HEADLINE: Drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali Batal, Indonesia Menanti Sanksi FIFA?

Argentina dan Peru muncul sebagai kandidat pengganti Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 28 Mar 2023, 00:02 WIB
Maskot Piala Dunia U-20, Bacuya (Badak Cula Cahaya) saat Hitung Mundur 100 Hari Menuju Piala Dunia U-20 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (9/2/2022). Piala Dunia U-20 2023 akan digelar di Indonesia mulai 20 Mei hingga 11 Juni mendatang di Stadion Utama Gelora Bung Karno. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia U-20 seharusnya jadi panggung megah yang akan memoles wajah bopeng sepak bola Indonesia. Sayang, penolakan terhadap kehadiran timnas Israel justru berpotensi menenggelamkannya lebih dalam ke kubangan yang pernah dirasakan delapan tahun silam.

Para pekerja tak lagi terlihat sibuk di kawasan Werdhi Art Center atau Taman Budaya, Denpasar, Bali. Pengaspalan yang tinggal proses finsihing kini terhenti setelah FIFA secara mengejutkan membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang sejatinya digelar di lokasi cagar budaya itu pada Sabtu pagi (25/3/2023).

Padahal truk dan kendaraan untuk meratakan aspal sudah terparkir rapi di pinggir jalan. Hanya beberapa pekerja yang terlihat merapikan trotoar di depan rangka besi reklame yang masih kosong.

Sementara di dalam gedung Ksirarnawa yang jadi lokasi pengundian, kursi-kursi dengan sarung warna merah sudah berderet rapi. Sejumlah ruangan juga telah dipoles dengan cat baru.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha, sehari sebelum pembatalan berkata, proses renovasi Werdhi Art Center sudah hampir rampung. Menurutnya, ada beberapa bagian yang memang diminta oleh FIFA untuk diperbaiki, seperti Karpet venue acara, sarung jok bangku, perbaikan kamar mandi, dan yang lainnya.

"Itu sudah betul-betul finishing semuanya dipersiapkan sesuai dengan permintaan dari FIFA," kata Gede Arya. Dia juga mengaku masih sempat rapat dengan Gubernur Bali, I Wayan Koster, Jumat malam.

FIFA menyampaikan pembatalan ini kepada panitia lokal Piala Dunia U-20 2023 Indonesia (LOC), pada Sabtu pagi (25/3/2023). FIFA tidak merinci alasannya. Hanya saja, otoritas sepak bola tertinggi di dunia itu menyampaikan kalau agenda lain terkait inspeksi stadion berjalan sesuai rencana. FIFA tetap melakukan penilaian terhadap venue yang akan digunakan pada turnamen usia muda itu.

Liputan6.com telah mencoba berkirim pesan melalui email kepada FIFA untuk meminta penjelasan lebih rinci. Hanya saja, hingga berita ini diturunkan, lembaga yang bermarkas di Zurich, Swiss tersebut belum memberikan respons.

Ketua LOC yang juga merangkap senagai ketua PSSI, Erick Thohir juga bungkam. Menteri BUMN tersebut tidak memberi keterangan kepada wartawan usai menyaksikan pertandingan persahabatan antara Timnas Indonesia melawan Burundi di Stadion Patriot Chandrabhage, Bekasi, pada Minggu (26/3/2023).

Sepanjang laga, raut wajah pria yang akrab disapa Eto itu sama sekali jauh dari kata ceria. Padahal, Tim Merah Putih tampil memukau dan menang dengan skor telak 3-1 atas Burundi. Sebelum laga usai, Erick bahkan sudah beranjak dari bangkunya.

PSSI juga belum mendapat gambaran utuh mengenai pembatalan drawing yang dilakukan FIFA. Arya Sinulingga, salah seorang anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI dalam jumpa pers yang digelar Minggu siang mengaku tidak tahu alasan FIFA.

Infografis Jalan Panjang dan Persiapan Indonesia Gelar Piala Dunia U-20 2023. (Liputan6.com/Abdillah)

”Kemarin kami sudah dapat informasi dari FIFA dan LOC. Namun dalam pemberitahuan belum ada surat resmi, tapi pesannya jelas kalau drawing yang akan dilakukan di Bali telah dibatalkan oleh FIFA,” kata Arya kepada wartawan.

Arya menambahkan, pembatalan tersebut bisa dimaklumi. Sebab, sebelumnya muncul penolakan dari Gubernur Bali, I Wayan Koster, terkait kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 2023. Apalagi pemerintah Bali merupakan satu dari enam daerah yang telah menandatangani kesediaan menjadi tuan rumah kejuaraan tersebut.

Sikap tersebut menurut Arya membuat FIFA tidak mungkin menggelar drawing tanpa kehadiran wakil negara berlambang Bintang Daud itu. 

"Kemudian mengenai kapan waktu drawing dan di mana, kami masih belum dapat informasi dari FIFA.”


Jalan Panjang Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Erick Thohir menilai progres persiapan Stadion Kapten I Wayan Dipta menuju Piala Dunia U-20 2023 berjalan baik. (Istimewa)

FIFA World Cup U-20 atau Piala Dunia U-20 merupakan ajang sepak bola terbesar di bawah FIFA setelah Piala Dunia tim senior. Dari turnamen ini telah muncul nama-nama yang akhirnya mampu bersinar di pentas dunia, termasuk Diego Maradona.

Indonesia terakhir kali berpartisipasi di Piala Dunia U-20 pada tahun 1979 lalu. Saat itu, Garuda Muda ketiban durian runtuh setelah Irak dan Korea Utara mundur.

Perjalanan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 diawali lewat proses bidding pada tahun 2019. Saat itu, FIFA menjaring negara-negara yang berminat untuk menyelenggarakan turnamen yang sejatinya berlangsung pada 2021 lalu. Turnamen ini terpaksa mundur dua tahun ke 2023 akibat pandemi COVID-19.

Sejumlah negara kemudian mengajukan proposal, termasuk Peru, Brasil, dan trio negara Arab, Bahrain, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Lewat berbagai pertimbangan, FIFA akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Indonesia. Proses ini kemudian diikuti dengan diterbitkannya surat government guarantee yang ditandatangani Presiden RI Joko Widodo.

Syarat lainnya adalah kelengkapan surat host guarantee enam daerah yang jadi lokasi Piala Dunia U-20 2023. Dokumen itu ditandatangani oleh I Wayan Koster (Gubernur Bali), Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), Herman Deru (Gubernur Sumatera Selatan), Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo), Anies Baswedan (ketika itu Gubernur DKI Jakarta), dan Eri Cahyadi (Wali Kota Surabaya). Dan untuk menjami kelancaran persiapan, Presiden Jokowi kemudian menerbitkan Keppres No. 19 Tahun 2020 dan Inpres No. 8 Tahun 2020 pada 15 September 2020.

Piala Dunia U-20 Indonesia diikuti 24 negara dan dijadwalkan berlangsung pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Sebagai tuan rumah, Indonesia dapat kesempatan otomatis lolos ke putaran final. Sedangkan sisanya harus berjuang melalui babak kualifikasi.


Penolakan Israel Tampil di Piala Dunia U-20 2023

Gubernur Bali Wayan Koster

Awalnya, persiapan Piala Dunia U-20 berjalan lancar dan jauh dari polemik. Namun, keberhasilan Israel menembus babak utama membuat situasi berubah dan menimbulkan pro dan kontra penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Israel lolos ke putaran final sebagai salah satu wakil dari benua Eropa. Mereka sukses menembus babak semifinal di Piala Eropa U-19 sehingga berhak berlaga di Indonesia. Ini jadi kali pertama sepanjang sejarah Israel tampil di Piala Dunia U-20. Kehadiran Israel kemudian memicu penolakan dari sejumlah pihak.

Gubernur Bali I Wayan Koster bahkan sampai mengirimkan surat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat masih dijabat oleh Zainudin Amali yang menyatakan keberatan atas kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 Indonesia. Dalam surat bernomor T.00.426/11470/SEKRET itu, selain ketidaksesuaian kebijakan politik Israel dan Indonesia, alasan Wayan Koster yang juga kader partai PDIP menolak Timnas Israel karena kedua negara juga tidak memiliki hubungan diplomatik.

"Kami mohon agar Bapak Menteri mengambil kebijakan untuk melarang tim dari negara Israel ikut bertanding di Provinsi Bali. Kami, Pemerintah Provinsi Bali menyatakan menolak keikutsertaan Tim dari negara Israel untuk bertanding di Provinsi Bali," kata Wayan yang sebelumnya ikut telah menyatakan kesediaan pemerintah Bali menggelar Piala Dunia U-20 lewat host guarantee tahun 2019 lalu.

