29 Migran Tewas Akibat Kapal Tenggelam di Lepas Pantai Tunisia

Ini adalah yang terbaru dari serangkaian insiden kapal migran terbalik di lepas pantai Tunisia dalam beberapa hari belakangan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 27 Mar 2023, 12:04 WIB
Ilustrasi kapal tenggelam (Dok. AFP Photo)

Liputan6.com, Tunis - Setidaknya 29 migran tewas setelah dua kapal yang mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai Tunisia. Para migran mencoba menyeberangi Mediterania untuk mencapai Italia.

Ini adalah yang terbaru dari serangkaian kapal migran yang terbalik di lepas pantai Tunisia dalam beberapa hari belakangan. Lima kapal lainnya tenggelam dalam empat hari terakhir.

Tragedi ini terjadi setelah Tunisia meluncurkan kampanye melawan migran Afrika yang tidak berdokumen.

Sementara itu, pejabat Italia di Pulau Lampedusa mengatakan mereka kewalahan, setelah 2.500 migran tiba dalam 24 jam terakhir. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (27/3/2023).

Perdana Menteri Italia yang berhaluan kanan, Giorgia Meloni, telah memperingatkan Eropa berisiko melihat gelombang besar pengungsi tiba di pantainya.

Tunisia telah menjadi pusat bagi para migran yang ingin mencapai Eropa. PBB menunjukkan setidaknya 12.000 migran yang mendarat di pantai Italia tahun berangkat dari Tunisia. Angka itu hanya 1.300 pada periode waktu yang sama tahun lalu.


Presiden Tunisia Sebut Migran Ancaman Demografis

Tim penyelamat menemukan mayat setelah perahu migran pecah di laut yang ganas, di sebuah pantai dekat Cutro, Italia selatan, Minggu, 26 Februari 2023. Setidaknya 59 imigran, termasuk 11 anak-anak dan seorang bayi yang baru lahir, meninggal dan puluhan lainnya diselamatkan setelah kapal mereka yang kelebihan muatan tenggelam. (Antonino Durso/LaPresse via AP)

Penjaga pantai Tunisia mengklaim mereka telah mengambil sejumlah langkah untuk menghentikan penyeberangan migran. Menurut mereka, dalam empat hari terakhir, sekitar 80 kapal yang hendak menuju Eropa berhasil digagalkan.

Selain itu, penjaga pantai Tunisia juga mengatakan, mereka telah menahan lebih dari 3.000 migran.

Dalam pidatonya yang kontroversial bulan lalu, Presiden Tunisia Kais Saied menuduh migran dari Afrika sub-Sahara yang tinggal di Tunisia telah menyebabkan gelombang kejahatan. Saied juga menggambarkan mereka sebagai ancaman demografis.

Komentar Kais Saied dikritik secara luas oleh Uni Afrika dan dikecam sebagai ujaran kebencian dan rasis oleh kelompok hak asasi manusia.

Pernyataan Saied tersebut telah membuat warga Afrika sub-Sahara di Tunisia hidup dalam ketakutan. Beberapa mengatakan bahwa mereka telah melihat peningkatan insiden rasis.

Fenomena tersebut kemudian menyebabkan sejumlah negara, seperti Pantai Gading dan Guinea, memulangkan warganya.

Perekonomian Tunisia sedang menghadapi krisis setelah negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terhenti.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya