Liputan6.com, Jakarta - Selama beberapa generasi, penggembala lokal di pulau Mediterania Corsica telah berbagi cerita tentang "ghjattu volpe", atau cat-fox (rubah kucing), yang menyerang kambing dan dombanya, menurut laporan AFP pada 2019.
Para ilmuwan pertama kali mendokumentasikan keberadaan mereka pada tahun 1929, dan mungkin segera dapat mendeklarasikan mereka sebagai subspesies baru setelah hampir 100 tahun berkat penelitian genetika baru.
Advertisement
Melansir dari livescience, Senin (27/3/2023), kucing liar Corsica mendapat julukan "rubah kucing" karena warnanya seperti rubah dan ekornya yang besar. Terlepas dari nama panggilan mereka, hewan ini bukanlah hasil hibrida kucing-rubah. Kucing liar Corsica termasuk dalam genus Felis bersama kucing liar dan kucing domestik lainnya, tetapi para peneliti sedang mempelajari genetika mereka untuk mengetahui penempatan yang tepat dalam kelompok tersebut.
Beberapa media telah menyarankan bahwa kucing liar Corsica adalah spesies baru, Live Science melaporkan temuan ini kemungkinan terjadi pada tahun 2019, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Ecology, pada 19 Januari tahun ini menemukan bahwa kucing liar Corsica mungkin merupakan subspesies, atau kelompok berbeda dalam spesies Felis yang diketahui.
"Kami memiliki bukti bahwa kucing kecil ini memiliki identitas genetiknya sendiri," kata rekan penulis studi Sebastien Devillard, asisten profesor ekologi evolusioner di Universitas Claude Bernard Lyon 1 di Prancis, kepada Live Science. "Ini adalah langkah pertama untuk diakui sebagai subspesies".
Pernyataan Tentang Temuan Sub-Spesies Kucing Rubah
French Office for Biodiversit (Unit Keanekaragaman Hayati Prancis) yang terlibat dalam studi jangka panjang, menerbitkan pernyataan tentang temuan ini pada 16 Maret.
Devillard dan rekan-rekannya membandingkan sampel genetik dari kucing liar dan kucing domestik di Corsica dengan yang berasal dari pulau tetangga Sardinia dan daratan Eropa. Mereka menemukan bahwa kucing liar CorsiCa berbeda dari kucing liar Eropa, kucing domestik, dan pada tingkat lebih rendah yaitu kucing liar Sardinia.
Kucing liar CorsiCa memiliki garis-garis yang lebih sedikit daripada kucing liar Eropa dan kucing liar Sardinia, tetapi masih ada pertanyaan tentang seberapa berbedanya mereka.
Para peneliti masih perlu membandingkan kucing liar CorsiCa dengan kucing liar daratan dekat timur sebelum mereka dapat dinyatakan sebagai subspesies baru, dan bahkan mungkin akan terciptanya beberapa perdebatan.
Ada beberapa garis keturunan kucing liar terkait di Eropa, Asia, dan Afrika, di corak bulu mereka, dan para peneliti masih memutuskan masing-masing corak itu dari mana. Proses ini semakin diperumit dengan adanya kucing domestik, yang kawin silang dan berhibridisasi dengan kucing liar.
Advertisement
Perkelompokan Kucing Liar
Kucing liar secara tradisional dikelompokkan bersama di bawah spesies Felis silvestris, sebagian besar kucing liar Eropa berada di subspesies F. s. silvestris, dan sebagian besar kucing liar Afro-Asia di subspesies F. s. lybica.
Namun, International Union for Conservation of Nature mengakui bahwa kucing liar Afro-Asia sebagai spesiesnya sendiri yaitu (F. lybica). Garis spesies lybica penting untuk memahami kucing domestik dan penelitian kucing liar Corsica yang baru.
"Lybica adalah nenek moyang kucing domestik, dan menurut kami beberapa lybica diperkenalkan pada tahap paling awal domestikasi di Corsica dan di Sardinia," kata Devillard.
Hal ini mungkin terjadi sekitar 8.000 tahun yang lalu dan kucing liar tetap liar sejak saat itu, tambah Devillard.
Kucing liar Corsica dapat melompat pada ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki (2.000 meter), dan Devillard menduga mereka dapat menangkap ikan di sungai Corsica.
Para peneliti akan terus mempelajari kucing liar untuk mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan mereka dan menjabarkan sejarah evolusi mereka.
Kucing Liar jadi Penduduk Turki
Selain itu, bicara soal kucing liar, binatang itu sangat terawat dan seperti sudah menjadi bagian dari ‘penduduk’ Turki. Mereka selalu dirawat dan disayang, kucing liar di Turki sangat bagus dan cantik.
Lantaran identik dengan kucing-kucing yang bersih dan terawat, tak heran jika wisatawan yang datang berkunjung ke Turki selalu takjub dan gemas dengan kucing liar di negeri tempat berdirinya Hagia Sophia ini.
Kucing adalah hewan yang paling dicintai di Istanbul dan menjadi daya tarik tersendiri di Istanbul. Melansir dari Theoutline.com, jumlah kucing yang sebenarnya di Turki, khususnya di Istanbul sangat sulit diperkirakan, karena jumlahnya sangat banyak.
Pada tahun 2019, The New York Times memperkirakan bahwa di Istanbul saja, diperkirakan ada 130.000 anjing dan 125.000 kucing berkeliaran bebas.
Bukan tanpa alasan, kucing liar di Turki yang sangat disayang dan diarawat seperti sudah menjadi bagian dari ‘penduduk’ Turki tentu asal usulnya.
Advertisement