Cara Memilih Bahan Jamu Segar Sesuai Anjuran Kemenkes

Jamu segar dijelaskan sebagai jamu yang baru dibuat dari ramuan bahan tumbuhan obat untuk segera dikonsumsi.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Mar 2023, 05:01 WIB
Ilustasi bahan pembuat jamu segar. (dok. unsplash/Agnieszka Kowalczyk)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah jadi rahasia umum bahwa jamu punya rentetan khasiat bagi kesehatan tubuh. Namun, narasi ini bisa saja disabotasi karena Anda ternyata tidak memilih bahan jamu segar yang baik dan benar.

Melansir laman Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Puskesmas Indonesia (PDPKMI), Selasa, 28 Maret 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis cara memilih bahan jamu segar. Sebagai awalan, pihaknya menjelaskan jamu segar sebagai jamu yang baru dibuat dari ramuan bahan tumbuhan obat untuk segera dikonsumsi.

"Jamu segar sebaiknya untuk dikonsumsi (dalam) satu hari (setelah dibuat)," sambung mereka. "Namun, dapat juga disimpan di kulkas maksimal 2–3 hari." Dalam memilih bahan baku jamu, pihaknya mencatat beberapa poin, yakni:

  • Jenis tumbuhan benar, bebas dari cemaran bahan lain, seperti tanah, pasir, dan rumput;
  • Cukup umur;
  • Bebas dari hama penyakit;
  • Bagian tumbuhan yang dibutuhkan tepat;
  • Rimpang/akar;
  • Kulit batang/kayu;
  • Daun;
  • Bunga;
  • Biji;
  • Buah; dan
  • Herba.

Ketagori pemilihan rimpang/akar adalah:

1. Segar

Dinyatakan segar jika kulit rimpang tampak halus atau tidak kisut, kaku, dan mengkilat.

2. Utuh

Rimpang dinyatakan utuh bila tidak ada patahan dan tidak rusak.

3. Tidak bertunas

4. Penampang melintang cerah

5. Bebas serangga dan hama penyakit

Semua organisme yang dapat dilihat dengan mata tanpa pembesaran.

6. Tidak busuk

Tidak ada bagian lunak atau bonyok yang disebabkan jamur atau bakteri pada rimpang yang masih segar. Dengan ktata lain, rimpang sebagai bahan pembuat jamu tidak boleh busuk maupun berbau tidak enak.


Memilih Kulit Batang/Kayu

Ilustrasi bahan pembuat jamu. (dok. unsplash/Merve Sehirli Nasir)
  • Segar;
  • Warna cerah dan tidak kusam;
  • Bebas jamur dan hama penyakit; dan
  • Kering dan mudah patah.

Memilih daun:

  • Segar;
  • Warna cerah dan tidak layu; dan
  • Bebas hama penyakit.

Pemilihan biji:

  • Tidak keropos;
  • Bebas hama penyakit; dan
  • Warna cerah dan tidak kusam.

Buah sebagai bahan pembuat jamu:

  • Buah segar dengan ciri-ciri kulit mengilat;
  • Buah kering dengan warna cerah dan bau khas; dan
  • Bebas hama penyakit.

Pemilihan herbal:

  • Tumbuhan lengkap tanpa akar;
  • Dipanen sebelum berbunga;
  • Bau khas; dan
  • Bebas hama penyakit.

Lebih lanjut pihaknya menerangkan tahapan penanganan bahan baku jamu segar. Pertama, pilih bahan yang segar, lalu sortir. Kemudian, cuci bahan dengan air mengalir dan tiriskan.

Kemenkes juga mengimbau untuk tidak memakai botol bekas air mineral sebagai tempat menampung produk jamu. Alih-alih, pilih botol tertutup, seperti botol kaca, yang lebih aman digunakan untuk menyimpan jamu.

"Botol dan tutup dicuci, disikat pakai sabun sampai bersih dan bilas dengan air," tulisnya. "Rebus botol dalam air sampai mendidih selama 15 menit. Tiriskan hingga kering sebelum disimpan pada tempat khusus."


Konsumsi Jamu Selama Ramadhan

Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Saat Ramadhan, dikutip dari kanal Islami Liputan6.com, pakar kesehatan tidak melarang Anda mengonsumsi jamu, baik itu usai berbuka puasa atau sahur. Namun, ada kondisi tertentu yang perlu Anda perhatikan, terutama yang menderita penyakit gangguan lambung.

Menurut Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, mereka yang mengalami masalah lambung sebaiknya mengonsumsi jamu setelah makan berbuka puasa.

"Selama puasa, kita bisa minum (jamu) dua kali, yakni saat sahur dan berbuka puasa. Kalau ada keluhan nyeri lambung, sebaiknya minum jamu setelah makan, kecuali saat sahur tidak ada keluhan lambung, bisa diminum duluan sebelum makan," terangnya, seperti dilansir dari Antara.

Tania menambahkan, saat berbuka, sebaiknya konsumsi dulu air putih untuk mencegah dehidrasi selama berpuasa berjam-jam, lalu asupan glukosa, misalnya dari kurma, diikuti hidangan takjil, namun tak berlebihan. Setelah itu, baru Anda bisa mengonsumsi jamu.

Asupan jamu setelah takjil bagus untuk tubuh karena bisa membantu mengurangi kandungan lemak yang berlebihan saat Anda mengonsumsi takjil.


Konsumsi Jamu pada Penderita Gangguan Lambung

Ilustrasi bahan-bahan pembuat jamu. (dok. pexels/Glaucio Guerra)

Khusus penderita gangguan lambung, seperti GERD, konsumsi jamu setelah makan bertujuan agar lambung aman, tidak teriritasi zat-zat dari jamu yang mungkin bisa membuat lambung yang sudah teriritasi itu jadi semakin teriritasi.

Tania mengatakan, sebenarnya ada herbal yang berpotensi meredakan GERD, tapi ini belum uji klinis. Namun, hasil testimoni pasien dan penelitian pra kilnis menunjukkan hal positif.

"Misalnya, daun ketumbar, itu bisa membantu mengurangi keluhan pasien GERD. Saya anjurkan dijadikan salad atau dimakan mentah untuk mengurangi aliran balik asam lambung. Tapi, ini belum uji klinis," pungkasnya.

Daun ketumbar merupakan salah satu rempah dengan kandungan nutrisi paling beragam, termasuk vitamin A, K, dan C, serta antioksidan. Selain sebagai bahan jamu, tanaman ini biasa digunakan dalam masakan Meksiko, Asia, dan Timur Tengah. Terlepas dari rasanya yang agak sitrus dan pedas bagi kebanyakan orang, daun ketumbar ditambahkan ke hidangan untuk potensi manfaat kesehatannya.

Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya