Jack Ma, Miliarder Pendiri Alibaba Dikabarkan Sudah Pulang ke China

Pada Senin (27/3/2023), Jack Ma dilaporkan bertemu dengan guru dan pelajar di Sekolah Yungu, sekolah swasta yang mencakup taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Mar 2023, 18:00 WIB
Jack Ma, miliarder sekaligus pendiri Alibaba Group Holding, dikabarkan telah kembali ke China baru-baru ini setelah lebih dari setahun bepergian ke luar negeri. (JAIME REINA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Jack Ma, miliarder sekaligus pendiri Alibaba Group Holding, dikabarkan telah kembali ke China baru-baru ini setelah lebih dari setahun bepergian ke luar negeri.

Melansir Channel News Asia, Senin (27/3/2023) sebuah sumber mengatakan Jack Ma mengunjungi sekolah yang didirikannya di kota Hangzhou, tak lama setelah kembali ke China.

Pada Senin (27/3/2023), Jack Ma dilaporkan bertemu dengan guru dan pelajar di Sekolah Yungu, sekolah swasta yang mencakup taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, yang didanai oleh para pendiri Alibaba pada 2017.

Dalam kunjungan itu, Jack Ma mendiskusikan isu pendidikan dan teknologi ChatGPT dengan sekolah tersebut.

Seperti diketahui, Jack Ma kembali ke China setelah singgah di Hong Kong, di mana dia bertemu rekan rekannya dan juga mengunjungi Art Basel. Miliarder itu dikenal sangat bersemangat dalam melukis dan seni.

Jack Ma, yang pensiun sebagai ketua Alibaba pada hari ulang tahunnya yang ke-55 pada tahun 2019, telah melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk belajar tentang teknologi pertanian. Rencana perjalanannya diikuti oleh pengamat China.

Sementara Jack Ma secara bertahap hilang dan muncul dari pandangan publik, keberadaannya diawasi dengan ketat, terutama setelah perusahaan yang ia dirikan – termasuk Alibaba dan afiliasi tekfinnya, Ant Group – berada di bawah pengawasan di tengah tindakan keras China yang intensif terhadap sektor teknologi.

Jack Ma juga pernah mengungkapkan dia ingin mendedikasikan masa pensiunnya untuk kegiatan filantropi, pendidikan pedesaan, dan mengejar minatnya untuk menghidupkan kembali sektor pedesaan di China.


Miliarder Jack Ma Rugi Rp 51,8 Triliun, Ini Gara-garanya

Jack Ma, salah satu pendiri dan mantan ketua eksekutif Alibaba Group, terlihat di Santa Ponsa, pulau Mallorca, Spanyol, Rabu (20/10/2021). Jack Ma hilang dari hadapan publik sejak ia mengkritik sistem regulator China dalam pidatonya tahun lalu. (JAIME REINA / AFP)

Miliarder Jack Ma kembali ke titik awal. Keuntungan senilai USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 51,8 triliun sejak awal tahun telah menguap. Hal itu terjadi setelah saham Alibaba terseret lebih rendah di tengah kekhawatiran baru atas prospek pertumbuhan perusahaan.

Meski sudah mengundurkan diri dari pimpinan Alibaba pada 2019, Ma terus mendapatkan kekayaan dari kepemilikannya di raksasa e-commerce tersebut. Sekarang diperkirakan bernilai USD 23,6 miliar.

Namun, hartanya telah turun USD 3,1 miliar sejak saham perusahaan mencapai HK$122 masing-masing pada Januari, ketika pembukaan kembali China yang telah lama ditunggu-tunggu dari penguncian Covid dan persetujuan peraturan dari rencana pendanaan Ant Group membantu meningkatkan sentimen investor.

Namun, kini optimisme tersebut memudar karena laju pemulihan permintaan konsumen China belum sekuat yang diharapkan.

“Meskipun perusahaan telah melanjutkan produksi dan orang-orang kembali bekerja, masih belum ada keinginan yang kuat untuk membeli barang seperti pakaian dan produk kecantikan,” kata direktur pelaksana di perusahaan riset Blue Lotus Capital Advisors yang berbasis di Shenzhen Shawn Yang seperti dilansir Forbes, dikutip Minggu (26/2/2023).

Belum lagi ditambah dengan kekhawatiran tentang potensi erosi margin karena perang harga baru yang terjadi di sektor e-commerce, membebani sentimen.

 


Saham Alibaba Turun

Saham perusahaan e-commerce yang terdaftar di Hong Kong turun 5,3 persen pada hari Jumat, meskipun berhasil menambah pendapatan sebesar 2 persen yang naik menjadi 247,8 miliar yuan atau sekitar USD 35,9 miliar untuk kuartal Desember di tengah fakta bahwa Covid-19 menyebar luas dan pembatasan terkait masih berlaku saat itu.

Menurut rilis pendapatan perusahaan, pertumbuhan didukung oleh penjualan dari unit internasionalnya yang naik hingga 18 persen year-on-year. Bisnis perdagangan intinya di China, termasuk pendapatan dari situs belanja Taobao dan Tmall, sebenarnya turun 1 persen.

“Akhir tahun ini akan ada pemulihan di pasar e-commerce China, tetapi itu tidak berarti Alibaba akan mengalami pemulihan yang sangat kuat,” kata kepala penelitian di DZT Research yang berbasis di Singapura Ke Yan.

“Pesaingnya—seperti Pinduoduo, Douyin, dan Kuaishou—semuanya berusaha merebut pangsa pasar,” lanjut dia.

Jumlah miliarder dunia di setiap benua (liputan6,com/Deisy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya