Liputan6.com, Gorontalo - Duka mendalam masih menyelimuti keluarga besar Polda Gorontalo usai tragedi kematian Briptu RF. Kematian ajudan Kapolda Gorontalo bernama Briptu RF ini, juga membuat pihak keluarga mengalami syok berat.
Melihat kondisi ponakannya yang terbujur kaku, membuat Sutiman, yang merupakan paman korban beberapa kali jatuh. Sutiman mengalami syok berat hingga tak mampu berdiri.
Baca Juga
Advertisement
Keadaan tersebut tak dibiarkan begitu saja oleh Tim Psikologi Biro SDM Polda Gorontalo. Dengan cekatan tim psikologi langsung memberikan pendampingan kepada beberapa keluarga korban yang mengalami trauma berat akibat insiden tersebut.
Karo SDM Polda Gorontalo AKBP Agus Nugroho melalui Kabag Psikologi Kompol Joko Suseno mengatakan, tim melakukan pendampingan dalam rangka trauma healing kepada keluarga korban.
"Hal ini perlu dilakukan agar kesedihan mereka tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan," kata Kompol Joko.
Diketahui, usai meninggalnya Briptu RF, sebanyak enam orang perwakilan keluarga korban datang menjemput jenazah. Mereka mengatakan menolak autopsi terhadap jenazah karena tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan alias murni bunuh diri.
Motif Bunuh Diri
Sementara itu, Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Gorontalo Kombes Pol Nur Santiko mengungkap motif RF mengakhiri hidupnya. Menurutnya, Briptu RF nekat melakukan itu karena diduga hubungan asmara dengan kekasihnya tidak berjalan lancar.
"Setelah dilakukan penyelidikan, akhirnya terkuak informasi adanya keluhan tentang perasan asmara yang terpendam dan kekecewaan kepada korban RF," kata Kombes Pol Nur Santiko.
Menurut Kombes Pol Nur Santiko bahwa saat ini pihak Polda Gorontalo belum mengetahui keberadaan kekasih Briptu RF itu. Sebab, mereka menjalin hubungan jarak jauh dengan lokasi kekasihnya tidak diketahui.
"Jelas kami akan dalami lagi, mudah-mudahan segera terungkap motif sebenarnya RF bunuh diri," ia menandaskan.