Liputan6.com, Jakarta Lembaga Manajemen Kolektif Pelari Nusantara kembali melakukan pendistribusian royalti digital bagi anggotanya yang terbaca meta datanya selama bulan November ke Desember 2022. Acara pendistribusian ini sekaligus silaturahmi antara pengurus dan para anggota dengan buka puasa bersama di Cafe Kopi Mupi kawasan Ampera Kemang Jakarta Selatan, Minggu (26/3/2023).
Dalam pendistribusian royalti kali ini, ada sebanyak 16 anggota Pelari yang mendapatkan royalti digital, dengan jumlah nominal berbeda-beda. Di antara sejumlah nama penerima royalti digital itu adalah Tito Soemarsono, H. Ukat S, Timur Priyono, Sandy Sulung, pencipta lagu Bang Toyib, Maxi Mamiri, Rudy Rampengan, John Dayat pencipta lagu Baju Baru Alhamdulillah, Rudy Loho, Keenan Nasution, dan lain-lain.
Advertisement
Adapun tiga besar peraih royalty kali ini diperoleh oleh Ryan Kyoto sebesar Rp. 6,2 juta, kemudian H. Ukat. S sebesar Rp. 7 juta, dan yang terbesar Tito Soemarsono sebesar Rp. 11 juta.
"Kali ini anggota Pelari yang terima royalty sebanyak 16 orang, karena yang terbaca di metadata cuma lagu milik 16 orang ini, Makanya anggota yang lain kalau ada lagu-lagu baru yang belum didaftarkan segera didaftarkan agar terbaca di meta data. Saya pingin di distribusi royalty digital selanjutnya tidak hanya 16 orang yang dapet, tetapi lebih banyak lagi," ujar Ketua Umum LMK Pelari Nusantara Sandec Sahetapy.
"Jumlah royalty digital yang kami bagikan ini riil ya, nggak diutak atik, semua terbuka dan transparan. Pelari tidak mengambil potongan yang 10% itu, karena kita tau lagi banyak kebutuhan di bulan puasa ini,” tambah Sandec.
Perjalanan Pelari ke Depan
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Rudy Loho selaku Sekretaris Umum (Sekum) juga turut memberikan pandangan dan tentang perjalanan LMK Pelari ke depan.
"Saya katakan, kami berencana ingin punya gedung sendiri, mulai Desember 2023 LMK Pelari harus mempunyai tabungan sendiri, sehingga mampu membiayai organisasi sendiri, memiliki gedung sendiri untuk lancarnya organisasi," kata Rudy Loho.
Selain itu, Rudy juga menambahkan para pencipta lagu untuk terus berkarya dan jangan hanya terlena dengan ciptaan lagu lagu yang lama.
"Ini yang penting. Saya minta anggota Pelari ini terus berkarya agar bisa punya royalti digital yang lebih banyak lagi, saya fasilitasi di tiga tempat ya, nanti bisa koordinasi dengan Timur Priyono, bisa datang kesana untuk bikin rekaman dan syuting untuk konten Youtube. Nggak usah bayar, nanti Pelari yang tanggung. Tetapi kalau mereka lagi sibuk ya harus sabar dan antri,” sambung Rudy.
Advertisement
Sharing
Selain dua agenda diatas yaitu buka puasa bersama dan distribusi royalty digital, dalam acara malam itu juga diminta sharing pendapat tentang LMK Pelari dari para anggota. Di antaranya yang dimintai pendapat ada Tito Soemarsono, Ryan Kyoto, Imaniar, dan lain-lain.
Dalam penyampaian pendapatnya Imaniar yang juga merupakan salah satu pengurus LMK Pelari Nusantara mengatakan mencari sosok pemimpin seperti Sandec Sahetapy sangat sulit.
"Nyaris susah mencari pemimpin seperti bung Sandec Sahetapy. Meski kita lebih senior, tapi dalam menjalankan kapal LMK Pelari percayakan kepada nahkodanya. Saya ingin bersama pencipta lainnya, bersama-sama mencari keadilan dan transparansi. Dan keadilan dan transparansi itu, sejauh ini hanya ada di LMK Pelari Nusantara, ” kata Imaniar.
Pindah LMK
Pencipta lagu senior Ryan Kyoto yang sempat 2 kali pindah keanggotaan LMK yaitu di KCI dan WAMI mengaku sudah pasrah dengan yang namanya LMK. Menurutnya tidak ada kejelasan dalam pembagian royaltinya.
Di tengah rasa frustasinya itu, sungguh di luar perhitungan, ternyata ada LMK yang benar benar berjuang untuk anggotanya, yaitu Pelari Nusantara.
"LMK Pelari ini dilahirkan dari langit yang mana, ada orang seperti ini. Hati bung Sandec dan bang Rudy Loho lebih dalam dari hatinya Rinto (Harahap). Karena itu saya sangat berterima kasih atas keberadaan LMK Pelari Nusantara. Luar biasa Pelari Nusantara,” kata Ryan Kyoto.
Sementara H Ukat S yang oleh Sandec Sahetapy sering disebut Panglima Dangdut juga mengutarakan hal yang sama. Sebelum bergabung dengan LMK Pelari Nusantara, dirinya pernah mempercayakan semua lagu ciptaannya kepada LMK yang diketuai Haji Rhoma Irama.
"Saya merasa tidak maksimal di sana, sehingga saya pindah ke LMK Pelari Nusantara, dan alhamdulilah apresiasinya luar biasa sekali. Meski Haji Rhoma minta saya kembali ke sana, tapi saya terlanjur bahagia di sini,” katanya.
Tito Sumarsono yang dipercayakan oleh LMK Pelari untuk duduk sebagai Anggota komisioner LMKN (Lembaga Manajemen Kolektif Nasional) dari LMK Pelari Nusantara mengatakan tak jauh berbeda.
"Terima kasih kepada Pelari, saya duduk di LMKN mewakili komposer, jadi saya akan bicara dan bersuara kalau menyangkut urusan memperjuangkan komposer. Sedang untuk teman teman anggota Pelari, saya mengingatkan agar jangan terlena dengan lagu lama, atau paling tidak, lagu lama dibuat ulang atau recycle. Dan sebisa mungkin terus membuat lagu baru,” pungkas Tito.
Advertisement