Liputan6.com, Jakarta - Sepasang suami istri dari Filipina yang menggugat JPMorgan Chase menyebutkan, bank tersebut menjual barang berharganya senilai USD 8 juta-USD 10 juta atau sekitar Rp 121,30 miliar-Rp 151,59 miliar (asumsi kurs Rp 15.162 per dolar AS)yang telah ditempatkan di brankas atau safe deposit box di New York.
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Senin (27/3/2023), Jorge dan Stella Araneta tinggal di Filipina tetapi memiliki apartemen di New York City, menurut pengaduan yang diajukan pada 22 Maret 2022 di Distrik Selatan New York.
Advertisement
Pasangan itu menuduh JPMorgan Chase membuka empat dari tujuh brankasnya setelah gagal membayar sewa, menurut pengaduan yang dilihat orang dalam.
Arnetas menuduh mereka terlambat membayar safe deposit box karena bank mengirimkan tagihan ke alamt yang salah. Bank mengirimkan dua pemberitahuan terakhir untuk perpanjangan dua safe deposit box ke PO Box Louisiana yang bukan milik dan tidak disahkan, ungkap mereka.
Pengaduan tersebut tidak secara khusus menyatakan bagaimana Aranetas akhirnya menyadari mereka belum membayar empat safe deposit box, tetapi mereka membayar sewa terutang secara penuh pada Oktober 2019 ketika mereka berada di bank secara langsung untuk memperbarui sewa. Bank meyakinkan mereka pada saat barang berharga mereka yang dipindahkan akan dikembalikan.
Namun, JPMorgan tetap melelang barang-barang mereka sesuai pengaduan. Pasangan suami istri itu memperkirakan isi brankas senilai USD 8 juta-USD 10 juta. Mereka tidak memberikan dasar untuk perkiraan ini dalam pengaduan. JPMorgan menjual item tersebut seharga USD 552.700 atau sekitar Rp 8,37 miliar pada awal musim panas 2020, sesuai komplain.
JPMorgan menolak berkomentar.
Sewa Safe Deposit Box di JPMorgan Sejak 2006
Araneta mengatakan mereka mulai sewa safe deposit box pada 2006. Dalam pengaduan mereka, Araneta mengatakan, mereka juga memperbarui sewa safe deposit box setiap tahun. Pengaduan tidak menyatakan berapa biaya sewa pada awalnya, tetapi pasangan itu melakukan pembayaran USD 190,53 atau Rp 2,88 juta sebanyak empat kali pada Mei 2014 untuk safe deposit box.
Pada 17 Februari 2017, JPMorgan membuka empat safe deposit box tanpa pemberitahuan dan memindahkan isinya, sesuai aduan.
Sekarang, pasangan itu mencari kompensasi atas barang-barang berharga mereka. Pengajuan pengadilan menunjukkan isi brankas termasuk perhiasan, jam tangan Rolex, dan koine mas. Keluhan itu mencakup daftar lima halaman barang yang menurut pasangan itu ada di dalam kotak penyimpanan.
Pada Rabu, Hakim Distrik AS Naomi Reice Buchawald menolak salah satu klaim gugatan berdasarkan interprestasi undang-undang perbankan New York, menurut pengajuan pengadilan yang dilihat orang dalam. Kasus ini dilanjutkan dengan kelalaian dan hitungan lainnya.
Advertisement
JPMorgan Prediksi IHSG Tembus 7.500 pada Akhir 2023
Sebelumnya, Perusahaan jasa keuangan global, J.P. Morgan mempertahankan peringkat “overweight” (OW) di pasar saham Indonesia. JP Morgan menilai Indonesia sebagai salah satu pasar dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik pada 2022, memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.
Pandangan positif tersebut datang bahkan ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun, karena investor memindahkan dana ke China. Ha itu terjadi menyusul pembukaan kembali ekonomi negara terbesar kedua di dunia itu, seiring dicabutnya kebijakan zero tolerance Covid-19 selama tiga tahun.
“Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari China, di mana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu,” kata Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia, Gioshia Ralie dikutip Sabtu (4/3/2023).
Sentimen Rupiah
Di sisi lain, Ralie mencermati konsumsi domestik Indonesia masih kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi. Sehingga ia yakin bahwa pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness.
Selain itu, rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3 persen tahun ini terhadap dolar AS karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal. Hal itu juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.
“Kami berharap pasar modal bereaksi positif terhadap penguatan rupiah belakangan ini. Rupiah yang lebih kuat tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar 1 persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1 persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan,” jelas Ralie.
Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS.
Advertisement