang beterbangan, dan cedera lainnya.
Hingga tanggal 29 Maret 2000, tercatat dua pekerja masih dalam kondisi kritis akibat luka bakar parah dan enam lainnya dalam kondisi serius.
Pejabat perusahaan mengatakan, sekitar 850 karyawan Phillips dan 100 subkontraktor bekerja di kompleks tersebut, dan sekitar 600 pekerja sedang bertugas saat ledakan terjadi.
Baca Juga
Advertisement
Seorang karyawan Phillips, Tim Williams, memberikan kesaksian, “Saya sedang berada di toko utama berbicara dengan seorang pria, dan tiba-tiba terdengar ledakan keras.”
“Ledakannya menyakiti telingaku. Ada banyak benda di udara, dan kami langsung berlari,” tambahnya.
Kru pencarian membutuhkan waktu selama lima jam untuk akhirnya menemukan tubuh seorang karyawan di antara reruntuhan.
Karyawan tersebut adalah Rodney Gott, dinyatakan meninggal dalam reruntuhan akibat ledakan.
Pria berusia 45 tahun itu bertugas sebagai supervisor. Ledakan tahun 2000 bukanlah yang pertama dirasakannya. Ia sempat selamat dari ledakan di kompleks yang sama pada tahun 1989, sebanyak 23 orang rekannya tewas dalam ledakan itu.
Tak Hanya Karyawan, Masyarakat Dikhawatirkan Ikut Terdampak
Ledakan pada hari Senin tahun 2000 itu meratakan bagian K-Resin di kompleks kimia tersebut yang setahun sebelumnya, yaitu pada bulan Juni 1999, juga sempat terdampak oleh ledakan lain.
Pabrik ini memproduksi styrene-butadiene copolymer (SBC) sebanyak 370 juta pound per tahun. SBC adalah bahan bening dan keras yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk komponen medis, mainan, bungkus permen, kemasan makanan, cangkir, dan gantungan baju.
K-Resin SBC, nama dagang untuk bahan kimia tersebut, dibuat hanya di pabrik Pasadena.
Bahan kimia lain, termasuk polietilen, polipropilen, dan neoheksena, juga diproduksi di kompleks kimia masif tersebut.
Api menghasilkan kepulan asap hitam besar yang tersebar di industri berat Houston Shipping Channel dan daerah pemukiman di sekitarnya.
Pekerja di pabrik tetangga dan penduduk di daerah tersebut diwajibkan untuk tetap berada di dalam rumah sementara anak-anak tetap berada di dalam sekolah setelah pelajaran berakhir sebagai tindakan pencegahan terhadap asap beracun.
Sebanyak 31 sekolah mengikuti prosedur “berlindung di tempat”, mereka mematikan AC dan menutup pintu juga jendela.
Dikatakan bahwa alarm sempat berbunyi di pabrik saat ledakan terjadi, tetapi sistem peringatan Pasadena tidak memberi tahu warga hingga lebih dari 15 menit kemudian.
Walikota Johnny Isbell memberikan klarifikasi, ia mengatakan bahwa sistem tersebut sedang dalam perbaikan karena baru-baru ini sirene kerap berbunyi di saat yang tidak seharusnya.
Sebelum jam lima sore, api akhirnya berhasil dipadamkan.
Pejabat Phillips mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda terpaparnya warga sekitar oleh bahan kimia beracun, yang mereka klaim telah dikonsumsi oleh api.
Advertisement
Keamanan dan Keselamatan Pekerja Dipertanyakan
Terkait insiden tersebut, karyawan Phillips diwakili oleh Paper, Allied-Industrial, Chemical and Energy Workers International (PACE), yang juga mengoperasikan komite keselamatan manajemen tenaga kerja dengan perusahaan tersebut.
Joe Campbell, sekretaris-bendahara PACE Local 4-227 di Pasadena, mengatakan kepada World Socialist Web Site, “Terlalu banyak orang yang terbunuh di kompleks ini selama 10 tahun terakhir.”
“Orang-orang takut kembali ke pabrik karena khawatir insiden akan terulang kembali. Beberapa pergi ke psikiater,” tambahnya.
“Alih-alih mempekerjakan anggota serikat, Phillips mempekerjakan kontraktor yang memiliki sedikit atau tidak memiliki pengalaman bekerja di tempat yang tidak stabil,” ia juga mengatakan bahwa di hari tertentu terdapat 200 hingga 300 kontraktor bekerja di fasilitas tersebut.
“Phillips adalah salah satu SOB yang paling banyak mengeluarkan uang. Mereka selalu berbicara tentang penghematan biaya, sama seperti perusahaan Amerika lainnya,” ucapnya.
Selain itu, Campbell juga mengatakan terdapat karyawan yang selama empat tahun bekerja di pabrik kimia, dan ada kemungkinan mereka terkena kanker tingkat tinggi dan penyakit terkait bahan kimia lainnya.
Bukan Ledakan Pertama Phillips
Akibat insiden tragis tersebut, pejabat Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Federal mendenda perusahaan sebesar 204.000 dolar atas 13 dugaan pelanggaran keselamatan.
Kompleks Phillips juga mengalami ledakan pada bulan April 1999 akibat meledaknya gerbong berisi polipropilen. Selain itu, pada bulan Agustus akibat ledakan di bagian polipropilen pabrik.
Campbell mengatakan bahwa Phillips telah berkali-kali diperingati oleh OSHA, tetapi mereka hanya mendapat peringatan ringan dan berjanji agar insiden serupa tidak terjadi lagi.
Berdasarkan siaran pers dari perusahaan pada hari ledakan, dikatakan bahwa semua Kompleks Kimia Houston telah ditutup karena ledakan tersebut.
Namun, siaran pers mengatakan, Phillips mengharapkan untuk melanjutkan produksi polyethylene dan polypropylene dalam beberapa hari ke depan.
Phillips, perusahaan minyak terbesar kedelapan di negara itu, memiliki aset 15 miliar dolar pada akhir tahun 1999, dan pendapatan 14 dolar miliar untuk tahun 2000.
Di bawah tekanan dari Wall Street dan ancaman pengambilalihan oleh Chevron Corporation, CEO Phillips mengumumkan rencana restrukturisasi lima tahun untuk menjual bahan kimia dan bisnis penyulingan.
Mereka akan fokus pada eksplorasi dan produksi untuk meningkatkan pendapatan dan arus kas secara signifikan di tahun 2000.
Advertisement