Selain Wayan Koster, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga bersikap sama. Pria yang juga kader PDIP itu juga menolak kehadiran timnas Israel di Indonesia. Menurut Ganjar mengatakan, hal ini sesuai dengan amanat Bung Karno dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

“Sebagai kader PDI Perjuangan, saya memegang teguh amanat Bung Karno untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina yang telah disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan Conference of the New Emerging Forces,” ujarnya saat dikonfirmasi Liputan6.com, lewat pesan singkat, Kamis (23/3/2023).

Tidak seperti Wayan Koster. Meski menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah, Ganjar tidak ikut menandatangani host guarantee. Dokumen kesediaan Solo sebagai satu dari enam tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 ditandatangni oleh Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden RI, Joko Widodo.


Sejarah Penolakan Israel di Olahraga dan Sepak Bola

Selebrasi pemain timnas Israel di kejuaraan Eropa U-19 (AFP)

Penolakan terhadap keikutsertaan Israel di panggung olahraga sebenarnya bukan hal yang baru. Mengutip laporan Sky Sports, di panggung sepak bola, Israel awalnya berkompetisi di bawah Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mulai 1954 lalu. Namun kehadirannya ditentang angggota-anggota AFC lainnya, terutama negara muslim. Tak sedikit yang menolak bertanding melawan timnas Israel, termasuk Indonesia.

Akibatnya, Israel bahkan sempat lolos ke Piala Dunia 1958 sebagai wakil Asia-Afrika tanpa bertanding. Untuk menghindari rasa malu ini, FIFA lalu menggelar laga play-off melawan Wales untuk memperebutkan satu tiket ke putaran final Piala Dunia 1958. Dalam duel ini Israel kalah 0-2 dan gagal berpartisipasi pada turnamen di Swedia.

Indonesia menjadi satu dari sederet negara yang menolak bertemu Israel kala itu. Kedua tim sejatinya bertemu di babak kedua kualifikasi Asia-Afrika. Indonesia lolos usai memenangkan babak play-off melawan China di Myanmar. Sebelumnya, Indonesia lolos dari babak pertama setelah Taiwan dan Australia mundur.

Di babak kedua kualifikasi, Indonesia bergabung dengan Israel, Sudan, dan Mesir. Namun Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno memutuskan mundur setelah Israel meminta laga digelar dua leg di Tel Aviv dan Jakarta.

Presiden Soekarno kembali menolak kehadiran atlet-atlet Israel dan Taiwan di Asian Games Jakarta 1962 lalu. Akibatnya, Indonesia dilarang ikut Olimpiade Tokyo 1964. Soekarno yang marah, kemudian membuat Olimpiade tandingan, yakni Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (Ganefo) pada 1963. Sebanyak 51 negara ikut berpartisipasi pada turnamen tersebut dan diselenggarakan di Jakarta.

Pada tahun 2006, tim tenis Indonesia juga menolak bertanding melawan Israel di play off Piala Federasi. Akibatnya, tim Indonesia pun dikenai sanksi oleh ITF berupa denda dan larangan bertanding selama setahun.

Setelah melewati berbagai penolakan, Israel akhirnya dikeluarkan dari AFC atas gerakan yang digagas Kuwait jelang bergulirnya Asian Games Iran tahun 1974.

Israel kemudian melobi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) agar diterima sebagai anggota. UEFA menyetujui permintaan ini dan menerima Israel menjadi anggota penuh pada tahun 1994. Dan kini Israel kembali datang sebagai wakil Eropa.


Dukungan Indonesia kepada Palestina Tidak Luntur

Banner Infografis FIFA Batalkan Drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali, Indonesia Menanti Sanksi? (Liputan6.com/Abdillah)

Sikap politik Indonesia terhadap Israel sebenarnya tidak berubah hingga kini. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Teuku Faizasyah dalam press briefing pada Jumat (10/3/2023) lalu bahkan menegaskan, kalau dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina tidak akan berubah oleh kehadiran Israel di Piala Dunia U-20.

"Indonesia termasuk salah satu dari sedikit negara yang konsisten mendukung Palestina. Posisi Indonesia terkait isu Palestina tidak pernah berubah dan konsisten,” kata Teuku Faizasyah.

”Dalam pertemuan PBB baru-baru ini, Menlu tetap mengangkat isu Palestina walaupun negara yang mau membahas sedikit,” Teuku menambahkan.

Mengingat bahwa Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, Faizasyah menjelaskan bahwa masalah teknis seperti pengibaran bendera dan pemberian visa akan diatur oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam).

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun juga santai menanggapi kehadiran Israel di Piala Dunia U-20. Dia juga sama sekali tidak meragukan komitmen dukungan Indonesia ketika menanggapi keikutsertaan timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia.

Zuhair menegaskan bahwa partisipasi Israel dalam turnamen tersebut telah sesuai dengan aturan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan tidak serta merta melunturkan dukungan Indonesia, selaku tuan rumah, bagi perjuangan bangsa Palestina.

“Saya ingin memupus keraguan di antara banyak pihak dan ingin menegaskan bahwa berdasarkan apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan, saya meyakini bahwa dukungan Indonesia terhadap isu Palestina tidak pernah berubah,” kata dia seperti dilansir Antara.

Lebih lanjut, Zuhair menepis isu bahwa keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U-20 merupakan awal dari normalisasi hubungan Indonesia-Israel.

Menurut dia, isu yang beredar di media massa itu sengaja diciptakan oleh Israel untuk memicu kesalahpahaman di antara Palestina dan negara-negara yang mendukungnya.

"Israel mencoba menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa dengan mengikuti event ini (Piala Dunia U-20) adalah awal dari normalisasi (hubungan). Dan Israel selalu mengatakan bahwa ada empat negara siap untuk menormalisasi hubungan, salah satunya Indonesia, isu ini gencar diberitakan di media,” kata Zuhair.”Tetapi kami tidak takut akan isu itu. Kami sangat percaya dengan kebijakan Indonesia (yang konsisten mendukung Palestina),” tutur dia, menambahkan.

Meski penolakan sering terjadi, sebenarnya Indonesia tidak benar-benar steril dari kehadiran atlet-atlet Israel. Sebelum Piala Dunia U-20 2023, atlet-atlet Israel tercatat sudah pernah dan bebas berkompetisi di Tanah Air tanpa ada polemik.

Pada ajang yang berlangsung di Jakarta, Misha Zilberman mengikuti Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015. Yuval Shemla dan Noa Shiran ambil bagian pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2022. Sementara Mikhail Yakovlev, Rotem Tene, dan

Vladyslav Loginov juga mengikuti Track Cycling Nations Cup 2023, kejuaraan balap sepeda yang berlangsung pada bulan Februari lalu. Atlet Israel juga turut berpartisipasi pada Kejuaraan Dunia Esport 2022 yang berlangsung di Bali.


Sikap Suporter Ingin Piala Dunia U-20 Berlangsung Sukses

Head of DSDFE PSSI, Budiman Dalimunthe (kiri kedua) memberikan sambutan saat acara diskusi suporter Timnas Indonesia menyambut Piala Dunia U-20 2023 di Pulau Dua Senayan, Jakarta, Jumat (24/03/2023). Acara yang betajuk Suara Suporter tersebut diselenggarakan oleh Presidium Nasional Suporter Sepak Bola Indonesia (PN-SSI). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi) 

Dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta pekan lalu, Presidium Suporter Sepak bola Indonesia (PNSSI) masih berharap Piala Dunia U-20 bisa berlangsung di Indonesia. Pada kesempatan ini, Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menyampaikan, dalam sepak bola, suporter adalah nyawa dari permainan sepak bola. Beberapa waktu ke belakang, banyak pro dan kontra yang muncul di masyarakat terkait perhelatan U-20 2023, terkait keikutsertaan Israel dalam ajang ini.

"Satu hal yang harus kita ingat, tugas kita sebagai suporter adalah mengawal Piala U-20 2023 sampai tuntas, sesuai judul diskusi kita sore ini, Piala Dunia U-20 harga mati," kata Akmal.

Ketua Umum Forum Akademisi Peduli Sepak Bola Indonesia (FAPSI) Dr. Amsori juga menyampaikan bahwa magnet suporter Indonesia luar biasa. Piala Dunia U-20 harus jadi momentum kebangkitan suporter sepak bola di Indonesia.

"Kita gaungkan kampanye sepak bola yang sehat, yang mengutamakan solidaritas tanpa menghilangkan rivalitas. Kita harus fokus pada substansi penyelenggaraan Piala U-20 2023 dan dampaknya pada sepak bola Indonesia," kata Amsori.

"Bagaimana kita jadi tuan rumah yang baik kita tunjukan. Tugas kita disitu jangan masuk ke arah sana (politik). Kita harus tunjukan Indonesia tuan rumah yang baik bagi para tamunya," bebernya.


