Direksi BUMN Bisa Jadi Komisaris Anak Usaha, Tapi Gaji Tak Dobel

masing-masing direksi BUMN yang rangkap jabatan jadi komisaris nantinya hanya bisa mendapat satu penghasilan atau remunerasi sebagai direksi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Mar 2023, 20:00 WIB
Jajaran direksi BUMN yang rangkap jabatan sebagai komisaris di perusahaan anak kini tidak lagi bisa memperoleh gaji dobel. Gedung Kementrian BUMN. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Jajaran direksi BUMN yang rangkap jabatan sebagai komisaris di perusahaan anak kini tidak lagi bisa memperoleh gaji dobel. Itu diatur dalam Omnibus Law BUMN yang merampingkan 45 peraturan menteri jadi 3 regulasi.

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Tedi Bharata mengatakan, masing-masing bos BUMN yang rangkap jabatan nantinya hanya bisa mendapat satu penghasilan atau remunerasi sebagai direksi.

"Jabatan rangkap di komisaris BUMN di perusahaan bawahnya nantinya tidak mendapatkan tambahan remunerasi. Tapi remunerasi hanya sebagai direksi di atas," kata Tedi dalam Sosialisasi Peraturan Menteri BUMN 2023 di Graha Pertamina, Jakarta, Senin (26/3/2023).

Meski boleh rangkap jabatan, ia melanjutkan, Omnibus Law BUMN tidak mengizinkan direksi duduk sebagai komisaris utama di anak usaha.

Di sisi lain, Tedi menyatakan, Kementerian BUMN tak ingin remunerasi direksi perusahaan pelat merah kalah saing dengan yang didapat di swasta.

"Kita perlu perhatikan juga dari levelnya remunerasi direksi dibandingkan swasta pada sektor sama. Alhamdulillah, nanti ke depan yang dilakukan kita adjust sebagai direksi pada sektor yang sama di swasta. Kita enggak boleh kalah," tegasnya.

Lebih lanjut, Tedi meneruskan, Omnibus Law BUMN juga mengubah aturan pemberian profit sharing (tantiem) bagi karyawan. Syaratnya diganti, dari sebelumnya perusahaan yang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) bisa mendapat tantiem, kini harus memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

"Yang eligible terhadap tantiem itu yang WTP. Semua sudah sepakat, arahan pak Menteri (BUMN, Erick Thohir) sudah jelas. Ke depan WTP saja yang mendapatkan eligibilitas yang mendapatkan tantiem," tuturnya.


Ada Omnibus Law BUMN, Bonus Tahunan Direksi Dicicil 3 Tahun

Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam kegiatan BUMN bersama keluarga Pekerja pada hari Kamis (2/3/2023) lalu di Gresik. Menteri BUMN, Erick Thohir terus berupaya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menghadirkan program BUMN salah satunya PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera)

Menteri BUMN Erick Thohir akan memangkas jumlah Peraturan Menteri BUMN menjadi hanya 3 klaster utama. Salah satunya, mencakup soal pemberian tantiem/insentif atau bonus bagi direksi BUMN.

Mengutip draf uji publik Rancangan Permen BUMN, ada syarat-syarat yang ditingkatkan agar direksi BUMN bisa mendapatkan bonus. Sehingga, bonus yang didapat sejalan dengan kinerja perusahaan yang semakin sehat.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan pemberian bonus nantinya akan dicicil selama 3 tahun. Artinya, pemberian bonus atas kinerja tahunan tak bisa didapat seluruhnya, tapi melihat konsistensi kinerja perusahaan kedepan.

"Dengan aturan yang mau dibuat ini, maka direksi itu harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dia pada saat nanti 3, 4, 5 tahun kedepan, maka akan ada aturan tersendiri nanti mengenai bonus juga, bonus dan sebagainya," kata dia saat ditemui di Kementerian BUMN, Rabu (18/1/2023).

Kendati begitu, Arya menjelaskan kalau bukan berarti seluruh bonus bagi direksi ini baru bisa diambil dalam 3 tahun. Dengan adanya skema ini, jika terbukti kinerja perusahaan membaik maka bonus yang dicicil tersebut bisa diberikan seluruhnya sesuai nilai yang ditentukan di tahun ke 3.

Namun, jika kinerja perusahaan ternyata mengalami penurunan, bukan tidak mungkin sisa cicilan bonus kepada direksi itu tidak diberikan. Dengan begitu, kesehatan perusahaan jadi syarat mutlak pemberian bonus kepada direksi.

"Bahwa bonus mereka itu akan bertahap, dicairkan setelah 3 tahun, selesai dia menjabat. Jadi setelah 3 tahun kemudian baru dia ngambil bonus tersebut, jadi kalau nanti ternyata keputusan dia sebelumnya ternyata membuat perusahaan merugi, maka bonus itu bisa dia gak dapat. Gitu," terangnya.

"Nah dengan cara ini akan ketahuan, setelah 3 tahun ke depan masih bagus gak keputusannya? masih bagus nggak laporan keuangannya? Kalau jelek karena tindakan dia sebelumnya, maka dia harus tanggung jawab sehingga bonus bisa dia dapat," sambung Arya.

Diketahui, Menteri BUMN sebelumnya pernah mengungkap rencana dicicilnya bonus bagi direksi BUMN ini. Dia menyampaikannya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada September 2022 lalu. Pada kesempatan yang sama, dia juga melontarkan rencana daftar hitam atau blacklist bagi direksi yang tersangkut kasusu korupsi.


Ada Pembagian

Menyangkut dicicilnya bonus ini, Arya menerangkan kalau Omnibus Law BUMN nantinya juga memuat aturan besaran bonus. Sehingga, nantinya ada pembagian besaran bonus yang bisa diambil secara tahunan, dan ada yang baru bisa diambil dalam 3 tahun.

"Kan 3 tahun, ini nyicil juga. Ada tiap tahun juga kan, ada bagian-bagian tertentu lah, jadi tidak semua (keseluruhan nilai bonus), jadi berapa persen-berapa persen, dibagi-bagi gitu," urainya.

Lebih jauh, Arya menyebut kalau dengan adanya aturan ini, diharapkan mampu memberikan kinerja yang konsisten. Baik untuk direksi perusahaan, maupun kesehatan perusahaan secara umum.

"Konsisten, dan dia mengambil keputusan itu memang akhirnya bertanggung jawab, tidak hanya keputusan yang menguntungkan pada saat itu, tapi memang harus sustain (berkelanjutan). Itu bagian dari GCG (Good Corporate Governance) sehingga BUMN-BUMN ini secara GCG keputusannya tepat gitu," pungkas Arya.

Infografis Wajah Lama Jabat Posisi Baru di BUMN. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya