Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang baik bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan. Salah satunya yakni disyariatkannya puasa.
Penting diketahui umat Islam, banyak manfaat dan keutamaan yang diperoleh seseorang yang melakukan puasa Ramadhan dengan ikhlas dan Lillahi ta'aala. Tak hanya meningkatkan ketakwaan, puasa dijamin dengan pahala yang tak terbatas dan menjadi tanggungan Allah SWT.
Baca Juga
Advertisement
Berikut ini adalah ceramah singkat Ramadhan yang bisa disampaikan dalam kultum. Ceramah lazimnya dilakukan di masjid-masjid dan musala, usai melakukan sholat berjamaah.
Namun, ceramah ini juga bisa disampaikan dalam majelis ilmu lainnya. Misalnya, majelis taklim ibu-ibu dan lain sebagainya.
Materi ceramah Ramadhan ini disusun oleh Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta, dan dinukil dari laman NU, dengan judul 'Kultum Ramadhan: 4 Hikmah Disyariatkan Puasa Ramadhan'.
Semoga materi ceramah singkat ini bermanfaat. Amin.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Materi Kultum Ramadhan: 4 Hikmah Disyariatkan Puasa Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan istimewa. Selain merupakan waktu yang dipilih oleh Allah untuk menjadi waktu turun firman-Nya. Ramadhan juga merupakan waktu dilaksanakannya rukun Islam yang keempat yaitu puasa, yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim di dunia.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”
Puasa memiliki banyak keistimewaan. Di antaranya, ia menjadi satu-satunya ibadah yang Allah berkata untuknya: “Puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”. (Shahih Al-Bukhari hadits 1894).
Ada banyak hikmah di balik disyariatkannya puasa, di antara hikmah tersebut disebutkan oleh Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam kitabnya sebagai berikut:
وعرف سر حكمته العقلاء والعلماء فأدركوا بعض فوائده وأسراره وأيدهم فى ذلك الأطباء, فرأو في الصيام أعظم علاج وخير وقاية وأنجح دواء لكثير من الأمراض الجسدية التي لا ينفع فيها إلا الحمية الكاملة والإنقطاع عن الطعام والشراب مدة من الزمان
Artinya: “Para cendekiawan dan ulama mengetahui rahasia hikmah dibalik disyariatkannya puasa. Mereka menemukan banyak faidah dan rahasia di dalamnya. Dikuatkan juga oleh para pakar kesehatan yang melihat bahwa dalam puasa terdapat penanganan dan penjagaan yang baik, juga obat yang paling mujarab bagi banyak penyakit pada tubuh yang tidak dapat ditangani kecuali oleh penjagaan sempurna, serta memutus dari makan dan minum untuk beberapa waktu”. (Muhammad Ali As-Shabuni, Rawaiul Bayan, juz I, halaman 217).
Lebih lanjut, Syekh As-Shabuni menyebutkan empat hikmah disyariatkannya puasa. Secara ringkas empat hikmah puasa itu adalah:
Pertama, puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang disyariatkan untuk melatih manusia tunduk dan patuh terhadap perintah Allah.
إن الله عز وجل ما شرع العبادات إلا ليربي فى الإنسان (ملكة التقوى) وليعوده على الخضوع والعبودية والإذعان لأوامر الله العلي القدير. فالصيام عبودية لله، وامتثال لأوامره، واتقاء لحرمته. ولهذا جاء فى الحديث القدسي: كل عمل ابن أدم له إلا الصوم، فإنه لي وأنا أجزي به، يدع طعامه وشرابه من أجلي. فشعور الإنسان بالعبودية لله عز وجل والإستسلام لأمره وحكمه هو أسمى أهداف العبادة وأقصى غاياتها
Artinya: “Allah tidak akan mensyariatkan ibadah kecuali untuk mendidik manusia (membentuk kemampuan bertakwa), membuatnya terbiasa untuk tunduk, beribadah dan patuh terhadap perintah Allah. Puasa merupakan bentuk penghambaan kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjaga kehormatan-Nya. Karenanya dalam hadits qudsi disebutkan: “Setiap perbuatan yang dilakukan oleh anak Adam itu miliknya kecuali puasa. Puasa milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minum karena-Ku.” Maka penghambaan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah dan penyerahan total dirinya terhadap perintah dan hukum Allah merupakan tujuan utama disyariatkannya ibadah.” (As-Shabuni, Rawaiul Bayan, I/217).
Kedua, puasa disyariatkan untuk melatih jiwa dan membuatnya terbiasa dalam menanggung beban kepayahan di jalan Allah.
ألامر الثاني من حكمته مشروعية الصيام هي تربية النفس وتعويدها على الصبر وتحمل المشاق فى سبيل الله، فالصيام يربي قوة العزيمة وقوة الإرادة، ويجعل الإنسان متحكما فى أهوائه ورغباته
Artinya, “Hikmah kedua disyariatkan puasa ialah mendidik jiwa dan membiasakannya untuk sabar dalam menanggung rasa susah di jalan Allah. Puasa dalam hal ini mendidik kekuatan keinginan melakukan sesuatu dan menjadikan manusia lebih bijak dalam mengatur hawa nafsu dan keinginannya”. (As-Shabuni, I/217).
Ketiga, puasa melatih manusia untuk lebih peka terhadap lingkungan, peka dan welas asih terhadap sesama manusia dengan melembutkan hati serta jiwa yang melakukannya.
أن الصوم يربي فى الإنسان ملكة الحب والعطف والحنان ويجعل منه إنسانا رقيق القلب، طيب النفس، ويحرك فيه كوامن الإيمان. فليس الصيام حرمانا للإنسان عن الطعام عن الطعام والشراب بل هو تفجير للطاقة الروحية فى نفس الإنسان ليشعر بشعور إخوانه ويحس بإحساسهم
Artinya, “Puasa melatih pembawaan cinta, welas asih pada diri manusia, menjadikannya manusia yang berhati lembut, berjiwa baik, mengerakkan pada diri manusia sumber keimanan. Maka puasa bukan hanya sekedar menghalangi manusia dari makan dan minum. Melainkan merupakan cara memunculkan kekuatan spiritual pada diri manusia supaya bisa merasakan apa yang banyak dari saudara mereka rasakan”. (As-Shabuni, I/218).
Keempat, puasa membersihkan jiwa manusia dengan menanamkan pada diri manusia rasa takut dan bahwa mereka selalu diawasi oleh Allah sehingga enggan mendekati hal-hal yang diharamkan Allah sehingga menghasilkan ketakwaan sebagaimana yang difirmankan Allah.
أن الصوم يهذب النفس البشرية بما يغرسه فيها من خوف الله جل وعلا ومراقبته فى السر والعلن ويجعل المرء تقيا نقيا يبتعد عن كل ما حرم الله, فالسر فى الصوم هو الحصول على مرتبة التقوى
Artinya: “Puasa membersihkan jiwa manusia dengan menanamkan di dalamnya rasa takut kepada Allah, bahwa ia selalu diawasi oleh Allah baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan. Menjadikannya manusia yang bertakwa lagi bersih dengan menjauhkannya dari segala yang diharamkan oleh Allah. Maka rahasia di balik puasa ialah mencapai martabat takwa kepada Allah”. (As-Shabuni, I/218). Wallahu a'lam. (Sumber:islam.nu.or.id)
Tim Rembulan
Advertisement