Sepak Bola Indonesia Terancam Sanksi

Bola panas terkait penolakan Israel masih terus bergulir. Pembatalan agenda drawing di Bali belakangan memunculkan rumor pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

Sejumlah nama pun muncul sebagai calon pengganti. Menurut TycSports, Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) telah mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah jika Indonesia dipastikan batal menggelar Piala Dunia U-20 tahun ini.

Ada dua alasan mengapa Argentina mencalonkan diri. Pertama, Argentina bisa berlaga di kompetisi dua tahunan itu dengan status sebagai tuan rumah. Sedangkan alasan kedua, AFA tertarik maju sebagai tuan rumah berambisi mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030.

Mantan pengurus PSSI, Yesayas Octanianus bahkan mengatakan kalau FIFA sebenarnya sudah membatalkan status tuan rumah Indonesia dan menunjuk Peru sebagai gantinya. Hanya saja, menurut Yesayas, pemerintah belum menyerah meyakinkan FIFA agar menggelar turnamen ini di Tanah Air. 

Namun Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, membantah. Menurutnya, pihaknya masih menunggu kabar dari FIFA. "Ada-ada saja. PSSI sampai saat ini masih surat resmi FIFA,” katanya.

Arya dalam jumpa pers sebelumnya juga menegaskan PSSI dan LOC masih terus berupaya mempertahankan status tuan rumah Indonesia. Menurutnya, Erick Thohir selaku ketua PSSI dan LOC sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak di Tanah Air, mulai dari Kemenlu hingga Kemenpora. 

"Beliau akan melaporkan ke Presiden RI Joko Widodo. Ini untuk mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola indonesia yang kita cintai,” kata Arya menjelaskan.

Selain itu, Arya juga memastikan Erick akan terbang ke Zurich, Swiss, untuk bertemu langsung dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, Kamis (30/3/2023). Seluruh opsi akan diupayakan oleh Erick. 

"Kami berharap dan memohon pencinta sepak bola indonesia yang mau sepak bola maju untuk tetap tenang. Kami mencoba mencari solusi dan berbicara dengan FIFA dalam waktu dekat. Karena kekhawatiran kita, kita dikucilkan dari ekosistem sepak bola dunia,” kata Arya yang juga Staf Khusus Menteri BUMN itu.

Infografis Jalan Panjang dan Persiapan Indonesia Gelar Piala Dunia U-20 2023. (Liputan6.com/Abdillah)

Kekhawatiran akan jatuhnya sanksi FIFA juga dirasakan oleh pengamat sepak bola senior, Mohamad Kusnaeni. Apalagi, hukuman yang dijatuhkan bakal lebih berat ketimbang tahun 2016 lalu. Tujuh tahun lalu, Indonesia sempat dibekukan FIFA gara-gara intervensi yang dilakukan pemerintah kepada PSSI.

Saat itu, Indonesia dikucilkan dari pentas internasional. Dilarang tampil di ajang resmi internasional hingga mengakibatkan ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh.

Di level domestik pun kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor kakap. Perusahaan berfikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI. Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat karena masalah dana.

"Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita,” kata Kusnaeni dalam sesi diskusi bersama sejumlah pengamat sepak bola di Mal FX, Senayan, Jakarta Jumat (24/3).

Berkaitan dengan Piala Dunia U-20 akan lebih pelik. Jika gagal melaksanakan event tersebut Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola itu bakal dirugikan secara material dan inmaterial, karena pelaksaan event mereka kacau balau.

“Ancaman berat mengiringi Indonesia kalau sampai kejadian Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jangan bermain-main dengan kesepakatan dibuat dengan FIFA,” kata Kusnaeni.

Tak hanya di dalam negeri, ancaman sanksi yang menanti Indonesia juga disuarakan oleh jurnalis kawakan asal Italia, Gianluca Di Marzio. Menurutnya, Indonesia kemungkinan besar bakal mendapat sanksi bila Piala Dunia U-20 tahun ini sampai batal terlaksana.

"Indonesia kini menghadapi sanksi yang sangat berat dan bahkan dilarang mengikuti turnamen FIFA selama beberapa tahun ke depan," tulis Di Marzio di situsnya. 

"Tanggapan dari FIFA diharapkan muncul dalam beberaap jam ke depan mengenai kemungkinan perubahan tuan rumah, apakah akan tetap bertahan atau menunda," sambung Di Marzio. 

Infografis FIFA Batalkan Drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali, Indonesia Menanti Sanksi? (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya